Bismillahirohmanirohim.
Pagi harinya setelah Iklima membantu membersihkan diri Misyel dan Mike dia menemui Arlan di ruang kerja laki-laki itu.
"Misyel, Mike tunggu disini dulu ya kak Iklima akan panggilkan papa untuk sarapan" instruksi Iklima pada anak kembar itu.
"Oke kak, beres" jawab Misyel, sementara Mike sudah lebih fokus dengan mainannya.
Iklima kembali menuju lantai dua dimana kamar Arlan berada. "Boleh nggak ya izin sebentar sama pak Arlan kan mumpung pak Arlan libur jadi dia bisa jaga Misyel sama Mike bentar"
"Jugaan aku kan baru mau izin kali ini saja masa tidak boleh, coba saja ngomong dulu kali ya sama pak Arlan"
Baru gadis itu akan mengetuk pintu kamar bapak dari anak asuhnya setelah berperang dengan pikirannya sebentar, taunya sang pemilik kamar sudah membuka kamarnya lebih dulu.
"Iklima, ada apa?"
"Eh, pak Arlan" keduanya bicara bersama.
Iklima hari ini ingin meminta izin pada Arlan untuk pergi dalam waktu tak lama, karena Arlan memiliki jadwal libur, jadi dia bisa meninggalkan Misyel dan Mike sebentar.
'Aduh gimana ngomongnya ya sama pak Arlan' Iklima merasa bingung sendiri.
Arlan yang melihat Iklima malah masih diam saja akhirnya kembali bertanya. "Iklima kenapa bengong? Ada yang mau kamu sampaikan dengan saya?" tanya Arlan sekali lagi untuk memastikan.
"Eh, begini pak" jawab Iklima cepat. "Saya mau minta izin libur setengah hari, boleh ya pak" pinta Iklima penuh harapan.
Arlan berpikir sejenak dia kasihan juga pada Iklima, gadis itu selama bekerja di rumahnya belum pernah izin sama sekali baru kali ini Iklima mengajukan izin itu saja hanya setengah hari, mana mungkin Arlan tidak mengizinkan sedangkan dirinya juga tak ada jadwal ke rumah sakit hari ini.
"Boleh, lagi pula kamu belum pernah izin" setelahnya Arlan berlalu pergi begitu saja.
"Alhamdulillah, terima kasih pak" Iklima menyusul Arlan dibelakang gadis itu berjalan sedikit jauh dari Arlan.
Bukan hanya Arlan yang menghindar dari Iklima tapi gadis itu juga mulai menjaga jarak dari Arlan, dia tidak mau ada isu yang tidak-tidak tentang dirinya nanti jika terlalu dekat dengan papa dari anak asuhnya itu.
Iklima tahu diri dia hanya seorang pengasuh untuk kedua anak Arlan, sementara Arlan dokter yang sangat terkenal, tak mungkin Arlan menyukai dirinya sedangkan Iklima juga sudah memiliki orang yang dia kagumi dalam diam.
"Hmmm" tak ada jawaban lain dari Arlan selain deheman.
Sampai di ruang keluarga Arlan dapat melihat kedua buah hatinya yang sudah rapi dengan pakaian santai mereka, sedang bermain dengan beberapa mainan milik keduanya.
"Sayang-sayang papa ayo sarapan dulu nanti lagi mainnya" ajak Arlan.
Hanya sekali suruhan Misyel dan Mike langsung menurut pada papa mereka. "Pa kita main ke pusat kota yuk" ajak Misyel.
"Boleh habis ini kita kesana" kini mereka sudah duduk di ruang makan.
"Tapi sama kak Iklima juga" tambah Misyel.
'Aduh gimana ini? kan tadi udah ngomong sama pak Arlan kalau mau izin' Iklima menepuk jidatnya sendiri.
Arlan yang paham akhirnya memberitahu Misyel. "kak Iklima hari ini mau izin dulu sayang, kasihan kak Iklima tak pernah libur dia juga butuh waktu untuknya sendiri jadi kita bertiga saja oke ke pusat kotanya" ucap Arlan memberi pengertian.
"Yah" Misyel sedikit kecewa, tapi dia berpikir kembali, apa yang dikatakan papa nya benar Iklima butuh waktu untuk dirinya sendiri.
"Oke, oke tapi janji nanti pas papa pergi bersama kita tak pulang mendadak seperti sebelum-sebelumnya"
"Papa janji" Arlan mengangguk yakin.
"Bohong dosa loh pa" celetuk Mike yang mampu membuat Iklima tertawa juga semua orang yang mendengar perkataan Mike.
"Iya sayang terima kasih sudah diingatkan" Arlan mengelus kepala Mike dengan sayang.
Hari semakin siang Iklima sudah pergi lebih dulu dari rumah mewah itu, dia akan menemui seseorang yang sudah lama dia kagumi sejak dibangku kuliah.
Iklima berjanji dengan orang itu akan bertemu dengannya dan beberapa teman Iklima di masa kuliahnya, mereka akan bertemu di sebuah restoran.
Iklima kini sudah berada di depan restoran itu, matanya menyapu seluruh ruangan yang ada di dalam restoran untuk mencari dimana para temanya berada saat sudah menemukan dimana mereka duduk Iklima segera melangkah ke meja itu.
Beberapa langkah lagi Iklima akan sampai di meja teman-temannya dia dibuat mematung di tempat kala mendengar orang yang dia kagumi dalam diam dipanggil sayang oleh teman kuliahnya "Sayang kamu ngajak siapa aja kesini?" tanya seorang perempuan yang duduk disebelah laki-laki yang Iklima kagumi, bukan hanya itu saja bahkan gadis itu bermanja pada laki-laki itu.
Begitulah pergaulan jaman sekarang tak ada ikatan halal tapi tetap berani menempel dengan yang bukan mahramnya, Iklima bersyukur ibunya dulu selalu melarangnya untuk pacaran, dia masih tahu batas walaupun bukan seorang yang begitu alim.
"tiga orang Bagas, Melati, sama Iklima"
Ada empat orang yang sudah hadir disana dua laki-laki dan dua perempuan. satu perempuan merupakan sahabat Iklima dan satu laki-laki lainnya merupakan kekasih dari kedua sahabat Iklima.
Iklima masih mematung di tempat tak menyangka cintanya akan bertepuk sebelah tangan, karena dulu Zaki begitu perhatian pada dirinya, Iklima mengira Zaki menyukai dirinya ternyata dia hanya mencintai seseorang diri.
Sakit pasti siapa yang tak sakit melihat orang yang dicintai bersama perempuan lain, tapi Iklima juga sadar diri dia hanya mencintai Zaki dalam diam tak berani mengungkapkannya, jadi wajar jika Zaki pacaran dengan wanita lain, lagi pula Iklima memang tak mau pacaran.
"Lima" panggil salah satu perempuan yang berada di meja itu sambil melambaikan tangannya pada Iklima.
Iklima cepat tersadar saat ada yang memanggil namanya, Iklima tersenyum pada perempuan yang memanggilnya tadi, buru-buru dia mendekati meja yang sudah diisi empat orang itu.
"Hai Lima" sapa Zaki sontak hal itu membuat perempuan disebelah Zaki menatap Iklima tidak suka, apalagi tadi Zaki sempat mengatakan jika dia juga mengajak Iklima untuk berkumpul bersama.
"Hai Lima" sapa mereka semua akhirnya.
"Hai semua" sapa Iklima balik, seperti biasa jika bertemu dengan Iklima sahabatnya itu akan memeluk Iklima.
"Lima lama nggak ketemu gimana kabar bep?" tanya Pia sahabat Iklima.
"Alhamdulillah seperti yang kamu lihat Pia"
"Tak usah lebay kenapa" sindir Mela pacar Zaki.
"Duduk yang" suruh pacar Pia pada Pia.
Jujur saat ini Iklima merasa tidak nyaman, karena sedari tadi Mela menatapnya dengan tatapan tidak suka.
'Harus kuat hati ini mah Iklima, gini amat nasib kamu' batin Iklima akhirnya mereka mulia mengobrol satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments