Bab 15

Dengan senyum mengembang di wajah kedua orang tua Reyhan, ibunya langsung memeluk sang menantu dengan sayang.

"Mama membawa makan malam untuk kita, kalian belum makan kan?" ujar Lidia menanya kepada menantunya itu. Naya pun langsung tersenyum memberitahu kalau mereka belum makan malam, tetapi ia juga telah menyediakan makan untuk mereka. Lalu anggota keluarga itu berjalan menuju meja makan, Lidia melihat hidangan yang telah Naya sediakan tersaji diatas meja.

"Tadi aku sudah memasaknya ma. Dan aku sangat senang sekali mama dan papa bisa datang kemari makan malam bersama".

"Wah, sepertinya masakan kamu sangat enak sekali sayang" ucap Lidia memuji masakan Naya membuat ia tertawa kecil. "Ayo semua duduk, biar mama saja yang menyajikan diatas piring".

Mereka lalu duduk diatas kursi mereka masing-masing. Reyhan yang tidak akan pernah sudih mencoba masakan Naya, pada akhirnya ia terpaksa harus memakan masakan Naya malam ini juga bersama dengan anggota keluarganya.

"Ma, aku juga mau masakan mama. Rasanya pasti sangat enak".

"Hahahaha... Kamu bisa ajah sayang. Kemari, berikan piring kamu. Rey juga mau?".

"Mmmmm" balas Reyhan menerima diatas piring. Tidak lama setelah itu, mereka semua melahap makanan milik mereka masing-masing dengan sangat lahap.

Lukman lalu berkata melihat putranya itu, "Apa semua berjalan dengan baik Rey? Papa tidak sempat menemui Willy. Karna pekerjaan papa sangat banyak sekali di kantor".

"Iya pah, tadi tuan Willy sempat berpesan kepada ku untuk menyampaikan salam beliau kepada papa".

"Benarkah?" senang Lukman tertawa. "Bagaimana kabar dia? Apa dia terlihat baik-baik saja?".

"Iya pak, beliau terlihat baik-baik saja".

"Baguslah kalau begitu, papa senang mendengarnya. Terus bagaimana dengan mu menantu ku? Apa kamu menyukai tinggal disini bersama dengan Reyhan?" Lukman berkata seperti itu agar ia dan istrinya mengetahui kalau ia menyukai tinggal disana.

Naya kemudian melirik Reyhan yang terlihat sangat santai.

"Iya pa, aku suka tinggal dirumah ini" jawabnya.

Lidia tersenyum, "Benarkah sayang kamu suka tinggal dirumah ini bersama dengan Reyhan? Dia tidak melukai mu kan? Atau Reyhan pernah berkata kasar kepada mu?".

"Tidak ma, Reyhan tidak pernah berbuat kasar kepada ku".

Reyhan langsung melirik kepadanya, ia melihat dari tatapan mata Reyhan kalau pria itu sedang mengejeknya begitu ia menjawab pertanyaan sang ibu mertua kalau ia berbohong.

"Aku melakukan ini semua demi kamu dan juga kedua orang tua mu Rey" ucap Naya dalam hati.

20 menit pun berlalu, sekarang sepasang suami istri itu tengah bersiap-siap pergi meninggalkan mereka berdua. Lidia lalu melihat sang menantu, ia menyentuh kedua tangannya dengan lembut.

"Baik-baik disini ya sayang. Tolong kamu jaga Reyhan dengan baik. Dan kalau Reyhan berani menyakiti mu, kamu tidak boleh berbohong kepada kami berdua, kamu harus memberitahunya mmmmm".

"Iya ma, aku akan memberitahu papa sama mama kalau Reyhan menyakiti ku".

"Bagus sayang, kalau gitu kami pergi dulu yah".

"Iya mah pak, hati-hati di jalan".

Seperginya mobil tersebut, Reyhan langsung pergi begitu saja meninggalkan dirinya yang masih berdiri disana. Naya lalu menghela nafas, ia melihat kearah punggung Reyhan yang sudah menjauh dari arah pandangan matanya.

"Dia pergi begitu saja".

Ia pun mengunci pintu, namun sebelum Naya memasuki kamar. Terlebih dahulu, ia membersihkan bekas piring kotor mereka agar besok ia tidak akan terlambat berangkat ke kantor.

Dan sambil membersihkan piring kotor, tiba-tiba Reyhan datang menghampiri dirinya.

"Ada apa Rey?" Naya bertanya.

Reyhan berjalan semakin mendekatinya, ia menatap kedua bola mata Naya dengan intens.

