"Ada apa Paris?".
Reyhan melihat sekretarisnya itu sedari tadi gelisah tak jelas. Paris kemudian melihatnya, ia lalu berjalan mendekati sambil berkata.
"Aku kasihan kepada nona Naya kalau sampai Rian memanfaatkan dia".
Reyhan terdiam, ia lalu tertawa melihat kekhawatiran di wajah Paris yang benar-benar sangat mengkhawatirkan Naya.
"Kamu menyukainya Paris?".
"Maksud tuan?" Paris sedikit terkejut saat Reyhan berkata kalau ia menyukai Naya.
"Tidak, aku hanya bercanda saja Paris. Biarkan saja, bukankah kemarin aku sudah mengatakan kepada mu kalau aku tidak akan perduli kepadanya?".
"Tapi tuan..." hingga akhirnya Paris kembali mengerjakan pekerjaannya begitu juga dengan Reyhan.
.
Dan kini jam telah menunjukkan pukul 12 siang, Rian keluar dari dalam ruangannya melihat Naya sedang bersantai-santai mengerjakan pekerjaannya.
Rian tersenyum, ia berjalan mendekati Naya melihat wanita itu sedang bermain ponsel.
"Kamu sedang sibuk?".
"Akh" Naya terkejut, ia langsung menyembunyikan ponselnya dari hadapan Rian.
"Ada apa Nay? Apa aku baru saja membuat mu terkejut? Aku minta maaf".
"Tidak pak, akunya saja tidak memperhatikan bapak kalau ada disini".
"Mmmm, tidak apa-apa Nay. Ayo kita makan siang bersama, kamu pasti sudah lapar".
"Iya pak" angguk Naya mengiyakan ajakan Rian. Dan sekarang mereka berada di kantin, Rian menyuruh Naya duduk saja, ia akan membawa miliknya. Tetapi Naya malah menolaknya, ia merasa tidak enak kalau ia menyuruh atasannya sendiri membawa miliknya.
Tidak lama setelah itu, Naya melihat Reyhan datang bersama dengan Paris. Mereka langsung menerima makan siang mereka tanpa harus menunggu antrian begitu juga dengan Rian kecuali dirinya.
"Aku sudah bilang Nay, kamu duduk saja biar aku yang mengambil milik mu. Tapi kamu tidak mendengar ku".
Rian membawa makan siangnya kearah meja makan dimana Reyhan dan Paris berada. Setelah itu ia menghampiri Naya kembali, ia membawa wanita itu duduk tepat di sebelah Paris.
"Kamu duduk disini, biar aku saja yang mengambil milik mu".
Naya terdiam, ia mendudukkan diri tepat di sebelah Paris yang hanya diam saja tanpa sedikitpun menegur dirinya. Lalu ia melihat Reyhan, pria itu juga sama dengan Paris, keduanya sangat asik melahap makan siang mereka masing-masing sampai Rian membawa miliknya.
"Makanlah dengan santai, jam istirahat kita masih panjang" ucap Rian duduk di sebelah Reyhan. Ia kemudian melihat kedua orang secara bergantian hanya diam saja, dengan rasa penasaran ia bertanya. "Ada apa dengan kalian berdua? Kenapa kalian hanya diam saja? Tidak salah kan aku membawa dia duduk bersama dengan kita?".
Reyhan menyudahi makan siangnya, ia melap mulut dan juga tangannya melihat Rian. Tetapi ia tidak menjawab pertanyaan itu, ia malah pergi begitu saja meninggalkan mereka tanpa menghabiskan makan siangnya.
"Ada apa dengan dia Paris?".
"Aku tidak tau" jawab Paris singkat.
Rian melihat kearah punggung Reyhan yang sudah menjauh dari hadapannya, "Apa dia masih belum bisa melupakan almarhum istrinya sehingga ia masih berlarut-larut dalam kesedihan?".
"Mungkin saja" jawab Paris.
"Kasihan sekali dia. Tolong kamu hibur dia agar secepat mungkin dia segera melupakan Yolanda" Rian melihat Naya makan seperti tidak berselera. "Kenapa lagi? Apa makan siang mu tidak enak Nay?".
Naya tersenyum tipis, "Tidak Pak, ini sangat enak".
"Tapi aku melihat kamu seperti tidak berselera saja. Ayo di habiskan".
"Iya pak".
