Bismillahirohmanirohim.
Pagi harinya dengan perasaan malas Iklima haru pergi ke rumah tuan Arlan, sedari tadi sebelum disuruh oleh ibu bapaknya bersiap Iklima terus saja mengerut tidak jelas di dalam kamar.
"Iklima sudah selesai belum? Hari hampir siang, tidak enak dengan tuan Arlan jika kita telat kesana, ibu sudah janji jam 9 kita sudah berada di rumah beliau" ucap Diah ibu Iklima, sudah hampir 5 menit dia mengetuk pintu kamar Iklima.
Tapi jawaban keluar dari mulut Iklima yang masih berada didalam kamar hanya. "Iya ibu sebentar lagi Iklima selesai" sahutnya. Sedari tadi hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Iklima, hampir tiga kali sampai membuat Diah merasa kesal.
"Lima ibu hitung sampai 3 jika kamu tak keluar juga lihat apa yang akan ibu lakukan padamu" ancam Diah dari depan pintu kamar Iklima.
Mendengar ancaman dari ibunya, Iklima langsung membuka pintu kamar. "Iklima sudah siap ibu ayo kita berangkat" dia suguhkan senyumnya semanis mungkin pada ibunya, agar tidak memarahi dirinya.
Iklima tau sekali watak ibunya, jika memarahi anaknya sendiri, bisa betah berjam-jam. "Kenapa lama sekali?" tanya Diah penuh selidik.
Iklima menyengir tanpa dosa. "Cari handphone Iklima yang lupa Iklima taruh mana" bohongnya.
Bukan itu yang sebenarnya Iklima lakukan, sedari tadi itu dia sedang bolak-balik apakah dia harus benar melakukan apa yang ibu dan bapaknya suruh, sampai ancaman yang keluar dari mulut ibunya tidak bisa membuat Iklima berkutik lagi.
"Dasar ceroboh, sudah ayo berangkat" ajak Diah, sambil berjalan lebih dulu dari pada Iklima.
Rumah mewah itu tidak jauh dari rumah orang tua Iklima, hanya saja Iklima dan ibunya sedang malas berjalan kaki, dengan sanati mereka mengendarai motor untuk bisa sampai ke rumah Arlan, sampai di rumah Arlan, Iklima dibuat takjub dengan kemegahan rumah tersebut, selama ini Iklima memang tidak begitu memperhatikan tempat sekitar.
"Ibu Diah ya?" tanya seorang satpam dengan sopan.
"Betul pak"
Iklima diam saja membiarkan ibunya berbicara pada satpam yang sedang berjaga, Iklima masih setia memandang takjub rumah Arlan.
"Silahkan masuk ibu, neng, pak Arlan sudah menunggu di dalam bersama kedua anaknya" ujar satpam tadi yang membuat Diah mengerti.
Setelah mengatakan terima kasih Dian pergi dari hadapan satpam tadi, sambil menarik lengan Iklima agar berjalan sedikit cepat.
"Aduh, ibu pelan-pelan jalanya, sakit tau ditarik-tarim" gerut Iklima sambil meringis, dia berkata tidak dengan nada marah.
"Habisnya kamu jalanya lambat kayak siput, nggak enak sama tuan Arlan kalau ditungguin" cecer Diah, dia berhenti seketika saat melihat Arlan ada didepan mereka.
Arlan memang sudah berada di ruang tamu, dia sengaja menunggu kedatangan ibu Diah dan anaknya. Arlan berada di runag tamu bersama Misyel dan Mike. Tapi saat sedang asyik bermain dengan kedua buah hatinya di ruang tamu, Arlan tidak sengaja mendengar sedikit keributan di depan rumahnya.
"Tu-an Ar-lan" ucap bu Diah terbata.
Ibu Diah merasa tidak enak, sementar Iklima terpaku senjenak melihat Arlan yang begitu tampan.
"Iya bu, ayo masuk" ajak Arlan, sekilas dia melirik Iklima, Arlan tidak tahu jika anak kedua ibu Diah dan pak Guntur itu memiliki wajah yang cantik.
"Oh iya bu, panggil saya Arlan saja bu, tidak usah dengan embel-embel tuan, saya terkesan seperti orang yang angkuh jika seperti itu" ucap Arlan dengan sopan, setelah mempersihlakan ibu Diah dan Iklima duduk.
"Apa tidak masalah?" ujar ibu Diah dengan ragu. Arlan mengangguk yakin agar ibu Diah memanggilnya hanya dengan nama saja tanpa embel-embel tuan.
