Bab 7

Naya terdiam, ia masih duduk diatas kursinya. Entah kenapa ia sangat susah sekali bergerak dari sana dan masih memandangi Reyhan yang sama sekali enggan melirik kepadanya.

Tok... Tok...

Ceklek!

Paris masuk ke dalam ruangan Reyhan, ia melihat Naya masih berada disana seorang diri tanpa seorang pun menemani dia.

"Nona belum pulang?" tanyanya memberanikan diri.

Naya tersenyum tipis sambil menggeleng kepala.

"Akh iya, tadi di lobby saya sempat berpapasan dengan nyonya Mirna. Apa beliau berkata kalau beliau pergi karna ada urusan mendadak?".

"Iya, tadi mama memberitahu ku. Kalau gitu, aku pulang dulu".

"Tapi nona, tadi sebelum nyonya Mirna pergi, beliau mengatakan kalau nona akan diantar oleh tuan Reyhan".

Mendengar namanya disebut, Reyhan langsung mendengus kesal melihat keduanya berdiri disana.

"Biarkan saja dia pulang sendiri Paris. Dia bukan anak kecil lagi yang harus diantar sana sini kemari. Cepat kerjakan ini semua".

Paris terdiam, ia melihat Naya yang hanya bisa menghela nafas tanpa berkata apa-apa kepadanya.

"Maafkan saya nona, saya juga tidak bisa mengantar nona pulang karna ada pekerjaan yang harus saya lakukan".

"Tidak apa-apa Paris. Saya pergi dulu".

Begitu Naya pergi meninggalkan ruangan Reyhan. Paris berkata kepadanya, "Kenapa tuan tidak mengantarnya saja?".

"Dia tidak lebih penting dari pekerjaan ku Paris".

Paris pun terdiam.

Kemudian Reyhan melihatnya lagi, "Kenapa? Kamu merasa kasihan kepadanya?".

Paris tersenyum tipis, lalu ia menggeleng.

"Tidak usah mengasihi dia".

"Lalu kenapa tuan menikahi dia disaat seperti ini? Apa tuan sudah melupakan nona Yolanda".

Reyhan sejenak terdiam, "Sampai kapan pun aku tidak akan pernah melupakan Yolanda Paris. Dia cinta pertama ku dan juga terakhir ku, sampai kapan pun, posisi dia dalam hidupku tidak akan pernah tergantikan hanya karna wanita itu".

Paris mengangguk mengerti. Setelah itu keduanya kembali bekerja.

"Pak, taksi".

Naya berada di depan jalan raya begitu ia pergi meninggalkan perusahaan Reyhan. Dan kini taksi tersebut telah berhenti di hadapannya, ia segera masuk ke dalam memberitahu alamat tujuannya.

25 menit menempuh perjalanan, ia telah tiba di tempat tujuan yaitu di makam Indra Pura tempat kedua orang tuanya di makamkan.

Naya tersenyum, ia meletakkan dua tangkai bunga mawar diatas sana.

"Papa Mama, aku datang. Naya datang, aku sangat merindukan kalian berdua. Apa Papa sama Mama juga merindukan Naya hehehheeh?".

"Oh iya, kemarin aku belum sempat memberitahu papa sama mama kalau aku sudah menikah. Dan sekarang waktunya aku akan memberitahu kalian kalau aku sudah menikah Pa ma, aku menikahi Reyhan. Anak kecil yang dulu pernah berjanji kepada ku jika kami sudah tumbuh dewasa dia akan menikahi ku".

Naya meneteskan air mata.

"Tapi setelah kami tumbuh dewasa, dia sama sekali tidak mengingat ku lagi hiks.. hiks.. Dia malah berpacaran dengan Yolanda adik aku sendiri hiks.. Aaarrrkkkhh... Papa dan mama pasti tau, setelah mereka berdua menikah 1 tahun lamanya. Yolanda malah pergi meninggalkan Reyhan bersama buah hati mereka hiks..".

"Kalau papa dan mama berkata aku tidak ikhlas dengan pernikahan mereka. Papa dan mama salah, aku ikhlas kalau mereka hidup bersama sampai hari tua pa hiks.. hiks.. Aku kasihan kepada Reyhan pa ma. Aku sangat kekasihan kepadanya, dia terlihat begitu sangat mencintai Yolanda. Dia benar-benar sangat tersiksa sekali".

