Bab 5

Naya lalu duduk, ia melihat mereka satu persatu secara bergantian. "Sekarang Yolanda benar-benar sudah pergi meninggalkan kita semua pah.. Mama belum siap menerima ini, mama benar-benar tidak bisa menerima ini pak.. hiks...".

Melihat bibinya itu menangis, Naya menundukkan kepala ikut merasakan kehilangan dalam keluarga itu.

Kemudian sang paman memanggil namanya, "Naya, agar keluarga kita tidak kehilangan hubungan kekeluargaan dengan keluarga Dirgantoro. Paman mau kamu yang mengantikan posisi Yolanda dengan menikahi Reyhan sebagai suami kamu".

Deng!

Naya melonjak kaget, ia menatap pamannya itu tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Paman harap kamu tidak akan menolaknya".

"Tapi paman...

"Paman sudah katakan kepada mu Naya. Tolong kamu jaga hubungan baik keluarga ini dengan keluarga Dirgantoro".

Kemudian Naya melirik bibinya itu yang masih menangis mencoba untuk menahan air matanya.

"Maaf paman, aku tidak bisa menerima ini semua. Aku tidak mungkin menikahi suami dari adik ku sendiri. Apalagi kedua keluarga ini masih dalam keadaan berduka, ditambah Reyhan tidak bakalan bisa menggantikan posisi Yolanda dalam hidupnya".

"Ini bukan soal perasaan cinta lagi Naya. Ini masalah hubungan kerja sama" jawab Loiner yang kesal mendengar jawaban Naya. "Kamu harus menuruti perkataan papa, jangan banyak melawan".

Naya menarik nafas, "Ia benar-benar tidak bisa menerima ini semua. Tapi kalau sudah pamannya itu sendiri yang berkata, ia juga tidak bisa melakukan apa-apa selain menuruti keinginan mereka. Karna ada hal sesuatu yang harus ia jaga".

"Baiklah paman kalau itu yang kalian inginkan dari ku. Aku bersedia menjadi istri pengganti Reyhan".

"Bagus, kamu boleh pergi" ucap Loiner.

Setelah itu Naya pergi meninggalkan mereka, ia langsung masuk ke dalam kamar menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur dengan tubuh lelah.

"Ya Tuhan, derita apa lagi yang akan aku rasakan setelah ini? Terkadang aku lelah hidup terkadang aku ingin sekali mengakhiri semua ini".

_

_

1 minggu setelah kepergian Yolanda, keluarga itu tengah berada di kediaman keluarga Dirgantoro bersama dengan Naya.

"Reyhan dimana ma?" Tanya Lukman kepada istrinya itu.

"Ada apa ini?" tiba-tiba Reyhan muncul di belakang mereka. Ia melihat keluarga dari almarhum istrinya itu berada disana bersama dengan Naya.

"Reyhan duduk nak" ucap Lukman.

Reyhan pun mendudukkan diri, ia melihat mereka semua hingga kedua matanya berhenti dihadapan Naya yang sedang melihatnya.

"Begini Rey, papa dan mama telah sepakat tidak memutuskan rasa kekeluargaan kita kepada keluarga besar almarhum istri kamu. Jadi kami papa dan papa mertua kamu menjodohkan kalian berdua dengan Naya. Besar harapan papa kamu tidak akan pernah menolaknya".

Deng!

Reyhan marah, ia menatap Naya dengan sorot mata tajam. Lalu Lidia ibunya menggenggam jemari tangannya, "Sayang, mama tau apa yang kamu rasakan. Bahkan bukan hanya kamu saja yang kehilangan Yolanda, semua kita yang berada disini sangat kehilangan dia. Tapi, karna keluarga kita begitu sudah dekat, jangan karna kepergian Yolanda hubungan kita jadi hilang. Tolong, kamu pertimbangkan ya sayang".

"Iya Rey, benar kata mama kamu" sambung Lukman.

Dengan tatapan sendu mengeluarkan air mata Reyhan melihat kedua orang tua Yolanda, ia merasa tidak enak kalau sampai ia menerima Naya sebagai istri tanpa persetujuan mereka.

"Nak Reyhan. Ini semua kami lakukan demi kebaikan kamu dan juga keluarga kita. Papa mohon, terimalah Naya nak sebagai istri kamu dan lakukan lah dia sebagai mana kamu dulunya memperlakukan Yolanda dengan baik. Besar harapan papa sama mama mertua kamu".

