Bismillahirohmanirohim.
Di rumah Arlan sedang bersiap untuk pergi jalan-jalan, sedari tadi kedua anak kembar itu memaksa papa nya untuk segera mengajak mereka ke pusat kota.
"Papa bohong!" kesal Mike.
Arlan cepat menghampiri Mike yang sudah marah padanya sementara Misyel sudah menatap papa nya dengan tatapan malas.
Mike melipat kedua tangannya di dada, dengan pipi yang mengembang tentu saja jika Mike seperti itu begitu lucu bagi Arlan.
"Siapa yang bohong boy, papa memang mau mengajak kalian pergi jadi jangan marah lagi ok" Arlan berusaha merayu buah hatinya itu.
"Lagian papa dari tadi diajak jawabnya malah, ia tunggu sebentar iya tunggu sebentar" timpal Misyel sambil mengikuti gaya bicara Arlan.
"Kalau sama kak Iklima kan sudah pergi dari tadi, papa lelet" dengus Misyel.
Bukan Mike saja yang ngambek tapi Misyel juga. "Oke papa salah, jadi jangan marah lagi ya, ayo kita pergi jalan-jalan sekarang" ajak Arlan.
Mendengar kata jalan-jalan tentu saja Mike dan Misyel menjawab dengan semangat. "Ayo, let's goo!" ujar keduanya semangat.
Arlan mengembangkan senyumnya kala melihat dua anaknya tidak marah lagi. Mike dan Misyel pandai sekali membuat orang tersenyum walaupun mereka masih marah.
Pesona dua anak Arlan itu tak bisa diragukan, bahkan Iklima saja yang tak menyukai anak kecil dalam waktu yang terbilang singkat sudah bisa berbaur dengan dua bocah itu.
Bukan Iklima yang berusaha keras untuk mendekati Misyel dan Mike, tapi pesona dua anak kembar itu yang membuat Iklima bisa dekat dengan mereka.
Arlan sudah mulai mengendarai mobilnya menuju pusat kota, di sana banyak sekali mainan anak-anak dan banyak hal bermanfaat yang bisa dilakukan anak-anak, seperti menggambar, belajar renang dan masih banyak lainya.
"Kruk…kruk….kruk…!" bunyi yang keluar dari perut Misyel membuat anak balita itu malu sendiri dia tak mau diledek oleh kembarnya.
"Yaak! Perut Misyel bunyi" tawa Mike pecah di dalam mobil itu saat mendengar bunyi perut Misyel yang sedikit lama.
"Mike nggak boleh ketawa!" tegas Misyel tawa anak laki-laki Arlan itu langsung hilang saat melihat tatapan kesal dari kakak kembarnya.
"Ups, Mike sudah salah menyinggung orang" ucapnya pada diri sendiri yang masih mampu didengar Misyel maupun Arlan.
Sedangkan Arlan tersenyum melihat putrinya sudah lapar dia juga tersenyum melihat tingkah anaknya yang begitu aktif walaupun masih kecil.
Mike dan Misyel memang terkadang saling meledek, bahkan bisa tidak aku tapi keduanya tetap kompak dalam hal apapun termasuk ingin menjadikan Iklima mama mereka.
Wajar saja jika Misyel sudah lapar saat ini, karena waktu makan siang sudah tiba, Iklima memang mengatur jadwal makan si kembar akan makan dalam satu hari tiga kali.
"Kita berhenti di restoran itu dulu oke untuk mengisi perut, papa juga lapar" ucap Arlan yang langsung mendapat persetujuan dari kedua anaknya.
Setelah memarkirkan mobilnya dengan benar Arlan segera mengajak buah hatinya turun. "Papa gendong" pinta Mike.
Misyel menatap adik kembarnya sinis. "Manja" protes Misyel.
"Biarin, wek, wek, wek" Mike menjulurkan lidahnya pada sang kakak.
"Sudah tidak usah ribut, kita kesinikan mau makan" lerai Arlan.
Arlan menggandeng masuk ke dalam restoran Misyel sementara Mike sudah berada di dalam gendongan Arlan. Mike berada di atas punggung papa nya dia berpegangan erat pada pundak papa nya tanpa diminta oleh Arlan, Mike melakukan itu dengan inisiatif sendiri.
