Bab 18

10 menit kemudian, kini Naya telah kembali bernafas legah. Ia melihat Rian berada di sebelahnya, dan lagi-lagi ia meneteskan air mata menyandarkan tubuhnya di dada bidang Rian sambil berkata.

"Aaarrrkkkhh.. Hiks.. hiks.. Aku sangat takut Rian hiks.. hiks.. Aku sangat takut sekali".

Rian memeluknya dengan sayang, "Aku tau, sekarang ceritakan apa yang terjadi?".

"Itu, aku baru saja mendapatkan ancaman dari orang yang tidak aku kenal".

Rian menyambar ponsel Naya, ia langsung melihat pesan tersebut sebuah pesan yang membuat Naya ketakutan.

"Aku sangat takut sekali Rian hiks.. hiks.. Aku sangat takut sekali. Bagaimana jika dia benar-benar membunuh ku?".

"Sshhuueettt... Itu tidak akan terjadi Nay. Ini pasti ulah Loiner untuk menakut-nakuti kamu, tidak usah memikirkannya".

"Tapi...

"Semua akan baik-baik saja. Berhenti menangis, tidak akan ada gunanya kalau kamu menangis seperti ini. Itu membuat kamu semakin lemah untuk melawan mereka. Aku mohon berhentilah menangis nona Naya Tarian".

Naya menatap Rian yang sedang memohon agar ia berhenti menangis, setelah itu Rian mengusap air matanya.

"Mulai dari sekarang, kamu tidak boleh menunjukkan air mata ini lagi kepada siapapun, aku tidak mau orang lain beranggapan kalau kamu itu wanita yang lemah. Bisakah kamu berjanji?".

Naya tersenyum tipis, "Terima kasih Rian, aku akan mengingat perkataan mu".

"Bagus, kamu boleh kembali bekerja.. Akh tunggu sebentar, berikan kartu mu itu. Mulai sekarang kamu gunakan kartu yang ini agar mereka tidak meneror mu lagi".

"Mmmmm, terima kasih".

"Iya".

Naya lalu keluar dari dalam sana, ia kembali ke meja kerjanya. Ia melihat pekerjaannya masih berada di atas meja . Kemudian ia mendudukkan diri, meskipun pikirannya masih tertuju kesana, tetapi ia berusaha untuk tidak memikirkannya.

.

Dan sekarang jam telah menunjukkan pukul 6 sore, sudah waktunya para karyawan kembali pulang meninggalkan kantor. Naya pun bersiap-siap membereskan meja kerjanya, tidak lama setelah itu Rian keluar dari dalam ruangannya melihat kepadanya.

"Ayo, aku akan mengantarkan mu pulang".

Tanpa menolak ajakan Rian, Naya pun langsung tersenyum senang mengiyakan. Keduanya pun pergi meninggalkan kantor, sedangkan dari kejauhan, lagi-lagi Reyhan melihat kedekatan Naya dan Rian semakin menjadi-jadi. Paris yang memperhatikan mimik wajah dari tuannya itu, ia bisa menebak kalau Reyhan sedang marah.

"Tuan!" ia lalu memanggilnya. "Bagaimana dengan makan malam hari ini? Apa tuan akan kesana?".

"Tidak, kamu saja. Hari ini aku sangat lelah sekali".

Reyhan pergi berjalan duluan meninggalkan Paris, ia menggunakan lift khusus Presdir dan juga tamu eksekutif menuju parkiran. Dan begitu ia keluar dari dalam, lagi-lagi ia melihat kedua orang itu masuk ke dalam mobil sambil tertawa bersama. Melihat itu, ia tersenyum menyeringai kepada Naya.

"Akhirnya kamu menunjukkan siapa dirimu yang sebenernya".

Hingga kini Naya tiba di depan rumahnya, ia melihat Rian ikutan keluar dari dalam mobil.

"Rian!" panggilannya.

"Mmmmm... Kenapa? Tidak usah mengatakan terima kasih karna aku sudah repot-repot mengantar mu pulang hahahaha".

Naya pun ikutan tertawa, "Mau bagaimana pun aku tetap harus mengatakan terima kasih banyak sudah mau mengantar ku pulang kerumah. Oh iya, kamu pasti belum tau kan kalau aku sudah menikah? Dan suami aku...