Selesai makan siang, Paris juga pergi meninggalkan mereka berdua. Naya sempat melihat kepadanya, setelah itu ia mendengar ponselnya berdering menandakan sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya menggunakan nomor baru. Naya pun izin kepada Rian untuk menerima panggilan tersebut menjauh dari dirinya.
Begitu Naya berada di sudut ruangan, ia pun menggeser tombol hijau menjawab.
"Hallo!".
"Ini aku nona, pengacara Okta. Nona sedang dimana?".
"Ada apa Okta? Aku sedang di kantor".
"Untuk saat ini nona harus berhati-hati, jangan sampai nona bertemu dengan keluarga nona sekarang ini. Sepertinya mereka akan menggunakan cara lain menangkap aku".
"Maksud kamu?".
"Mereka akan menggunakan nona agar aku mau menunjukkan wajah dihadapan mereka".
"Tidak, apapun yang terjadi kamu tidak boleh tertangkap oleh mereka. Kamu sudah berjanji kepada ku, cepat atau lambat kamu akan mengembalikan ini semua seperti semula".
"Jangan khawatir nona. Aku akan menjaga diriku. Tapi sebelumnya, apa nona sudah bertemu dengan Rian?".
"Hhhmm? Rian? Rian siapa?".
"Iya nona, Rian yang bekerja di perusahaan CTJ. Apa nona sudah bertemu dengannya?".
"Ba-bagaimana bisa kamu mengenalnya?".
"Dia putra ku, dia yang selama ini aku perintahkan mengawasi nona dari kejauhan".
"Apa? Jadi dia putra mu?".
"Iya nona, tolong bekerja samalah dengan dia. Untuk sementara ini, kita tidak bisa lagi berkomunikasi".
"Baiklah, aku akan bekerjasama dengannya".
"Baik nona, aku tutup dulu".
Selesai panggilan tersebut, Naya keluar dari balik tembok melihat Rian sedang asik bermain ponsel seorang diri. Ia lalu kembali menghampiri Rian, ia melihat pria itu menyimpan ponselnya ke dalam jas.
"Jangan melihat ku seperti itu, kamu bisa membuat kita ketahuan".
Deng!
Naya terdiam, ia tidak menyangka kalau pria yang berada di hadapannya itu adalah putra satu-satunya Okta yang selama ini ia kirim untuk mengawasi dirinya.
"Tapi, kenapa kamu tidak memberitahu aku selama ini kalau kamu putra pengacara Okta? Aku malah berpikir kalau kamu pria mesum seperti yang lainnya".
Rian tertawa, "Maafkan aku nona".
"Ck, tidak usah memanggil ku seperti itu. Panggil saja Naya seperti biasa. Kamu membuat ku kesal".
Setelah itu keduanya pergi meninggalkan kantin, mereka kembali bekerja seperti biasa.
.
DDDRREETTTT... DDDRREETTTT....
Loiner melihat ponselnya bergetar.
Ia lalu menggeser tombol hijau.
"Hallo tuan, kami belum menemukan tanda-tanda titik keberadaannya sampai sekarang".
Loiner menarik nafas, ia menggenggam ponselnya dengan sangat erat.
"Aku tidak perduli, kalian harus mendapatkannya sampai ke ujung dunia pun. Dan jangan pernah menghubungi aku sebelum kalian menemukan dia".
"Siap tuan".
Dengan sangat marah Loiner melemparkan ponselnya, ia menggertakkan kedua gigi taringnya sambil mengepalkan tangan.
"Kurang ajar, dia sudah berani melawan kami. Lihat saja pengacara Okta, cepat atau lambat kami akan bertemu dengan mu haahh hahhahah".
Loiner keluar dari dalam ruangan, ia mendatangi ruangan Bagus membuat Bagus melihat heran kepadanya.
"Ada apa?".
"Mereka belum menemukan titik terang pengacara Okta sekarang berada dimana pah".
Bagus langsung terdiam, yang ada dalam pikirannya sekarang yaitu Naya. Pria itu pasti sudah menemui Naya dan memberitahu dimana keberadaannya sekarang ini. Dan satu-satunya harapan mereka mendapatkan dia adalah Naya.
"Ada apa pa?".
"Naya, bawa Naya kehadapan ku sekarang juga".
"Baik pah".
Tanpa berlama-lama lagi, Loiner segera menghubungi nomor ponselnya Naya meninggalkan ruangan Bagus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments