Bab 9

Sekarang mereka telah tiba di depan rumah istana milik Reyhan sendiri. Naya melihat rumah itu begitu sangat mewah memilih desain yang unik.

Lalu ia melihat Reyhan menurunkan barang bawaan miliknya dari dalam mobil. Setelah itu ia pergi masuk begitu saja meninggalkan Naya tanpa berniat mengajak Naya atau juga membantu membawa barang bawaannya.

Melihat itu, Naya mencoba untuk tersenyum.

"Tidak apa-apa, aku juga bisa membawa barang bawaan ku sendiri dan menurunkan ini dari dalam mobil".

Naya pun segera membawa barang bawaannya masuk ke dalam rumah, ia melihat rumah itu begitu sangat sepi seperti tidak ada orang disana. Kemudian ia mencari keberadaan Reyhan menaiki anak tangga sambil memanggil namanya sampai berulang kali.

"Rey! Rey! Rey kamu dimana?" ucapnya.

Lalu ia mendengar salah satu pintu kamar terbuka, Reyhan melihatnya dengan wajah dingin.

Naya tersenyum, "Kamar kita dimana Rey?".

Reyhan berjalan mendekati Naya, ia melihat Naya dengan tatapan benci seperti ingin menelan Naya sekarang ini juga dari muka bumi ini.

"Kenapa Rey? Kenapa kamu melihat ku seperti itu?" Naya bingung.

"Kamar mu ada dilantai bawah" jawab Reyhan singkat.

"Apa? Ke-kenapa Rey? Bukankah kita...

"Apa kamu tidak mengerti maksud ku?".

Nada suara Reyhan terdengar kasar, pada akhirnya Naya pun mengalah menuruni anak tangga pergi meninggalkan Reyhan membawa barang bawaan itu kembali.

Dan sekarang ia berada di lantai bawah, sakit rasanya diperlukan seperti ini. Ia pun menangis di balik tembok tanpa sepengetahuan Reyhan.

"Ya Tuhan, setelah beberapa tahun lamanya aku tidak pernah mengeluarkan air mata. Kenapa sekarang aku harus menangis ya Tuhan?" Naya memeluk tasnya. "Kenapa penderitaan ku tidak pernah berujung? Kenapa aku tidak bisa menjadi wanita yang kuat aaarrrkkkhh hiks.. hiks...".

.

Naya berada di dalam kamarnya, ia melihat kamar tersebut tidak terlalu buruk untuk ia tempati meskipun kamar itu bisa dibilang adalah kamar pelayan.

"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa hidup seperti ini" gumam Naya.

Ia kemudian membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur, ia menatap keatas langit-langit kamar dengan tatapan kosong.

"Aku telah keluar dari kandang harimau, dan sekarang aku berada di kandang singa. Tapi rasanya aku masih jauh lebih bebas berada disini dari pada di rumah itu. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku harus bekerja untuk menyusun rencana yang selama ini aku rencanakan".

Pelita group yang berdiri sejak tahun 1987 adalah perusahaan milik kedua orang Naya. Ia dan istrinya mendirikan perusahaan itu atas dasar kerja keras mereka. Hingga tahun demi tahun, Pelita group semakin maju dipasaran global sehingga banyak perusahaan yang tertarik mendengar nama perusahaan tersebut dan banyak juga perusahaan lain yang meminta berinvestasi disana.

Dan Pelita group ini bergerak di bidang kosmetik, aksesoris, pakaian, dan juga di bidang kuliner. Namun setelah sang adik dari ayah Naya bergabung di perusahaan itu, ia mempercayakan kalau sang adik bisa diajak bekerjasama untuk semakin memajukan Pelita group.

Tetapi naasnya, itu semua tidak seperti yang kedua orang tua Naya harapkan. Pamannya itu malah tega membunuh kakaknya sendiri yang sudah sangat mempercayainya dengan cara merusak rem mobil milik kedua orang tuanya yang ketepatan waktu mereka pergi liburan bersama.

Sejak kecelakaan itu, Naya pun kehilangan kedua orangtuanya. Ia sangat marah, menyesali kenapa waktu itu mereka harus pergi liburan. Jika waktu itu mereka tidak pergi, sampai sekarang ia akan hidup bahagia bersama dengan mereka.

