Bab 14

Tok... Tok....

"Masuk!".

Ceklek!

Bagus melihat putranya itu, "Ada apa Loiner?" tanyanya.

Loiner berjalan mendekati sang ayah, ia memberikan sebuah dokumen diatas meja tepat dihadapan Bagus.

"Apa ini?".

"Papa buka sendiri".

Bagus pun langsung membuka dokumen tersebut, dan saat itu, kedua mata Bagus membulat melihat sang putra.

"Pengacara Okta baru saja mengancam kita pa".

Sebelum kedua orang tua Naya meninggal dunia. Ayah Naya memiliki seorang pengacara handal yaitu Okta, dia adalah pengacara satu-satunya yang dulunya sangat ayahnya Naya percayai. Bahkan, semua data-data perusahaan berada di tangan Okta sampai sekarang ini. Namun karna ia hanya sendiri saja, ia tidak bisa muncul di hadapan publik karna sampai sekarang ini ia masih menjadi buronan Bagus.

Dan sekarang ini sudah saatnya ia memberanikan diri muncul di depan umum. Ia akan terus menerus meneror Bagus, membuat ia semakin ketakutan kalau sampai Okta menemui media terutama Naya. Semua bakalan hancur dan mereka akan kehilangan segalanya.

"Kurang ajar!" umpat Bagus meremas kertas tersebut. "Sudah 20 tahun lamanya, sekarang dia baru berani menunjukkan bayangannya di hadapan ku lagi. Okta, kamu tunggu saja, aku akan membuat mu menutup mulut sampai selama-lamanya".

Loiner lalu berkata, "Terus apa yang harus kita lakukan pa?".

"Untuk saat ini, papa sangat yakin ini masih ancaman dia. Sekarang ini dia sedang berusaha menakut-nakuti papa. Tapi kita tidak boleh sampai lengah, kamu harus memperketat penjagaan, jangan sampai Okta secara tiba-tiba menunjukkan wajahnya di hadapan publik. Kalau bisa, cari dia sekarang juga sampai dapat. Sampah seperti dia harus di buang".

"Baik pah, aku akan mencari keberadaan dia sekarang ini".

"Bagus, kerjakan dengan baik".

"Siap pa".

Loiner segera meninggalkan ruangan Bagus, ia kemudian bangkit dari kursi kebesarannya berjalan kearah jendela ruangan. Ia menatap kearah gedung-gedung tinggi yang menjulang keatas langit.

"Hhmmsss... Tidak terasa 20 tahun telah berlalu tanpa semut kecil itu. Tapi sekarang tiba-tiba ia menunjukkan diri dengan mengancam ku hahahhaha... Okta, dimana saja kamu selama ini bersembunyi? Keluarlah, aku punya kejutan untuk mu".

.

Sore harinya Naya telah berada di rumah, ia sedang mempersiapkan makan malam untuk mereka berdua meskipun Reyhan tidak bakalan mau memakannya.

Dan sambil mengiris bawang, tiba-tiba ponselNya berdering menandakan sebuah panggilan masuk ke dalam sana. Naya lalu menghentikan pekerjaannya, ia melihat nomor yang baru saja menghubungi dirinya adalah nomor yang tidak dikenal.

"Siapa?" batin Naya.

Tetapi ia tetap menggeser tombol hijau dan menjawabnya.

"Hallo!".

Lalu Naya mendengar suara pria paruh baya dari seberang sana dengan berkata.

"Apa benar ini dengan nona Naya?".

"Iya benar. Lalu ini siapa?".

"Syukurlah. Ini aku pengacara Okta nona, apa nona masih mengingat ku?".

Deng!

"Apa?" Naya sedikit meninggikan suara sambil melihat samping kiri kanannya tidak melihat siapa-siapa. "Benar ini pengacara Okta?".

"Iya nona. Ini aku aku pengacara Okta yang selama ini menghilang. Tolong maafkan aku nona telah meninggalkan nona selama ini".

Naya menghela nafas legah, "Tidak apa-apa asalkan kamu baik-baik saja. Terima kasih sudah kembali. Lalu dimana posisi mu sekarang ini?".

"Aku masih ditempat persembunyian ku selama ini nona. Untuk saat ini, aku belum bisa menunjukkan diri ku karna aku baru saja memberi ancaman kepada keluarga Bagus kalau aku masih hidup".

"Benarkah? Sebaiknya kamu hati-hati, mereka akan mencari mu lagi. Aku mohon, tolong jangan sampai terluka. Harapan ku satu-satunya hanya kamu".

"Iya nona, aku akan bertahan dan mengembalikan semuanya seperti semula".

"Mmmmm, terima kasih Okta".

"Iya nona, kalau begitu aku tutup dulu. Tolong jangan simpan nomor ini nona".

"Baiklah, sampai bertemu di suatu hari nanti".

Setelah Naya mematikan ponselnya, dengan tubuh lemas ia mendudukkan diri diatas kursi sambil memandangi layar ponselnya.

"Pah Mah... Lihatlah, pengacara Okta sudah kembali. Dia baru saja menghubungi ku Pah, besar harapan ku semua kembali seperti semula. Tolong jaga pengacara Okta dengan baik pak mah.. Jangan biarkan dia tertangkap oleh mereka. Naya mohon tolong jaga dia".

Tidak lama setelah itu, Naya melihat Reyhan telah kembali pulang. Reyhan sempat melihat kearahnya, tetapi ia sama sekali tidak menegurnya, Reyhan malah terlihat acuh tak acuh membuka pintu kulkas.

"Rey!" panggilannya. "Aku dan Rian tidak punya hubungan apa-apa. Kami berdua hanya bertemu begitu saja sewaktu aku belanja di swalayan kemarin. Dan tadi pagi, aku memutuskan mencari pekerjaan dari pada aku harus dirumah terus. Ketepatan saat aku menunggu bus di depan halte, sebuah mobil yang tidak aku kenal tiba-tiba berhenti di hadapan ku, dan pria itu adalah Rian. Ia lalu turun dari dalam mobil menghampiri aku".

Naya menghentikan perkataannya, ia melihat Reyhan sama sekali tidak tertarik dengan penjelasannya.

"Tolong dengarkan aku dulu Rey, aku tidak mau suatu saat nanti kamu berpikir aneh-aneh mengenai aku dan Rian".

Reyhan kemudian memutar tubuhnya, ia melihat Naya dari atas sampai bawah dengan wajah datar.

"Terus? Kamu pikir aku akan cemburu melihat kedekatan kamu dengan Rian hhhmm?".

Naya pun langsung terdiam, sedangkan Reyhan malah tersenyum mengejek.

"Aku tidak perduli. Ingat itu".

Reyhan pergi meninggalkannya, Naya lalu menjatuhkan tubuhnya diatas kursi itu kembali tidak menyangka kalau Reyhan akan berkata demikian.

"Ya Tuhan, bagaimana bisa Reyhan berkata seperti itu kepada ku? Sebenarnya apa yang membuat dia seperti ini? Kesalahan apa yang sudah aku lakukan hingga ia terlihat begitu sangat membenci ku?".

.

Reyhan memasuki kamar mandi, ia membuka semua pakaiannya tanpa sehelai benangpun yang tersisa. Ia menutup kedua matanya, lalu menyalakan shower air sambil menikmati setiap tetesan air yang mengalir di tubuhnya.

"Yolanda, aku sangat merindukan mu. Aku sangat merindukan kamu sayang. Kenapa kamu begitu sangat cepat meninggalkan aku? Kenapa kamu tega meninggalkan aku? Kini aku hidup seorang diri sayang. Aku benar-benar tidak memiliki siapa-siapa yang bisa mengerti aku selain kamu sayang. Sekarang apa yang harus aku lakukan sayang? Aku tidak bisa hidup tanpa kamu".

Lama berada disana, akhirnya ia keluar dari dalam kamar mandi melihat Naya berdiri tepat di hadapannya dengan handuk melilit diatas pinggang.

"Akh, maafkan aku Rey. Aku tidak tau....

"Tidak usah membuat alasan seperti itu" potong Reyhan menatap Naya dengan tajam. "Apa yang sedang kamu lakukan disini?".

Naya melangkah mundur, "Ini masalah penting Reyhan. Tolong jangan melihatku seperti ini, aku juga terpaksa datang kemari karena kedua orang tua mu berada di rumah ini".

"Apa?" Reyhan kesal.

"Iya Rey, aku juga tidak tau kenapa mereka tiba-tiba kerumah ini. Makanya jangan salah paham dulu, sekarang ayo kita keluar. Mereka telah menunggu di ruang keluarga".

Reyhan pun terdiam, ia lalu berjalan mengganti pakainya diruang ganti. Setelah itu, mereka keluar bersama agar kedua orang tua itu tidak merasa curiga kepada mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!