1 bulan kemudian, hari ini adalah hari pernikahan Yolanda bersama dengan sang kekasih Reyhan Dirgantoro. Keduanya terlihat sudah cantik dan tampan, mereka benar-benar terlihat sangat bahagia.
"Kamu sangat cantik sekali Yolanda" Naya memujinya.
Lalu Yolanda melihat Reyhan yang berada di sebelahnya, "Sayang, apakah yang Naya katakan benar?".
"Iya sayang, kamu sangat cantik sekali seperti bidadari. Uummcchh" dengan lembut Reyhan mencium keningnya.
"Akh, kamu jangan melakukan itu di hadapan Naya sayang. Dia bisa iri hahhahah" ia tertawa mengejek Naya. "Semoga kamu segera bertemu dengan jodoh mu, supaya kamu merasakan kebahagiaan yang aku rasakan. Iyakan sayang?".
Reyhan melirik Naya, lalu ia tersenyum tipis di balas oleh Naya.
Tidak lama setelah itu, sang ibunda Yolanda masuk ke dalam menyuruh mereka bersiap karna acara pernikahan akan segera di mulai.
Mendengar itu, Reyhan pun pergi meninggalkan mereka. Dan sekarang tinggallah mereka bertiga.
"Kalau begitu, aku juga kelua...
"Naya" sang bibi menghentikan langkahnya. Ia menatap Naya dengan tatapan mata tidak suka. "Jangan pernah kamu mencoba untuk merebut suami Yolanda".
"Mama!" Yolanda menegurnya. "Mama kenapa berkata seperti itu kepada Naya?".
Sang ibu mendengus, "Kamu itu jangan terlalu polos Landa menghadapi wanita yang satu ini. Kamu tidak tau kalau selama ini mama sering memperhatikan dia selalu mencuri-curi pandang kepada Reyhan. Jadi mulai sekarang, kamu harus hati-hati kepadanya".
Yolanda melirik Naya yang hanya diam saja tidak menanggapi perkataan sang bibi.
"Apa iya Nay? Apa iya benar apa yang baru saja kita berdua dengar?".
"Tidak, apa yang bibi bilang itu tidak benar Yolanda. Kenapa kamu harus mempercayainya?".
"Iya ma. Apa yang Naya bilang benar. Kenapa aku harus mempercayai perkataan mama jika buktinya tidak ada" Yolanda sedikit menghilangkan rasa curiganya mengenai apa yang sang ibu katakan.
Dan lagi-lagi sang ibu mendengus kesal, "Ya sudah kalau kamu tidak percaya. Mama hanya memperingatkan kamu saja. Sudah, bersiap lah. Waktunya tinggal 16 menit lagi".
Naya lalu pergi meninggalkan mereka, ia memasuki aula tanpa sedikitpun memikirkan perkataan sang bibi yang berkata kalau ia sering mencuri pandang kepada suami Yolanda.
"Nay" seorang wanita cantik yang anggun memanggil namanya. Yang tak lain adalah saudara perempuan Reyhan. "Ayo sini duduk Nay".
"Iya kak Nessa" angguk Naya menghampirinya. Lalu Naya melihat putri mungil Nessa diatas pangkuannya, ia menyentuhnya memberikan sentuhan sayang. "Tidak terasa, Fani sudah semakin besar kak Nessa".
"Mmmmm, dia cantik seperti kamu Nay".
Kedua orang itu tertawa kecil hingga mereka mendengar suara mic dari depan mengatakan kalau pengantin akan segera masuk.
Ceklek!
Suara tepuk tangan langsung menggelegar di dalam ruangan tersebut. Naya melihat Nessa begitu sangat bahagia dan juga semua orang yang ia kenal disana.
"Wah Nay, lihatlah Yolanda sangat cantik sekali. Dia benar-benar sangat cantik sekali" ucap Nessa memuji adik iparnya itu. Dan kini Reyhan telah menjemput Yolanda dari kedua orang tuanya. Aura kebahagiaan begitu sangat terpancar di wajah tampan Reyhan.
"Nak Reyhan. Om dan Tante akan memberikan putri satu-satunya kami kepada mu. Tolong jaga dia sama seperti kami menjaga dia selama ini. Kasihi dia, sama seperti kami mengasihi dia selama ini. Tolong berikan yang terbaik untuk dia, sama seperti kami memberikan yang terbaik kepadanya. Bisakah kamu berjanji akan hal itu menantu ku?".
Reyhan meneteskan air mata begitu juga dengan Yolanda. "Iya pah. Segenap hati ku dan segenap hidup ku aku akan melakukan seperti yang baru saja papa ucapkan".
"Terima kasih menantu ku. Begitu juga dengan putri ku, apa kamu juga bisa melakukan apa yang tadi papa katakan kepadanya?".
Yolanda mengangguk menghapus air matanya, "Iya pah. Seperti yang papa tadi katakan. Aku akan melakukannya segenap hati ku".
"Terima kasih putri ku. Kini saatnya papa dan mama melepaskan kamu dari tengah-tengah kami. Sekarang kamu telah menjadi bagian dari keluarga Dirgantoro. Papa sama mama sangat bahagia sekali".
"Terima kasih pah".
Yolanda langsung menerima uluran tangan Reyhan. Keduanya pun menghadap kepada sang pendeta yang akan memberkati mereka.
"Apa kalian berdua sudah bersiap?" tanya sang pendeta.
Kedua orang itu saling tatap menatap satu sama lain sambil menjawab bersama.
"Iya, kami sudah bersiap".
Pendeta melihat mereka, "Kepada kedua mempelai pengantin pria dan wanita. Apa kedua belah pihak benar-benar sudah siap?".
"Sudah amang" jawab mereka.
"Kalau begitu, kita akan memulai pemberkatan ini di dalam nama Tuhan Yesus Kristus".
.
Berlangsungnya pemberkatan ini, semua tamu undangan yang ada disana memberikan selamat kepada kedua belah pihak keluarga tersebut. "Selamat tuan Lukman, akhirnya Reyhan menikah juga" ucap salah satu rekan bisnis Lukman kepada sepasang suami istri itu. Mereka lalu tertawa bersama.
Sedangkan Naya, begitu acara pemberkatan itu selesai. Ia keluar dari dalam mencari udara segar.
"Hhhmmss..." Naya menghirup udara segar.
"Sedang apa kamu disini?" Loiner tiba-tiba muncul di belakang Naya. "Kenapa kamu tidak di dalam?".
Naya melihatnya, "Aku sedang menghirup udara segar disini. Lalu bagaimana dengan mu? Kenapa kamu tidak di dalam?".
Loiner tersenyum tipis, "Sama seperti dengan mu. Aku ingin menghirup udara segar disini".
Kedua orang itu lalu mendiam, mereka asik melihat kearah danau yang begitu sangat indah. Apalagi di pandang di malam hari, suasananya begitu sangat berbeda.
"Lalu, apa kamu sudah memikirkan apa yang pernah papa bicarakan dengan mu?".
Naya tersenyum garing, "Aku belum memikirkan sampai kesana. Aku masih ingin menikmati kesendirian ku" jawab Naya.
Di balik kedua orang tua Loiner memaksakan Naya menikah, itu semua agar mereka bisa menguasai seluruh harta peninggalan kedua orang tua Naya. Hanya saja Naya tidak mau mengatakan itu, meskipun yang sebenarnya ia sangat tau kalau tujuan mereka adalah itu.
"Kenapa? Umur mu tidak mudah lagi. Kamu tidak lihat, Yolanda saja sudah menikah. Wanita tidak bagus menikah di umur kepala tiga. Apa kamu tidak memikirkannya? Atau kamu mau aku carikan jodoh yang lebih baik?".
"Tidak usah. Kalau nantinya aku sudah berniat untuk menikah. Aku akan mencarinya sendiri".
"Mau sampai kapan? Sampai kamu sudah tua?".
"Tidak, jika aku sudah siap nanti".
Loiner tertawa sumbang, "Baiklah kalau itu benar-benar mau kamu. Aku juga tidak bisa memaksakan mu untuk segera menikah".
Naya tersenyum tipis, ia melirik Loiner yang sedang kesal kepadanya. Namun ia sama sekali tidak perduli, karna kebusukan mereka begitu sangat ia tau.
Kemudian Loiner mengeluarkan sebatang rokok dari dalam bungkusnya, "Kamu mau merokok?" ia mencoba menawarkan kepada Naya.
"Tidak, aku pergi dulu".
Tetapi Loiner langsung menahan pergelangan tangan Naya membuat ia menghentikan langkah kakinya. "Kenapa?" Naya melihat tidak suka.
Loiner tersenyum sinis, "Sebaiknya kamu pikirkan kembali. Jangan melakukan hal yang bakalan kamu sesali suatu saat nanti" setelah itu Loiner melepaskan tangannya pergi meninggalkan Naya yang mematung disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments