Pagi harinya Naya terbangun dari tidurnya, ia melihat dirinya berada di dalam kamar. Merasa ada yang aneh, ia mencoba mengingat bagaimana bisa ia berada di dalam kamar sedangkan ia mengingat kalau dirinya berada diatas sofa.
"Astaga! Bisa-bisanya aku malah tertidur disana. Lalu, sekarang kenapa aku bisa berada disini? Apa mungkin aku berjalan sendiri? Tapi masa iya aku bisa jalan kemari sedangkan aku jelas-jelas mengingat kalau aku tertidur di atas sofa. Tidak mungkinkan Reyhan berbaik hati mau membawa ku kemari? Wah, itu hal yang sangat mustahil bisa terjadi".
Dari pada memikirkan itu semua, ia berjalan memasuki kamar mandi. Ia membersihkan tubuhnya, karna ia harus berangkat kerja.
Dan sekarang ia telah selesai memakai pakaian kantor, ia melihat tubuhnya di depan pantulan cermin sudah terlihat sangat rapi, ia pun segera keluar dari dalam kamar.
Kemudian ia melihat Reyhan menuruni anak tangga, ia tersenyum seperti biasa setiap kali ia melihat Reyhan.
"Selamat pagi Rey! Apa tidur nyenyak?".
Reyhan melihatnya, tapi pria dingin itu malah diam menatapnya dengan wajah datar seperti biasa.
"Akh, kalau boleh tau jam berapa kamu semalam pulang Rey? Aku menunggu mu sampai aku terlelap diatas sofa. Tapi pagi harinya aku melihat kalau diriku berada di dalam kamar. Apa mungkin, kamu yang membawa ku Rey?".
Reyhan mengernyitkan dahi.
"Hahahaha... Tidak usah masukkan dalam hati. Aku hanya bergurau saja, tidak mungkin kamu yang membawa ku ke dalam kamar. Aku pasti berjalan sendiri tanpa aku sadari. Oh iya, sebelum berangkat kamu mau sarapan pagi dengan ku Rey".
"Tidak usah" jawab Reyhan pergi meninggalkan dirinya.
Naya lalu menatap punggungnya yang sudah menjauh, "Tidak apa-apa kalau kamu selalu di tolak Nay. Suatu hari nanti, begitu dia mau menerima kamu dia pasti akan...
DDDRREETTTT.... DDDDRRRTTT....
"Iya Rian?".
"Keluar sekarang juga, aku telah menunggu di depan gerbang rumah mu".
"Apa? Jadi kamu bertemu dengan Reyhan?".
"Tidak. Kenapa?".
"Tidak apa-apa sih. Baiklah, aku akan keluar sekarang juga. Tunggu sebentar".
"Mmmmm".
Naya pun segera keluar dari dalam rumah tanpa sarapan pagi lagi karna Rian telah menunggu dirinya di luar pintu gerbang rumah. Namun sebelum ia menghampiri Rian, Naya melihat Reyhan masih berada di depan rumah menerima sebuah telpon dari orang yang tidak ia tau, tapi pastinya itu mungkin dari orang penting.
Tidak lama setelah itu, Reyhan mematikan ponselnya, ia hendak memasuki mobil. Tetapi melihat Naya yang berdiri disana, ia merasa kalau Naya sedang membutuhkan tumpangan untuk ia berangkat ke kantor. Reyhan pun langsung memanggil namanya.
Dan Naya pun yang merasa namanya di panggil oleh Reyhan, ia langsung berjalan mendekati Reyhan melihat ia membuka pintu mobil untuknya.
"Apa?" Naya bertanya.
"Masuk, bukankah kamu membutuhkan tumpangan dari ku?" Reyhan kesal.
"Aakkhhh" Naya pun tersenyum semakin bingung ada apa dengan Reyhan yang tiba-tiba bersikap baik kepadanya. "Kamu serius mau memberikan tumpangan untuk ku Rey? Kamu tidak sedang bercanda kan?".
Dengan kesal Reyhan menutup pintu mobilnya. Wanita yang berada di hadapannya itu terlalu banyak bertanya, dan pada akhirnya ia pun pergi meninggalkan Naya tanpa mengajaknya lagi.
Naya kemudian tersenyum, entah kenapa ia merasa ada yang aneh dengan Reyhan yang secara tiba-tiba mau memberikan tumpangan untuk dirinya. Tapi ia merasa senang, Reyhan berhasil membuat ia terhibur. Lalu ia segera keluar dari gerbang, ia melihat mobil Rian masih setia menunggu dirinya di depan sana.