"Aku tau, aku tau kamu istri penggantinya Reyhan" jawab Rian memotong. "Pesan aku untuk mu, mau bagaimana pun kamu harus mempertahankan rumah tangga mu dengan Reyhan. Karna suatu saat nanti, kita sangat membutuhkan bantuan dia. Jadi, meskipun Reyhan sampai sekarang belum bisa menerima kamu. Yah kamu harus banyak bersabar apapun yang terjadi mmmm.. Melupakan orang yang kita cintai tidak mudah seperti yang kita pikirkan".

Naya mengangguk, ia mengerti maksud dari perkataan Rian.

"Ya sudah, kalau begitu aku pergi dulu. Masuklah ke dalam, hari semakin gelap".

"Iya, kamu hati-hati di jalan yah".

Begitu mobil Rian menghilang dari arah pandangan matanya, tidak lama setelah itu Reyhan kembali. Ia lalu tersenyum, ia melihat Reyhan turun dari dalam mobil membuat segera menghampirinya.

"Rey!" panggilnya.

Reyhan langsung melihat kepadanya, namun pria dingin itu malah tersenyum sinis kepadanya membuat ia terdiam menatap Reyhan dengan tatapan mata sendu. Setelah itu Reyhan masuk ke dalam rumah meninggalkan Naya yang masih berdiri disana.

Naya lalu menyentuh dadanya, setiap kali Reyhan memperlakukan diriku seperti ini, ia selalu merasa sesak di bagian dada bagaikan tertusuk duri.

"Ya Tuhan, sampai kapan Reyhan akan seperti ini? Sampai kapan ia akan terus-menerus mengabaikan aku?".

Ia pun masuk ke dalam rumah, ia melihat ke lantai atas berharap ia melihat Reyhan menuruni anak tangga berkata kalau ia sedang lapar. Tetapi itu semua hanya khayalan Naya saja, itu tidak akan pernah terjadi.

Naya membuka pintu kamarnya, ia melihat kamar tersebut dengan wajah letih. Saat berangkat kerja tadi, ia tidak sempat membereskan kamar begitu juga dengan rumah. Sehingga kamar itu terlihat sedikit berantakan, dan pada akhirnya sebelum ia mandi, ia terlebih dahulu akan membersihkan kamar.

Tidak lama begitu Naya selesai membersihkan, ia melihat semuanya telah tersusun rapi membuat ia tersenyum senang.

"Akhirnya selesai juga. Sekarang aku mandi dulu".

Naya memasuki kamar mandi, ia hanya membersihkan tubuhnya selama 15 menit. Lalu ia keluar mengenakan pakaian santai menuju dapur, ia kemudian membuka kulkas, ia melihat bahan-bahan yang kemari ia beli masih terlihat segar. Ia pun segera mengeluarkan dari dalam, dan memilih menu apa yang akan ia masak malam ini.

"Semoga saja Reyhan mau makan malam ini, aku ingin sekali makan bersama dengannya meskipun itu hal yang mustahil terjadi".

Naya mengeluarkan beberapa butir bawang merah, bawah putih, jahe, cebe, tomat dan juga seikat sayur bayam dan beberapa potongan ikan rebus.

"Mmmm, enaknya ini dimasak seperti apa yah?".

Lama berpikir, Naya mengupas semua bawang-bawangnya begitu juga dengan bayam ia potongin dengan potongan kecil. kemudian mencuci ikan rebus, malam ini Naya ingin membuat sebuah hidangan ikan sambal rebus dengan daun bayam yang di tumis menggunakan bawang merah dan putih.

Asik memasak seorang diri, kini ia telah selesai, ia melihat hasil dari masakannya begitu sangat menggiurkan, ia pun menyendok nasi ke dalam piringnya. Namun sebelum ia makan, ia harus mengajak Reyhan untuk makan malam bersamanya. Ia pun mencoba mengajak Reyhan dengan cara mendatangi Reyhan ke dalam kamarnya.

Dan di depan pintu kamar Reyhan, sebelum ia mengetuknya. Terlebih dahulu ia menarik nafas, baru ia mengetuknya sebanyak tiga kali.

Tok... Tok... Tok....

"Rey, ini aku. Aku ingin mengajak mu makan malam bersama. Aku sudah memasak untuk kita berdua. Ayo keluar Rey".

Tidak ada jawaban.

"Rey, kamu di dalam kan?".

Lagi-lagi tidak ada jawaban.

"Rey!" panggilnya lagi sampai berulang kali karna belum mendapatkan jawaban darinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!