Arlan melihat kedua anaknya sebentar sebelum berbicara dengan Iklima, tapi dia terpaku dengan tingkah kedua anak kembarnya yang menatap Iklima dengan kedua mata berbinar.
"Apakah ini Iklima, ibu? yang anak mengasuh Misyel dan Mike?" tanya Arlan memastikan setelah melihat kedua anaknya yang menatap Iklima dengan rasa penasaran.
"Benar nak Arlan" ujar ibu Diah yang membuat Arlan tersenyum.
"Sepertinya anak saya sudah menyukai Iklima, mereka penasaran pada Iklima" ucap Arlan yang membuat Iklima menelan ludahnya dengan kasar.
"Papa, kakak cantik itu yang akan mengurus Misyel dan Mike?" tanya Misyel memastikan.
"Iya sayang" jawab Arlan dengan lembut.
Iklima begitu tercengang saat melihat Misyel dan Mike sudah berdiri di hadapannya, padahal semalam dan sebelum berangkat menuju rumah Arlan, Iklima berharap jika anak kembar Arlan tidak menyukai dirinya, tapi sepertinya doa Iklima tidak terkabul untuk masalah yang satu ini.
"Kakak cantik ayo kita main" ajak anak laki-laki yang bernama Mike.
Tentu saja hal itu membuat Iklima kembali menelan ludahnya berkali kali dengan kasar. "Kenapa mereka malah ingin bermain denganku?, seharunya mereka tidak menyukaiku" batin Iklima merasa frustasi.
Ingin menolak ajakan Mike, tentu saja Iklima tidak sanggup apa lagi melihat tatapan Mike yang membuatnya tak bisa menolak.
"Nanti dulu Mike, papa harus memberi tahu kakak dulu tentang kerjanya" ucap Arlan memberi pengertian pada Mike.
Mike menuruti apa yang papa nya ucapkan. "Peraturan pertama kamu harus menetap disini, tidak boleh bolak-balik pulang ke rumah, kamu harus tinggal dirumah ini, kamar sudah disiapkan" terang Arlan.
"Apa!" pekin Iklima dalam hatinya.
Anehnya dia ingin sekali mengatkan, 'memang siapa yang sudah menyetuji ataur ini' tapi dia tidak bisa berkata apa-apa mulutnya terasa kaku, dia juga tidak tahu kenapa dengan mudahnya Iklima menganggukan kepalanya, padahal Iklima tidak berniat untuk merespon ucapan Arlan.
"Syukurlah kalau Iklima setuju" Arlan dan ibu Diah sama-sama merasa lega.
"Jadi kita sudah boleh bermain dengan kakak Iklima papa?" Mike memastikan, agar tidak kecewa seperti tadi.
"Boleh sayang" sahut Arlan yang membuat Misyel dan Mike senang.
"Kakak Iklima ayo main!" ajak keduanya, Iklima hanya bisa terseyum dan menuruti kemanuan kedua anak kembar itu.
"Kalau begitu saya pamit pulang nak Arlan" ujar ibu Diah, setelah Iklima sudah tidak ada diruang tamu lagi.
"Biar saya antar bu" tawar Arlan dengan sopan.
"Tidak perlu saya dan Iklima tadi membawa motor, saya permisi" ucap ibu Diah dengan sopan. Arlan memberikan satu amplo kedalam tas ibu Diah, tapi sepertinya ibu dia tidak menaydarinya.
Semenatar Iklima merasa bersyukur karena Misyel dan Mike tidak terlalu merepotkan, mereka hanya butuh ditemani bermain oleh Iklima, Iklima sadar jika mereka kekurangan kasih sayang seornag ibu.
Arlan yang menyusul mereka terlihat menghela nafas lega, saat melihat kedua anaknya asyik bermain, Arlan yang tidk sengaja melihat Iklima akhinya menyapa Iklima dengan baik dan sopan.
"Iklima ibu sudah pulang, tadi dia titip salam buat kamu" ujar Arlan menyampaikan pesan ibu Diah.
"Iya pak Arlan" Iklima bingung harus memanggil Arlan dengan sebutan apa, tapi mengingat pak satpam tadi memanggilnya dengan sebutan pak, jadi dia menggunkan sebutan yang sama.
"Ibu pulang kenapa nggak bilang-bilang sih, aku merasa jadi anak buangan" gerut Iklima dalam hatinya, benar mulut dan hatinya tidak singkron sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Merpatiindah
akan kak typo ya😌
2023-01-01
0