Setelah sampai dibawah, Dinda pun langsung melangkah menuju meja makan.
"Kira-kira bi Iroh masak apa yah.? Aduuuhh laper banget nih perut gw.?" Kata Dinda sambil mengusap-usap perutnya, kemudian ia pun langsung buru-buru membuka tutup saji, berharap ada makanan di dalam tutup saji tersebut.
"Loh, kok enggak ada makanan sih.? Pada kemana nih makanannya.? Apa semua makanannya udah bi Iroh masukin ke kulkas yah.?" Kata Dinda lagi heran, karena melihat di dalam tutup saji tidak ada makanan sama sekali, dan ternyata memang benar, semua sisa makanan sudah bi Iroh masukkan ke dalam kulkas.
"Aduuuhh.! Gimana nih kalau enggak ada makanan.? Mana perut gw udah lapar banget lagi, apa gw bangunin bi Iroh aja yah.?" Kata Dinda bingung.
"Oh iya bener.! Lebih baik sekarang gw bangunin bi Iroh aja." Kata Dinda lagi, sambil buru-buru melangkah menuju kamar bi Iroh, kemudian ia pun langsung mencoba untuk mengetuk pintu kamar tersebut Tok.! Tok.! Tok.!
"Bi, bi Iroh.! Ini Dinda bi, bi Iroh.?" Kata Dinda sambil terus mengetuk-ngetuk pintu kamar bi Iroh, berharap ia akan bangun.
"Bi Iroh kemana yah.? Kok enggak keluar-keluar, apa bi Iroh udah tidur yah.?" Kata Dinda lagi penasaran karena dari tadi bi Iroh tidak kunjung keluar dari kamarnya, dan ternyata memang benar, sekarang ini bi Iroh memang sudah tidur.
"Ahhh udah lah.! Lebih baik sekarang gw coba masak sendiri aja." Kata Dinda sambil buru-buru melangkah kembali menuju dapur, kemudian ia pun langsung mencoba membuka kulkas.
"Eemmm,,, ada sayuran apa yah yang bisa gw masak.?" Kata Dinda sambil mencari-cari sayuran yg bisa ia masak.
"Ini enggak bisa, itu juga enggak bisa.! Iiiihhh terus sekarang gw masak apaan do,,,,,,,," Seketika ucapan Dinda terpotong, karena tiba-tiba ia melihat adanya telor di dalam kulkas tersebut.
"Eeeehhhh tapi tunggu dulu.! Apa gw goreng telur aja yah.?" Kata Dinda sambil tersenyum senang.
"Iya bener.! Lebih baik sekarang gw goreng telur aja.! Eeemmmm pasti enak deh ?" Kata Dinda lagi sambil terus tersenyum, kemudian ia pun langsung buru-buru mencoba memasak telor tersebut, dan ini adalah kali pertama ia memasak, sebelumnya ia tidak pernah memasak sama sekali, jangankan memasak, berada di dapur pun sangat jarang baginya, karena memang pak Irsyad dan ibu Yuli tidak pernah mengizinkannya, karena seperti yang kita tau mereka itu sangat memanjakan Dinda putri tersayangnya itu.
"Eeeeem telor udah ada, terus apa lagi yah.?" Kata Dinda lagi bingung, karena ia sama sekali tidak tau peralatan apa saja yang harus digunakan untuk memasak, namun disaat ia sedang kebingungan seperti itu, tiba-tiba ia melihat wajan yg cukup besar.
"Ini bukan yah.? tapi ko masih basah sih.?" Kata Dinda sedikit ragu, sambil membolak-balikkan wajan tersebut
"Ah udah lah.! Engga papa." Kata Dinda lagi, kemudian ia pun langsung menaruh wajan tersebut keatas kompor dan langsung menuangkan minyak ke dalam wajan tersebut dengan cukup banyak, kemudian tanpa ragu ia pun langsung menyalakan kompor tersebut dengan api yg sangat besar, tanpa menunggu minyak panas terlebih dahulu, ia pun langsung memasukkan telor tersebut kedalam wajan dan mengaduk-aduknya sampai minyak akhirnya panas, namun disaat ia sedang mengaduk-aduk telor tersebut, alangkah terkejutnya Dinda melihat telor yang ia goreng meledak-ledak seperti petasaan.
"Ahhhhhhhhhh.!" Teriak Dinda dengan suara yang sangat kencang, karena kaget dan panik sambil menutupi wajahnya menggunakan tangannya.
Mendengar teriakkan dari Dinda, Erik yang sedang berada di dalam kamar pun langsung buru-buru lari untuk menghampirinya.
"Ada apa ini, ada ap,,,,,,,,," Seketika terikan Erik terpotong, karena ia kaget melihat Dinda yang sedang berdiri di depan kompor dengan keadaan api menyala dengan cukup besar, sambil melempar sodetan yang sedang ia pegang ke dalam wajan tersebut karena takut, sehingga minyak panas yang berada di dalam wajan tersebut pun muncrat kemana-mana, tembok, lantai semuanya licin terkena minyak panas, bahkan tangan halus dan lembut Dinda pun terlihat terkena percikan minyak panas tersebut.
"Awwwwww.! Aduh, aduh.! Sakiiiiiit.?" Teriak Dinda kesakitan, sambil terus menutupi wajah cantiknya menggunakan tangannya, karena ia benar-benar takut kalau wajah cantiknya itu ikut terkena percikan minyak panas tersebut.
Melihat Dinda teriak kesakitan seperti itu, dengan segera Erik pun langsung mematikan kompor tersebut.
"Kamu enggak papa kan.?" Kata Erik panik dan khawatir melihat keadaan Dinda seperti itu.
Mendengar kata-kata dari Erik, perlahan Dinda pun mencoba untuk melepaskan tangannya yang dari tadi masih terus menutupi wajah cantiknya itu.
"P, p, pak Erik.?" Kata Dinda gugup dengan raut wajah yang masih sangat ketakutan.
"Kamu enggak papa kan.?" Kata Erik mencoba untuk menanyakan keadaan Dinda lagi.
"E, e, enggak kok.! Enggak papa." Kata Dinda lagi-lagi gugup karena ia sedang berbohong.
"Awww, sssttttt aduuuhhh.!" Kata Dinda pelan, sambil mereunyi kesakitan, sepertinya ia sengaja berbohong kepada Erik agar Erik tidak mengetahui kalau ternyata sekarang ini ia sedang kesakitan.
Melihat Dinda mereunyi kesakitan seperti itu, Erik pun langsung tersenyum dingin.
"K, k, kenapa.? Kok pak Erik seny,,,,,,,," Seketika ucapan Dinda terpotong.
"Coba saya lihat.!" Kata Erik tegas dan dingin, sambil memegang tangan Dinda dengan pelan, kemudian ia pun langsung memeriksa lukanya.
"P, p, pak Erik.?" Kata Dinda lagi-lagi gugup, sambil menatap dalam wajah tampannya, karena sekarang ini ia benar-benar sangat syok, ia tidak menyangka kalau ternyata Erik dosennya yang sangat galak itu mempunyai sifat baik.
"Tahan dulu yah.? Saya ambil krim dulu di kamar.! Luka kamu ini harus di obatin." Kata Erik serius, kemudian ia pun langsung melangkah menuju kamarnya untuk mengambil krim tersebut.
5 menit berlalu,,,,,,
Akhirnya Erik pun sudah kembali bersama Dinda dan sudah siap untuk mengobati lukanya.
"Coba mana lukanya.? Biar saya obatin.!" Kata Erik pelan dan perhatian.
Melihat Erik yang lagi-lagi perhatian kepada dirinya, Dinda pun hanya bisa terdiam dan terbengong.
"I, i, ini bener-bener serius kan.? Kok pak Erik jadi baik banget sih sama gw.?" Kata Dinda dalam hati sambil terus terbengong, karena ia benar-benar masih belum percaya, seorang Erik yang selalu kasar dan jahat kepada dirinya berubah menjadi baik dan perhatian seperti sekarang ini.
"Dindaaa, kamu kenapa.? Mana tangannya, biar saya obatin." Kata Erik bingung melihat Dinda terbengong seperti itu.
"Eh iya kenapa pak Erik.? T, t, tangan Dinda yah.? Ini tangannya.!" Kata Dinda gugup, sambil buru-buru mengulurkan tangannya itu kepada Erik.
Melihat Dinda mengulurkan tangannya, Erik pun langsung memegangnya dengan sangat lembut.
"Tahan yah.? Biar saya obatin dulu." Kata Erik, perlahan ia pun mencoba untuk mengoleskan krim tersebut ke tangan Dinda yg terluka.
"Awwww.! Pak Erik sakit, pelan-pelaaan.!" Teriak Dinda sambil merengek manja seperti anak kecil dengan mata yang berkaca-kaca, karena ia memang benar-benar merasakan sakit di tangannya yang terluka itu.
"Kamu ini manja banget sih.?" Kata Erik dengan raut wajah datar, ia heran melihat tingkah laku Dinda seperti itu.
"M, m, maksud pak Erik.?" Kata Dinda bingung.
"Iya kamu manja banget, masa kayak gini doang sakit.?" Kata Erik mencoba untuk menjelaskan.
"Lepasin tangan Dinda.!" Kata Dinda kesal, karena ia tidak terima dengan ucapan Erik itu.
"Lepasain, maksudnya.?" Kata Erik bingung, karena ia benar-benar tidak tau kalau ucapannya itu membuatnya kesal.
"Iya lepasin tangan Dinda.! Percuma pak Erik ngobatin tangan Dinda, kalau pak Erik cuma mau ngata-ngatain Dinda manja lah, apa lah.!" Kata Dinda dengan suara tinggi karena kesal, kemudian ia pun langsung buru-buru melangkah pergi untuk meninggalkan Erik, namun belum sempat ia melangkah, tiba-tiba langkahnya sudah terhenti.