"Dan seperti kata mama Mirna, aku harus berusaha mengembalikan Reyhan yang dulu. Bagaimana bisa aku melakukan itu Pa Ma? Tatapan Reyhan saja kepadaku sudah membuat ku takut, pria itu sama sekali tidak menginginkan aku".

Lama berada disana, Naya pun akhirnya pergi meninggalkan makam kedua orangtuanya kembali ke rumah istana keluarga Dirgantoro. Ia tiba disana sekitar jam 7 malam. Mirna kemudian melihat menantu ya itu datang seorang sendiri tanpa di dampingi oleh sang suami.

"Loh, Rey mana Naya?" tanya Mirna.

Naya lalu tersenyum tipis, "Rey masih di kantor ma. Dia sedang banyak pekerjaan, jadi aku berkata kepadanya aku pulang sendiri saja. Tidak apa-apa kok ma, Naya juga sudah besar tidak seperti anak kecil yang harus diantar pulang" ia tertawa supaya Mirna tidak merasa curiga.

"Kamu tidak sedang berbohong kan sayang?".

"Iya ma, aku tidak sedang berbohong".

"Mmmmm, bagus kalau begitu" Mirna menggenggam kedua tangan Naya dengan hangat. "Mama sangat berterima kasih sekali kepada mu sayang. Maaf ya mama tadi meninggalkan kamu".

"Iya ma, kalau gitu aku mandi dulu".

"Iya sayang, setelan itu kamu turun ya".

"Iya ma".

Naya segera menaiki anak tangga, ia membuka pintu kamar dengan tubuh lelah manaruh tasnya diatas tempat tidur setelah ia menghabiskan waktu yang lama di makam kedua orang tuanya.

Setelah itu ia memasuki kamar mandi, ia melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Lalu memasuki bathtub berendam selama beberapa menit lamanya untuk menenangkan pikiran, namun tanpa sadar ia malah terlelap sampai Reyhan kembali pulang dari kantor.

"Kamu sudah pulang Rey?" tanya Mirna melihat putranya itu. "Bagaimana hari ini di kantor? Apa pekerjaan mu begitu sangat banyak sehingga kamu tidak bisa mengantar Naya pulang kerumah?".

Reyhan melihatnya.

"Naya tadi memberitahu mama kalau kamu katanya sangat sibuk. Jadi dia memutuskan pulang sendiri. Lain kali jangan kamu ulangi ya sayang, mama tidak mau terjadi apa-apa dengan Naya juga, kamu tau sendiri kan jaman sekarang supir taksi juga banyak yang ugal-ugalan".

"Hhmmsss" Reyhan menghela nafas lelah. "Dia kan sudah dewasa ma. Dia bukan anak kecil lagi yang harus diantar sana sini kemari. Yolanda saja bisa mandiri, kenapa dia tidak bisa?".

Mirna pun langsung menatap putranya itu dengan tatapan kecewa.

"Rey, harus berapa kali lagi mama katakan sama kamu? Naya itu bukan orang lain, dia sudah istri kamu Rey. Jadi mama minta tolong sama kamu, tolong jangan pernah kamu bandingkan Naya dengan Yolanda. Kamu harus mencintai dia, menghargai dia, menyayangi dia sama seperti kamu dulunya sama Yolanda".

"Hhhmmss.. Mah, hari ini aku sangat lelah sekali. Tolong jangan bahas itu sekarang".

Tanpa ingin mendengarkan ocehan Mirna panjang lebar lagi, ia pun pergi meninggalkan sang ibu memasuki kamar.

Ceklek!

Reyhan membuka pintu, ia tidak melihat siapa-siapa disana selain tas Naya yang terletak diatas tempat tidur. Kemudian ia melepaskan pakaiannya, ia tidak mau ambil pusing dimana pun keberadaan Naya saat ini.

Dan begitu ia membuka pintu kamar mandi, ia langsung melihat Naya berada di dalam bathtub seperti sedang tertidur. Melihat itu, ia mencoba mendekati sambil berkata.

"Apa yang sedang kamu lakukan disini?".

Mendengar suara Reyhan, Naya sempat bergumam tak jelas. Lalu ia mendengar suara itu kembali semakin jelas hingga akhirnya ia membuka mata melihat Reyhan berdiri di hadapannya dengan wajah letih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!