Air mata itu pun semakin mengalir, sakit rasanya kalau ia mengkhianati cinta Yolanda yang begitu sangat tulus kepadanya. Tetapi ia juga tidak bisa egois, ditambah itu juga permintaan kedua orang tua Yolanda itu sendiri hingga akhirnya ia terpaksa menerima Naya sebagai istri pengganti.

"Baiklah kalau itu mau kalian semua, aku siap menerima Naya sebagai istri ku" jawab Reyhan mantap.

Mereka semua pun tersenyum senang.

_

_

1 bulan kemudian setelah Reyhan menerima Naya sebagai istrinya.

"Rey, ayo bangun. Kamu tidak berangkat ke kantor?" Naya mencoba membangunkannya.

Tetapi Reyhan semakin sekali tidak peduli, ia tetap memeluk bantal guling memutar tubuhnya membelakangi Naya.

"Ya sudah kalau gitu, aku mandi duluan".

Kehidupan Naya yang dulunya penuh luka, sampai sekarang ia masih tetap merasakannya, bahkan bisa dibilang, Naya merasakan berlipat kali ganda.

Meskipun ia sudah menikah, ia belum pernah sama sekali mendapatkan kasih sayang darinya, bahkan Reyhan selalu menganggapnya orang asing.

Dan sekarang Naya telah selesai, ia masih melihat Reyhan terlelap dalam tidurnya. Tidak ingin mengganggunya lagi, ia memilih keluar dari dalam kamar membantu Lidia yang sedang menyiapkan sarapan pagi untuk mereka.

Naya lalu tersenyum, "Selamat pagi Tante" ucapnya.

Lidia melihatnya, ia pun membalas senyuman Naya sambil berkata. "Kamu sudah menjadi menantu ku Naya, kamu tidak usah memanggil Tante lagi. Kamu panggil mama saja. Tidak baik loh kalau sampai orang lain mendengarnya. Jadi kamu harus manggil mama ya?".

"Iya ma" jawab Naya mengangguk senang.

"Bagus, mama senang mendengarnya. Terus, apa Reyhan sudah bangun? Apa dia masih belum mau berangkat ke kantor?".

"Sepertinya ma, tadi aku sudah membangunkan dia sampai berulang kali dia tetap tidak mau ma".

Lidia lalu menatap Naya, ia tersenyum menggenggam kedua tangan menantunya itu dengan hangat.

"Apapun yang terjadi, kamu harus sabar yah menghadapi Reyhan. Mama mengerti perasaan kamu, tapi melupakan orang yang dulunya sangat kita cintai itu sangat tidak mudah. Kamu mengerti kan maksud mama?".

"Iya ma, aku mengerti maksud mama kok. Mama tidak usah khawatir, aku akan melakukan yang terbaik untuk Reyhan".

"Terima kasih sayang. Mama tidak salah memilih kamu. Semoga kamu sabar ya, siapa tau lama kelamaan Reyhan akan menaruh perasaan kepada mu".

"Iya ma" Naya tersenyum.

Tidak lama setelah mereka selesai mempersiapkan sarapan pagi untuk keluarga itu, satu persatu anggota keluarga keluar dari dalam kamar mereka masing-masing begitu juga dengan Reyhan.

Lidia lalu menyuruh putranya itu duduk disebelah Naya. Namun Reyhan sama sekali tidak sudih duduk disebelahnya dan memilih duduk berjauhan dari Naya.

Melihat itu Lukman marah dengan menegurnya, "Reyhan, kamu tidak boleh memperlakukan Naya seperti itu. Dia sudah menjadi istri mu, dia bukan orang lain lagi. Tolong kamu hargai dia".

"Tidak apa-apa pa. Aku tidak apa-apa" sahut Naya merasa tidak enak keluarga itu terus-menerus menegur Reyhan yang masih dalam keadaan berkabung.

"Terus kapan kamu mulai berangkat ke kantor Rey?" tanya Lukman.

"Aku tidak tau pa. Aku masih tidak ingin kesana".

"Kenapa? Kamu tidak kasihan kepada Paris yang mengurus semua urusan kantor mu? Papa dengar, minggu depan kamu kedatangan tamu dari Prancis".

Reyhan terlihat sedikit terkejut, "Kenapa? Apa Paris tidak memberitahu mu?".

"Mmmmm, dia tidak memberitahu ku".

"Karna itu kembalilah bekerja seperti biasanya. Kasihan Paris mengurus semuanya".

"Iya pa".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!