"Tidak usah bersandiwara seperti itu jika nantinya kamu akan memberitahu kedua orang tua ku. Rencana apa yang sedang kamu rencanakan hhmmm?".

Naya bingung, ia tidak mengerti maksud dari perkataan Reyhan.

"Tidak usah berpura-pura seperti itu, kamu pikir aku tidak tau kalau kamu sedang menjebak ku disini? Hahahaha... Dari tatapan mu saja aku sudah tau kamu itu siapa".

"Rey, jangan berkata seperti itu. Aku tidak mengerti maksud kamu. Aku sama sekali tidak pernah berpikir macam-macam".

Reyhan menatap kedua bola mata Naya semakin tajam.

"Lihat saja, kalau kamu berani macam-macam. Aku tidak akan segan-segan menghancurkan hidup mu. Ingat itu!".

Reyhan lalu pergi meninggalkannya, sedangkan ia hanya bisa menatap punggungnya dengan tatapan kosong.

.

Berada di depan kantor ruangan direktur, Naya hanya duduk diam seorang diri sambil menunggu kedatangan Rian. Kemudian Paris mendatangi dirinya, ia melihat pria itu berdiri di hadapannya.

"Kamu! Ada apa?" tanya Naya.

"Apa yang sedang nona lakukan disini? Bagaimana bisa nona mengenal Rian?".

Naya bingung, "Ada apa? Aku disini bekerja Paris sama seperti dengan mu?".

Paris menarik nafas, ia melihat Naya begitu sangat polos seperti tidak tau apa-apa.

"Saran saya, sebaiknya nona tinggalkan pekerjaan ini. Bekerja disini tidak baik untuk nona. Tolong jangan menyesalinya di kemudian hari nanti".

"Maaf, aku sama sekali tidak mengerti maksud kamu Paris. Kenapa kamu berkata aku tidak pantas bekerja di perusahaan ini? Selama kuliah aku mendapatkan nilai yang terbaik dari yang lainnya. Lalu, keraguan ap.......

"Ada apa ini?" tiba-tiba Rian datang dari belakang mereka. Ia melihat Paris berada disana bersama dengan Naya. "Ada apa Paris? Kenapa kamu berada disini?".

"Tidak ada apa-apa. Permisi!".

Paris segera pergi dari sana, Rian lalu melihat Naya yang hanya diam saja.

"Ada apa Nay? Kenapa Paris berada disini?".

Naya tersenyum menggeleng, "Aku tidak tau, dia hanya bertanya kenapa kamu lama sekali datang".

"Benarkah dia bertanya seperti itu? Tidak seperti biasanya Paris".

"Tidak usah di pikirkan, sekarang apa yang perlu aku kerjakan? Sedari tadi aku sudah kelamaan menunggu mu disini. Apa jalanan mecat?".

Rian melihatnya, pria itu langsung tersenyum senang mendengar pertanyaan Naya yang terdengar perduli kepadanya.

"Wah, kamu mengkhawatirkan aku Nay? Hahahaha... Terima kasih sudah perduli kepada ku. Ayo masuk dulu, aku akan memberitahu pekerjaan kamu".

Rian membuka pintu ruangannya, keduanya masuk ke dalam secara bersamaan. Kemudian Rian menyuruh Naya duduk diatas sofa, sedangkan Rian mengambil beberapa dokumen dari atas meja kerjanya memberikan kepada Naya.

"Tolong kamu kerjakan ini semua ya Nay. Nanti sore kamu berikan kepada ku sekitar jam 4 nanti. Bisa kan Nay kamu lakukan itu untuk ku?".

"Ini saja?" tanya Naya menerima dokumen tersebut.

"Iya, hanya itu saja. Kamu kan masih pemula di perusahaan ini. Aku tidak mungkin membuat pekerjaan kamu terlalu berat dan berisiko, kecuali kamu sudah karyawan lama disini".

"Baiklah pak Rian, saya akan mengerjakan semua dokumen ini dengan tepat waktu. Kalau gitu saya permisi dul...

"Hahahaha... Nay.. Nay.. Tidak usah formal seperti itu kepada ku. Panggil saja seperti biasa Rian".

"Maaf pak, tapi kita sedang dalam kantor. Tidak mungkin saya menyebut nama atasan saya secara sembarangan".

"Tidak apa-apa Nay. Siapa yang perduli akan hal itu".

"Maaf pak, saya tidak bisa".

"Oh ya sudah kalau itu mau kamu. Kamu boleh keluar Nay".

"Baik pak, permisi".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!