Tapi saat sudah masuk ke dalam restoran Mike meminta turun dari gendongan Mike, kini dia berjalan sejajar dengan Misyel keduanya bergandengan tangan yang membuat Arlan tersenyum, hal itu sering dilakukan Misyel dan Mike di tempat keramaian agar mereka tidak berpisah.
Baru saja masuk pintu restoran Misyel sudah menangkap sosok yang begitu dia kenali.
"kak Iklima!" ucap Misyel refleks.
"Mana?" tanya Mike mencari keberadaan Iklima.
"Itu" tunjuk Misyel dimana Iklima berada. "Ayo kita kesana" ajak Misyel sambil menarik tangan kebarnya itu, sedangkan Arlan hanya mengikuti kemana kedua bocah itu melangkah.
"Misyel bukankah itu om Liam yang duduk di depan kak Iklima tapi yang sebelahnya"
Misyel memperhatikan laki-laki yang duduk di depan Iklima itu. "Benar itu om Liam kapan dia pulang, pulang juga tak langsung ke rumah" dengus Misyel.
Keduanya terus berjalan sampai ke tempat dimana Iklima dan kawan-kawannya berada, Arlan tidak sadar jika kedua buah hatinya itu menghampiri Iklima, dia saja tak mendengar perkatan dua bocah itu karena terlalu pelan.
"Mama" ucap Mike dan Misyel tentu saja mereka semua menoleh pada sumber suara termasuk Arlan dia baru sadar jika anak kembarnya menghampiri Iklima.
Arlan menepuk jidatnya sendiri seharusnya dia tidak membiarkan Misyel dan Mike mengganggu waktu libur Iklima.
Deg...!
Iklima begitu kaget kala dipanggil mama oleh sikembar di depan banyak orang, tapi dia dengan cepat berlaku santai.
"Sayang kalian ada disini juga" ucapan yang keluar dari mulut Iklima itu membuat semua orang yang berada disitu tercengang, termasuk Liam dan Zaki.
"Iya Misyel laper tak tahunya mereka lihat kamu disini" bukan Misyel dan Mike yang menjawab melainkan Arlan.
Tanpa disuruh Arlan duduk dibangku kosong sebelah Iklima, sementara itu Mela terpana dengan ketampanan Arlan.
Belum sempat mereka bertanya siapa Arlan, tatapan tajam yang diarahkan bapak dan kedua anaknya itu pada Liam membuat mereka semakin bingung.
"Sepertinya perang dunia ke 3 akan dimulai" ucap Pia pelan namun masih bisa didengar mereka semua.
Liam yang mendapatkan tatapan tajam dari ketiga orang sekaligus hanya bisa tersenyum menampakkan giginya. "Memangnya ada apa Pia?" bingung Iklima.
Pia tak menjawab dia hanya memberi isyarat pada Iklima untuk melihat ketiga orang itu.
"Sayang tak boleh menatap yang lebih tua seperti itu" tegur Iklima pelan mereka sepertinya tidak mendengarkan perkataan Iklima kali ini.
Saat ini Misyel sudah duduk di pangkuan Arlan sedangkan Mike dipangkuan Iklima.
Sebentar suasana di meja mereka terasa begitu panas, sampai suara Mike dan Misyel memecahkan suasa itu.
"Om Liam!" teriak Misyel dan Mike dengan nada marah, Arlan yang tadinya menatap tajam Liam kini sedikit tersenyum dua anaknya bisa mengatasi Liam.
"Iya kenapa?" tanya Liam dengan santai.
"Om Liam! persaudaraan kita mulai hari ini putus!" tegas Mike.
"Benar!" sambung Misyel lebih tegas.
Liam hanya mampu menelan ludahnya kasar, niat hati dia ingin sok berani pada dua bocah kembar di depannya ini malah mereka berdua lebih menyeramkan.
"Tante Pia juga!" lanjut Misyel dan Mike kompak.
"Twis dengar tante Pia dulu oke, tante sudah bilang ke om Liam biar ke rumah kalian lebih dulu, tapi om Liam bilang setelah ini saja, padahal tante Pia sudah memberi tahunya agar ke rumah kalian lebih dulu" terang Pia, dia tak mau terkena amukan dari dua sepupu Liam itu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Iin Karmini
twins
typo terus thor....
2023-04-02
0