"S, s, saya minta maaf.?" Kata Erik sambil buru-buru menarik lengan Dinda.
"Apa.? T, t, tadi pak Erik ngomong apa.? Maaf.?" Kata Dinda kaget dan semakin tak percaya, sebenarnya apa yang sedang terjadi kepada Erik hari ini, mengapa ia jadi baik dan mau minta maaf kepada dirinya.
"Iya.! S, s, saya minta maaf.?"
Kata Erik mencoba untuk meyakinkan Dinda kembali, kalau ucapannya itu memang serius.
Melihat Erik seserius itu meminta maaf kepada dirinya, Dinda pun tersenyum, kemudian ia pun langsung duduk kembali di sampingnya.
"Sini tangannya.! Biar saya obatin lagi." Kata Erik sambil tersenyum dan penuh perhatian.
"Tapi pelan-pelaaan, sakiiiiit.?" Rengek Dinda dengan sangat manjanya.
"Iya,,,,," Kata Erik pelan, kemudian ia pun langsung mengobati luka Dinda kembali.
"Awww sakit pak Erik, pelan-pelaaan.! Periiih.?" Kata Dinda lagi-lagi merengek.
Melihat Dinda lagi-lagi merengek seperti itu, anehnya kali ini Erik justru malah tersenyum.
"Heemmm.! Manja banget sih kamu ini.?" Kata Erik dalam hati, kemudian ia pun langsung mengobati lukanya itu kembali.
"Aww.! Sambil tiupin periiiiih.?" Rengek Dinda lagi.
"Iyaaa, nih sambil saya tiupin yaaah.?" Kata Erik dengan penuh sabarnya, kemudian ia pun langsung meniupi luka di tangan Dinda dengan sangat pelan.
"Nih, saya tiupiiiin." Kata Erik sambil terus meniupi luka tersebut.
"Udah enggak sakit lagi kan.?" Kata Erik lagi sambil tersenyum.
"Enggak." Kata Dinda sambil tersenyum dengan manjanya.
"Ya udah, kamu istirahat yah.? Udah malam." Kata Erik, ia menyuruh Dinda untuk istirahat karena hari memang sudah sangat malam.
"Tapi Dinda lapaaar.?" Kata Dinda sambil terus merengek.
Mendengar rengekan Dinda, Erik pun lagi-lagi tersenyum.
"Kasihan kamu.!" Kata Erik sambil mengusap-usap rambut Dinda, sehingga membuat Dinda pun semakin syok dan tak percaya.
"Pak Erik usap-usap rambut gw.? Ini beneran kan.? Gw bener-bener enggak lagi mimpi.?" Kata Dinda dalam hati sambil tersenyum dan terbengong.
"Ya udah.! Kamu tunggu di sini dulu yah.?" Kata Erik lagi.
"Tunggu disini.? Emang pak Erik mau kemana.?" Kata Dinda bingung.
"Katanya tadi kamu lapar, saya mau masakin telur dulu buat kamu.!" Kata Erik serius.
"P, p, pak Erik mau masakin telur buat Dinda.? Emang pak Erik bisa.?" Kata Dinda semakin tak percaya dengan semuanya.
Mendengar ucapan Dinda, Erik pun langsung tersenyum.
"Dindaaa, siapa sih yang enggak bisa ngelakuin hal segampang itu." Kata Erik lucu mendengar ucapan Dinda.
"T, t, tapi tadi Dinda enggak bisa." Kata Dinda dengan polosnya.
"Ya itu.! Kecuali kamu.!" Kata Erik sambil tersenyum.
"Kok kecuali Dinda sih.?" Kata Dinda bingung.
"Iya, kamu kan anak manja." Kata Erik sambil tersenyum menggodanya.
"Iiiiiiihhh.! Pak Erik ngatain Dinda manja muluuu." Kata Dinda sambil merengek kesal karena Erik yang lagi-lagi menyebutnya seperti itu, namun kali ini ia tidaklah semarah tadi.
Mendengar rengekan Dinda, Erik pun lagi-lagi tersenyum.
"Iya, iya, ma'aaaf.!" Kata Erik.
"Ya udah.! Tunggu disini dulu yah.? Saya mau masakin telur dulu buat kamu." Kata Erik lagi, sambil melangkah menuju kompor untuk memasak.
"Pak Erik masaknya yang Enak.!" Teriak Dinda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕
wah mulai ada benih" cinta nih
2021-11-24
0
Diana
aduh dek2 ser
2021-08-16
1
Lina Anna
tunggu dulu, aku wakilan dinda "tapi kan aku lapar blom mkn" jd lupa mkn dah tuh gak lapar lg hbs tgn dipegang erik 😂😂😂😂
2021-04-10
1