Tetapi yang paling Naya sesalkan, kenapa polisi sampai sekarang tidak berhasil menyelesaikan masalah ini? jelas-jelas ini kasus pembunuhan berencana oleh paman dia sendiri. Namun hanya karna bukti kurang jelas, polisi tidak berani menyatakan kalau paman Naya sendiri yang membunuh kedua orang tuanya meskipun Naya sudah berkata kalau yang merusak rem mobil itu adalah pamannya.

Tetapi karna dulu ia masih kecil, Polisi, hakim, dan jaksa tidak ada yang dapat mempercayai.

Dan sekarang ia telah tumbuh dewasa, apapun yang terjadi, ia akan membongkar semua kebusukan yang pamannya lakukan selama ini kepadanya dan kepada kedua orang tuanya. Ia hanya menunggu waktunya saja sampa hari itu tiba.

DDDRREETTTT... DDDDRRRTTT....

Naya membuka mata, ia mendengar ponselnya berdering menandakan sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya. Ia lalu melihat orang yang sedang menghubunginya itu adalah Lidia ibunya Reyhan. Ia pun segera menggeser tombol hijau.

"Iya ma. Maaf aku baru memberitahu mama kalau kami sudah tiba dirumah" suara Naya terdengar lelah.

Lidia tersenyum, "Iya sayang, tidak apa-apa. Mama hanya memastikan kalau kalian berdua tiba disana dengan keadaan selamat. Mama sangat senang sekali. Lalu bagaimana dengan Rey sayang? Dia sedang apa?".

Naya beberapa detik terdiam.

"Reyhan sedang tidur ma. Dia terlihat sangat lelah sekali".

"Oh, ya sudah kalau gitu mama tutup dulu ya sayang. Kamu jangan lupa juga istirahat yang banyak".

"Iya ma, terimakasih sudah mengingatkan aku".

Naya mematikan ponselnya, ia melihat barang bawaannya belum ia taruh di dalam lemari dan masih terletak disana. Namun saat ia hendak ingin menaruh dalam lemari, tiba-tiba perutnya terasa lapar ingin segera di isi dengan makanan. Naya pun memilih keluar dari dalam kamar.

Begitu ia keluar, ia berjalan kearah dapur mencari sesuatu yang bisa ia makan. Naya pun membuka kulkas, ia melihat tak satupun makanya yang bisa dia makan disana, bahkan untuk dimasak pun tidak ada di dalam kulkas kecuali air dalam botol minum.

"Hhhmmss.. Tidak ada apa-apa" Naya melihat dapur Reyhan yang begitu luas. "Aku sangat lapar sekali".

Lalu ia mendengar suara langkah kaki Reyhan berjalan kearahnya, ia kemudian melihat pria itu berdiri di hadapannya tanpa ekspresi menyuruh ia minggir dari depan pintu kulkas.

Tanpa menghalangi Reyhan, Naya pun segera bergeser sambil berkata. "Tidak ada apa-apa di dalam sana. Apa dirumah ini kamu tidak memiliki pelayan?".

Reyhan menatapnya, ia melihat Naya dengan senyum sinis.

"Dirumah ini tidak ada pelayan, kamu kerjakan sendiri semuanya. Apa kamu keberatan?".

Naya terdiam, pria yang berada di hadapannya itu begitu sangat jahat membuat ia merasa sakit ingin menangis saat ini juga.

"Apa kamu mengatakan yang sebenarnya? Rumah ini begitu sangat luas. Aku ini istri kamu Rey, bukan pembantu kamu".

Lagi-lagi Reyhan tersenyum sinis kepadanya.

"Tapi kamu jangan salah, kamu itu hanya istri pengganti yang tidak akan pernah aku anggap sampai kapan pun. Ingat itu!".

Duuaaarrr...

Bagaikan disambar petir, Naya pun menumpahkan air mata itu kembali dengan tubuh bergetar tidak menyangka kalau Reyhan akan berkata seperti itu kepadanya.

"Tidak usah menangis seperti itu. Kamu pikir aku akan kasihan kepada mu?" Reyhan tertawa mengejek. "Jangan pernah berharap lebih dari ku" ia pun pergi meninggalkannya.

Terpopuler

Comments

nurul jannah

nurul jannah

mamanya raihan itu mirna apa Linda toh yg bener siapa🤔

2023-05-22

1

Cetak Photommp

Cetak Photommp

entar nyesel kamu! pengennya sih cerai aja trus bininya nikah sama laki2 lain..males sama ray

2023-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!