Rian pun keluar, dengan senyum mengembang di wajahnya ia langsung membukakan pintu mobil untuknya.
"Terima kasih Rian" senang Naya.
Rian pun ikutan masuk di kursi kemudi, namun sebelum mereka berangkat Rian bertanya apakah dia sudah sarapan pagi atau tidak dan langsung di jawab oleh Naya kalau ia belum sempat sarapan pagi.
Rian pun menjalankan mobilnya, ia mengendarai mobil dengan sangat santai sambil menikmati pemandangan kota bersama dengan Naya. Dan begitu mereka tiba di sebuah kedai kopi biasa Rian membeli kopi, ia mengajak Naya turun. Mereka masuk ke dalam disambut oleh si pemilik kedai.
"Selamat pagi nak Rian. Wah, wajah mu terlihat sangat berseri sekali" ucap si wanita pemilik kedai selalu memberikan pujian kepadanya.
Rian tertawa senang, "Terima kasih Bu. Aku memang selalu terlihat menawan".
"Benar, lalu siapa wanita cantik ini?".
Dan lagi-lagi Rian tertawa kecil, "Coba ibu tebak sendiri siapa wanita yang berada di sebelah ku ini? Bukankah dia terlihat sesuatu yang sangat berbeda?".
Naya memukul lengannya membuat Rian menjerit kesakitan segera mengusap dengan berkata.
"Akh, itu sangat sakit sekali Nay. Bagaimana bisa kamu tega memukul ku".
Melihat mereka seperti itu, si wanita pemilik kedai pun tertawa senang.
"Kamu bisa ajah membuat wanita cantik ini kesal kepada mu Rian. Sudah, jangan membuatnya seperti itu lagi. Wanita cantik tidak boleh marah".
"Nah, kamu dengar itu kan Nay?" sambung Rian.
"Ck, ibu itu bukan mengatakan kepada ku Rian, tapi kepada mu. Kamu sangat menyebalkan seka... Ooo, Reyhan?" kaget Naya tiba-tiba pria itu berada disana.
Kemudian si penjaga kedai tersenyum kepada Reyhan. "Selamat datang nak Reyhan. Sudah lama kamu tidak pernah kemari lagi, dan ibu juga mendengar kabar kalau istri kamu meninggal dunia. Ibu turut berdukacita yah nak Reyhan".
Reyhan tersenyum tipis, ia lalu mengangguk berkata terima kasih sambil meminta kopi seperti biasa ia pesan dan juga 2 potong roti sandwich.
"Tunggu sebentar ya nak Rey, ibu akan membuatnya. Lalu bagaimana dengan mu nak Rian? Kalian berdua mau apa?".
"Sama seperti yang baru saja dia minta Bu".
"Baiklah kalau begitu, kalian tunggu sebentar yah".
Si pemilik kedai pun segera membuat pesanan mereka seperti bisanya. Dan tidak memakan waktu yang lama, kini pesanan itu telah selesai, ia memanggil nama mereka mengambil pesanan tersebut.
"Sering-seringlah datang kemari, ibu akan membuatkan kopi yang enak untuk mu" ucap si pemilik kedai kepada Naya.
"Iya Bu, terima kasih" jawab Naya.
Ketiga orang itu lalu pergi meninggalkan kedai kopi, Rian lalu membawa Naya berjalan kaki dan membiarkan mobilnya terparkir disana. Sedangkan Reyhan, ia langsung masuk ke dalam mobil pergi meninggalkan mereka tanpa sepatah dua kata.
"Hahahaha... Anak itu tidak akan lama bersikap seperti ini kepada mu Nay. Suatu hari nanti dia akan bersikap baik kepada mu, tidak usah berpikir aneh-aneh".
"Mmmm, semoga saja Rian".
"Tapi sebelumnya, boleh aku bertanya Nay?".
"Apa itu Rian?".
"Ini hanya tebakan ku saja. Kamu menyukai Reyhan?".
"Hhhmmm?" Naya seketika terdiam. Lalu ia tersenyum kaku, "Kenapa kamu bertanya seperti itu Rian? Kami berdua...
"Tidak usah berbohong kepada ku? Dari sorot mata mu saja aku tau kalau kamu menyukai Reyhan. Tidak apa-apa kalau kamu benar-benar menyukainya, itu sesuatu hal yang bagus untuk kamu dan dia".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments