Chapter 16

Jadi... Kamu sudah memintanya berhenti dengan alasan itu, tapi dia menolak?" Ted mempertegas. Renald mengangguk lalu meminum minumannya. Ted menatap Randy dan James yang juga menatapnya. "Kau... Bercanda kan?"

"Apa aku terlihat bercanda sekarang? Dan kamu tahu aku tidak suka bercanda. Dia sungguh keras kepala!" Renald meletakkan gelas kosongnya di atas meja.

"Dengan alasan itu, aku juga tidak akan menurutimu. Jika aku menjadi dia." kata Randy sambil memainkan gelasnya.

"Apa yang salah dengan kata-kataku? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya." Renald membela diri. Randy tertawa kecil lalu meminum minumannya.

"Kamu mengatakan hal yang tidak masuk akal, Ren." James ikut berbicara.

"Bagian mananya itu tidak masuk akal? Dia istriku dan dia harus menurutiku."

"Ya, istri di atas kertas. Kamu sendiri yang selalu mengatakan itu. Jadi jangan berharap di akan menurutimu dengan alasan itu."

"Meskipun di atas kertas dia harus tetap menurutikukan?" protes Renald.

"Ayolah Ren. Kamu tidak perduli padanya, tidak mengakuinya bahkan tidak bersikap baik padanya lalu kamu mengharapkan dia menurutimu? Memangnya ini di abad pertengahan? Aku yakin juga di abad pertengahan tidak ada wanita yang mau di perlakukan seperti itu." Ted meneguk minuman terakhirnya.

"Lagipula dia wanita berbeda, tidak seperti wanita-wanita yang kamu kencani saat sedang putus dengan Veronica yang bisa diam dan menurut hanya jika kamu berukan uang segepok atau kartu kredit. Dia gadis mandiri dan berkarakter kuat." Randy menuangkan minumannya. Dia benar-benar tidak mengerti jalan pikirannya Renald.

"Ahhh... Jadi kamu merasa sudah mengenalnya karena pernah berkencan dengannya sekali? Atau mungkin kalian berkencan tanpa sepengetahuanku beberapa kali?"

Randy tertawa mengejek. "Tanpa berkencanpun aku tahu dia wanita yang berbeda. Lagipula kami tidak berkencan. Aku hanya menghiburnya dari pria brengsek sepertimu." Randy minum dengan sekali tegukan.

"Apa katamu?!" Renald meninggikan suaranya.

"Whoahh berhentilah. Jangan mulai bertengkar." James menengahi.

"Tenang saja James. Aku juga tidak mood untuk bertengkar." Randy berdiri dari duduknya. "Aku pergi dulu." Randy berjalan keluar.

"Mau kemana? Hei!"

"Biarkan saja dia. Aku juga harus pergi. Helena akan membunuhku jika aku pulang terlalu malam. Dia sangat sensitif sejak hamil." Ted berdiri dan menatap Renald. "Dan kau. Berhentilah ingin mengendalikan istri di atas kertasmu itu. Ayolah Ren, jika memang kamu tidak memiliki perasaan dengannya, ceraikan dia. Bukannya kalian sudah menikah selama enam bulan? Veronica juga berkata ingin menikah kan? Ceraikan saja dia. Untuk apa kamu masih bersamanya. Aku pulang dulu."

Ted berjalan keluar ruangan. Di ruangan itu hanya tersisa James dan Renald yang tidak berhenti minum. Mereka memutuskan untuk berkumpul di klub malam tempat mereka biasa berkumpul. Renald justru mendapat penolakan tegas dari ketiga temannya tentang sikapnya, meskipun dia masih tetap merasa tidak ada yang salah dengan kata-katanya.

...***...

Renlad pulang dalam keadaan mabuk. Tapi tidak terlalu mabuk hingga harus di papah. Kesadarannya masih berfungsi dengan baik.

"Selamat malam tuan." sapa Alfred yang tergopoh-gopoh berjalan untuk menyambut tuannya.

"Hmmm... Ah! Apa wanita itu sudah pulang?" tanya Renald.

"Belum tuan."kata Alfred yang tahu siapa yang di maksud Renald. "Kemungkinan sebentar lagi mengingat sudah hampir pukul satu malam."

Suara pintu tiba-tiba terdengar. Tari masuk ke dalam rumah dan kembali menutup pintu. Dia melihat Renald bersama Alfred sejenak lalu berjalan menuju lantai dua. Renald secara tiba-tiba memegang lengan Tari. Tari menoleh.

"Tunggu. Apa kamu sudah memberikan surat pengunduran dirimu?" tanya Renald. Tari menepis tangan Renald.

"Aku tidak perlu melakukannya." kata Tari lalu naik ke lantai dua. Renald melempar jasnya lalu melonggarkan dasinya dan masuk ke kamarnya. Rasanya kemarahannya sudah berada puncaknya.

...***...

Tari keluar kamar dan sampai di meja makan tepat jam enam. Dia berhasil. Tidak ada Renald disana. Tari tersenyum senang. Akhirnya dia bisa makan dengan tenang lagi. Tari mengolesi selai coklat di rotinya sementara Marissa membuatkannya susu. Marissa memang selalu bersiap sedari jam enam kurang agar bisa menyiapkan sarapan Tari. Dia tahu Tari akan makan lebih pagi hari ini. Setelah menghabiskan roti dan susunya, Tari segera berangkat kerja sambil bersenandung kecil. Pagi ini dia kenyang. Itu hal yang patut di rayakan dengan nyanyian kecil.

Sedetik berikutnya dia terdiam. Renald berdiri di depan tangga sambil meminum air mineral. Tari tahu Renald habis lari pagi. Tari berjalan melewatinya tanpa menatapnya sedikitpun.

"Aku akan mengadakan pesta di rumah ini, malam ini." kata Renald membuat langkah Tari berhenti "Pesta dengan beberapa rekan bisnis dan kolegaku."

"Baiklah. Aku mengerti." kata Tari lalu kembali melangkah pergi. Renald menatap kepergian Tari dengan kerutan di dahinya.

"Dia mengerti?"

Hari ini jadwal Tari libur di bar. Renald mengadakan pesta dan dia bahkan memberitahukannya pada Tari. Tari merasa itu sebuah peringatan untuk tidak mengacaukan pesta penting itu. Lagipula dia yakin dia tidak di undang. Kehadirannya sangat tidak diharapkan. Jadi dia berencana akan menginap di rumah Marisol. Tari memberitahukan itu pada Marisol dan tentu mendapat sambutan baik dari Marisol.

Di rumah benar-benar sibuk. Mereka akan mengadakan pesta di halaman belakang, dekat kolam renang. Dekorasi telah terpasang, para koki sudah hampir selesai masak. Renald juga sudah mulai bersiap. Dia memeriksa sendiri kesiapan pesta itu bersama Alex. Pesta itu memang sangat dadakan. Entah apa yang ada dipikiran Renald hingga dia harus mengadakan pesta dadakan seperti itu. Alex bahkan pelayannya bingung dan kaget.

" Apa Tari sudah pulang?" tanya Renald pada Marissa.

"Belum tuan."

"Belum?" ulang Renald. "Alex!"

Alex yang sedang memeriksa daftar tamu berjalan mendatangi Renald.

"Ya?"

"Tab kerjaku dimana?"

"Ahh.. Ini." Alex menyerahkan tab Renald. Renald segera membukanya dan memeriksa sesuatu.

"Seharusnya dia pulang jam lima sore dan hari ini jadwalnya libur di bar." Renald melihat jam tangannya. "Sudah hampir jam enam, kenapa dia belum juga datang? Marisa, apa restorannya jauh dari sini?"

"Tidak tuan. Tidak terlalu jauh."

"Seharusnya dia bisa naik taksi. Tapi kenapa dia belum datang? Panggilkan Alan untukku."

"Baik tuan." Marissa membungkuk hormat lalu pergi.

"Memangnya kenapa dengan Tari?" tanya Alex.

"Dia belum datang."

"Aku tahu itu. Biarkan saja dia."

"Pesta tidak akan mulai jika dia tidak disini."

"Astaga Renald. Apa dia juga harus, jadi pelayan disini?" tanya Alex.

Renald mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu?"

"Tuan." satu orang pria mendatangi mereka.

"Alan, aku sudah chat sebuah alamat padamu. Datang ke sana dan jemput istriku. Secepatnya." perintah Renald.

"Baik tuan." Alan segera pergi dari sana. Alex menggelengkan kepalanya. Kali ini dia merasa Renald sungguh keterlaluan.

...***...

Tamu sudah berdatangan tapi Tari belum juga datang. Akibatnya Renald belum juga muncul di pestanya sendiri. Alan tadi melepon katanya dia tidak menemukan Tari dan pegawai restoran mengatakan Tari sudah pulang sedari tadi. Jadi dia kemana? Dia tidak bisa menghubungi Tari tentu. Dia tidak tahu nomor teleponnya. Ya, sampai saat ini dia tidak pernah bertanya atau meminta nomor telepon Tari.

Suara ponsel Renald berbunyi. Dari Alan.

"Bagaimana?"

"---"

"Bagus. Segera bawa dia kemari."

Klik!

Renald menutup telponnya. Ketemu!

"Ren, semua tamu sudah hadir. Tunggu apa lagi?" tanya Alex yang heran sedari tadi Renald menolak untuk menghadiri pestanya sendiri.

"Dia sudah ketemu. Sebentar lagi." kata Renald. Alex menatap tidak percaya. Kenapa Renald begitu membencinya?

Selang sepuluh menit kemudian, Tari datang dengan wajah kebingungan. Dia tidak tahu ada apa. Dia tiba-tiba di seret dari rumah Marisol dan di bawa pulang.

"Dari mana saja kamu?! Bukankah sudah aku katakan aku akan mengadakan pesta malam ini?!" kata Renald. Dia meninggikan suaranya.

"Aku tahu itu. Lalu kenapa menyeretku ke sini? Aku sudah berencana tidak pulang karena pestamu ini!" Tari benar-benar tidak mengerti.

"Marissa! Anne! Bawa dia ke atas!"

"Ba-baik tuan." Marissa mendatangi Tari dan menarik tangannya. Tari semakin bingung. Marissa dan Anne membawanya ke kamarnya.

"Dia sudah datang. Pergilah, sambut tamumu." kata Alex. Tari sudah agak lama berada dikamarnya tapi anehnya Renald masih belum mau pergi.

"Tidak, sampai dia turun kembali." ucap Renald yang kini sudah berada di depan tangga.

"Apa harus seperti itu? Sebenarnya apa yang kamu mau darinya? Menjadi pelayan? Atau mengurungnya?"

"Jika aku mengurungnya aku tidak akan menunggunya disini. Dan untuk apa aku menjadikannya pelayan?!" Renald menghela nafas kasar lalu menggelengkan kepalanya.

"Lalu kamu mau apa dengannya?" tanya Alex semakin bingung. Renald tidak menjawab. Dia hanya diam tapi dengan pikiran yang penuh.

Tak lama Tari turun. Alex mengisyaratkan Renald jika Tari sudah siap. Alex terkejut dengan penampilan Tari yang berubah. Renald berbalik. Ada senyuman kecil di bibirnya. Dia terlihat senang dengan yang di lihat. Tari mengenakan dress pesta berwarna hitam bagian atas dengan tipe off shoulder dan putih renda bagian bawah. Rambut hitam panjangnya di biarkan tergerai dengan dibuat sedikit gelombang di bagian atas rambutnya lalu make up agak tebal yang menghiasi wajahnya.

Tari berjalan menuruni tangga dengan raut wajah bingung. Entah apa yang terjadi. Dia pulang dan mengenakan pakaian ini?

"Bagus. Sangat cocok." kata Renald saat Tari sudah berdiri di anak tangga terakhir. "Turunlah."

Tari menurut dan turun dari tangga. Dia masih terlihat waspada pada apa yang akan Renald lakukan. Renald berjalan ke belakang tubuh Tari. Tari yang akan berbalik justru dilarang.

"Diam saja disana." ucap Renald. Tak lama Tari dikejutkan dengan gerakan Renald yang tiba-tiba memasangkan sebuah kalung di leher Tari. Hampir saja Tari berteriak karena terkejut. Renald berdiri di sebelah kanan Tari dan memberikan lengannya. "Ayo, kita sudah terlambat."

"Tapi... Apa aku harus... Ikut?" tanya Tari. Renald mendekatkan tubuhnya ke Tari lalu berbisik.

"Sudah aku katakan, jika dia depan orang yang tidak tahu tentang kita yang sebenarnya, kamu harus berubah menjadi istri yang baik dan ideal untukku."

"Lalu?"

"Lalu... Lakukanlah. Ayo!"

Renald membawa Tari menuju pesta. Sesekali Tari tersandung roknya sendiri dan itu membuat Renald terganggu.

"Apa kamu tidak pernah ke pesta? Kenapa jalanmu aneh?"

"Oh maafkan aku tuan, aku tidak sepertimu."

Renald hanya menggelengkan kepalanya. Mereka sampai di depan semua orang dan semua orang tentu menatap mereka. Tari begitu gugup. Bagaimana tidak? Semua orang menatapnya dengan tatapan berbeda. Tari bahkan tidak bisa tersenyum. Tidak! Dia menyerah! Tari ingin melepaskan tangannya dari Renald tapi Renald menahannya. Tari menatap Renald yang tampak tenang dengan senyuman di wajahnya.

"Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya.. Sambutlah tuan rumah pesta ini, tuan dan nyonya William!" sahut Alfred yang berdiri di sebelah Tari. Tari menatap Alfred bingung.

"Tuan dan nyonya... Apa?!"

Semua orang bertepuk tangan menyambut Renald. Renald mengajak Tari berbaur dengan yang lain. Bahkan Renald mengenalkan Tari dengan semua tamunya. Sementara dari kejauhan, temannya menatap tidak percaya. Randy tertawa lalu memijat pelipisnya. Sementara Ted dan Helena hanya bisa saling tatap.

"Dia benar-benar gila." kata Randy lalu menatap Ted. "Kau tahu kenapa dia membuat pesta ini. Aku tahu kamu berpendapat yang sama denganku."

"Tapi bisa saja itu salah." elak Ted.

"Kau sudah gila?! Dia baru saja mengeluh tentang ini kemarin! Lalu dia secara tiba-tiba membuat pesta? Salah katamu? Lalu apa? Karena dia mencintainya sehingga dia mengenalkannya pada semua orang? Kau lebih percaya itu?"

"Honey, tapi... Aku setuju dengan Randy. Entah berapa kali aku mencoba untuk mengelak tapi aku tidak bisa." ucap Helena. "Temanmu benar-benar gila."

"Dia tidak hanya gila. Dia juga brengsek. Hanya demi menghentikan Tari bekerja dia melakukan ini?!" Randy tertawa. "Dan aku tidak percaya dia adalah temanku."

...***...

Terpopuler

Comments

ZeysLe3on

ZeysLe3on

cie renald dah mulai perhatian nih ama tari
makin seru sih makin kemari
gas terus pokok nya

2023-01-28

0

Kiranisane23 34

Kiranisane23 34

semangat 💪💪

2023-01-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!