Chapter 3

Sudah sebulan lebih Tari menikah dengan Renald. Renald selalu bersikap dingin padanya. Bahkan kadang dia tidak pulang ke rumah selama beberapa hari. Saat sarapan saja, jika Tari ikut makan, Renald akan segera pergi dari sana. Renald tidak pernah sekalipun menatapnya bahkan menegurnya meskipun hanya untuk hal sepele. Dia akan menyuruh kepala pelayan terpercayanya, Alfred, untuk menyampaikan apapun yang Renald ingin Tari lakukan. Tari semakin frustasi. Dia ingin tetap menjadi istri yang baik untuk Renald. Mengerjakan semua tugasnya sebagai istri. Tapi semakin Tari mendekat, Renald akan semakin menjauh. Tari bingung apa sebenarnya salahnya. Setiap hari dia selalu mencoba mengingat apapun, apa saja yang menurutnya menjadi pemicu perubahan Renald. Dia terus menyalahkan dirinya.

Sampai suatu saat Renald tiba-tiba mendatanginya sepulang kerja. Dia memintanya untuk berganti pakaian karena dia ingin mengajak Tari ke suatu tempat. Tentu saja tanpa berpikir apapun, Tari langsung setuju. Bagaimana tidak, Renald memintanya dengan nada lembutnya, bahkan dia menatap Tari dengan tatapan yang sama saat mereka pertama bertemu dulu. Tari menjadi bersemangat tentu.

Tari menuruni tangga dengan semangat. Dia bahkan berlari kecil. Renald menunggunya di bawah tangga. Renald mendengar Tari datang dan berbalik. Dia tampak terkejut dan menatap Tari dari atas sampai bawah. Terlihat kekecewaan di matanya.

"Kamu.. Akan pergi mengenakan itu?" Renald menunjuk pakaian yang di kenakan Tari. Tari mengenakan celana jeans berwarna putih dan kemeja biru muda yang terlihat kebesaran.

"Apa ada yang salah dengan pakaianku?" Tari memperhatikan pakaiannya. Renald mendengus kesal.

"Tunggu disini." Renald beranjak pergi menuju kamarnya lalu tak lama kembali lagi. Dia membawa sebuah pakaian di tangannya. "Pakai ini."

Tari menerima pakaian itu dan memperhatikannya. Sebuah gaun one piece berwarna hitam tanpa lengan.

"Tapi pakaianku baik-baik saja."

"Lihat pakaianku! Apa cocok dengan apa yang kamu kenakan?" Renald meninggikan sedikit suaranya. "Apa kamu akan menentangku?"

Melihat Renald tampak marah, Tari menjadi tidak enak. Renald sudah mau mengajaknya pergi, bahkan dia menegurnya tapi mengenakan pakaian yang diinginkan Renald saja dia tidak bisa. Tari akhirnya mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya. Beberapa menit kemudian Tari turun kembali dengan mengenakan gaun yang di berikan Renald. Gaun itu pas ditubuhnya, bahkan terlihat ketat. Panjang gaun itu di atas lututnya, membuat pahanya terlihat. Tari terus menerus menarik turun gaunnya. Renald menatapnya sejanak.

"Ayo pergi." katanya lalu berjalan menuju pintu. Anna dan Marissa tersenyum pada Tari. Marissa mengacungkan jempolnya. Tari tersenyum canggung. Dia benar-benar tidak nyaman dengan pakaian yang dia kenakan.

Dalam perjalanan, Renald dan Tari sama-sama membisu. Tari tidak ingin berbicara lebih dulu. Dia tidak ingin merusak suasana. Mereka sampai di satu tempat. Tari keluar dari mobil dan berdiri di depan sebuah bangunan yang terlihat seperti.. Klub malam?

Tari menatap pakaian yang di kenakannya. Dia mengerti kenapa dia diminta mengenakan pakaian itu. Tangan Tari tiba-tiba di tarik oleh Renald. Dia membawa Tari masuk ke dalam klub malam itu. Di dalam banyak orang yang menari dan berpesta. Renald menggandeng Tari masuk ke lift. Renald memencet nomor lima. Lift bergerak naik. Renald belum juga melepas pegangan tangannya. Tari menyadari itu dan tersenyum simpul. Pintu lift terbuka. Renald mengajak Tari ke suatu ruangan. Di lantai itu tidak terlihat seperti klub malam lagi. Lebih terlihat seperti restoran kelas atas. Dengan musik klasik yang dimainkan secara live. Beberapa orang yang makan disana mengenakan pakaian yang sangat formal. Dalam hati Tari bernafas lega, dia tidak mengenakan pakaian pertamanya tadi.

Renald membuka pintu suatu ruangan dan di sambut beberapa orang di ruangan itu. Ada tiga pria dan tiga wanita. Ruanganya cukup luas dengan sofa yang sangat nyaman. Di tengah ada meja cukup besar yang sudah terisi berbagai macam makanan. Tari tahu ruangan itu khusus VVIP dari fasilitas yang ada.

"You're late." kata salah satu pria disana. Pria itu mengenakan stelan jas tapi tidak mengenakan dasi. Kancing atasnya terbuka. Rambut pirangnya disisir rapi ke samping.

"Sorry. Have to change dress first." kata Renald lalu duduk di sofa paling ujung lalu menarik tangan Tari agar duduk di sebelahnya.

"Dress? What dress?"

"Berhentilah cerewet James. Yang terpenting dia sudah datang." sahut satu pria lagi. Kali ini pria berambut coklat yang mengenakan stelan jas juga. Dasi berwarna biru navynya sedikit memiliki corak yang mencolok. Pria itu menatap Tari. "Tari, right?"

Tari tersenyum kecil lalu mengangguk.

"Aku Ted, ini istriku Helena."

Wanita bernama Helena tersenyum dan melambaikan tangannya.

"Yang cerewet disana itu James dan tunangannya, Deb." Ted menunjuk James dan wanita cantik di sebelahnya. "Dan disana ada Randy dan.. Uhm.. Entah siapa tadi aku lupa. Dia selalu membawa wanita berbeda." Ted menunjuk satu pria duduk paling ujung. Pria itu terlihat berbeda dari yang lain. Penampilannya cuek dan terkesan badboy.

"Oh ayolah.. Jangan membuatku terlihat buruk." protes Randy.

"Kamu memang buruk."

Randy hanya mengangguk lalu mengisap rokoknya lagi.

"Kamu bisa berbahasa inggris?" tanya Ted. Sebelum Tari menjawab, Ted sudah berkata lagi. "Tapi tenang saja, kami semua bisa bahasa indonesia. Kecuali tunangan James dan wanita bersama Randy, entah siapa."

Mereka mempersilahkan Tari makan dan menawarkan untuk memesan apapun yang Tari suka. Dari sekilas pun terlihat, mereka berada di kelas yang jauh berbeda dari Tari. Dari cara bicara mereka, pakaian mereka bahkan sikap mereka. Karena itu Tari hanya diam. Sesekali dia ikut tertawa saat dia mengetahui apa yang mereka bicarakan. Bukan Tari tidak bisa berbahasa inggris, tapi Tari tidak tahu hal apa yang mereka bicarakan. Dunia mereka terlalu berbeda.

Tiba-tiba ada satu wanita masuk ke dalam. Wanita itu sangat cantik dengan rambut coklat terang panjangnya yang di tata hanya di satu sisi. Wanita itu mengenakan dress ketat berwarna silver dengan rok yang sangat pendek. Siluet tubuhnya

benar-benar tampak dengan gaun itu. Sesaat wanita itu masuk, tiba-tiba ruangan itu hening. Wanita itu tersenyum pada semua orang yang ada di sana.

"Hi guys." kata wanita itu dengan senyuman manisnya. Wanita itu lalu menoleh pada Renald dan tersenyum, senyum yang menggoda. "Hai Ren."

Renald hanya diam menatap wanita itu. Dia terlihat tidak begitu tertarik. Wanita itu menoleh pada Tari.

"Kamu pasti... Tari. Hai, aku Veronica." Veronica mengulurkan tangannya pada Tari. Tari menyambut tangannya.

"Tari."

"Jadi kalian datang berdua?" tanya Veronica pada Renald. Renald menarik pinggang Tari agar mendekat padanya. Tari sengaja duduk agak jauh dari Renald. Tapi Renald justru membuat mereka menempel sekarang. Tari cukup terkejut dengan gerakan tiba-tiba itu.

"Tentu saja. Kami suami istri." sahut Renald dingin.

Tari memperhatikan semua orang yang diam. Mereka bahkan tidak bersuara sedikit pun.

"Apa aku bisa bicara denganmu?" pinta Veronica dengan nada manja. Awalnya Tari merasa aneh dengan prilaku wanita di depannya ini, tapi dia mencoba menepisnya.

"Apa kamu tidak lihat aku bersama istriku?"

"Ayolah.. Sebentar saja... Um?" suara Veronica semakin manja. Bahkan dia sudah memegang tangan Renald. Tari benar-benar bingung sekarang. Dia menatapnya Renald dan Veronica bergantian. Renald menghela nafas kasar. "Ayolah Ren..."

Renald akhirnya berdiri dan mengikuti wanita yang menariknya pergi entah kemana. Tari ingin menghentikan mereka, tapi entah mengapa dia tidak melakukan itu.

Semua orang saling menatap lalu menatap Tari yang sedang menatap kedua tangannya. Helena duduk di sebelah Tari lalu bertanya segala macam, seperti mengalihkan perhatiannya. Tari hanya menjawabnya seadanya tentu. Dia masih memproses yang terjadi tadi.

Setelah beberapa lama, Renald belum juga kembali. Tari melihat jam tangannya. Sudah hampir tengah malam, tapi Renald tidak juga kembali. Dia ingin sekali pulang. Apa dia meninggalkannya? Bersama wanita itu? Terlalu banyak pertanyaan di kepalanya tanpa dia bisa menjawabnya.

"Uhmm.. Tari, apa kamu mau kami panggilkan taksi?" tanya Helena.

"Taksi? Tapi... Bagaimana Renald?"

"Sepertinya dia pergi. Mungkin ada pekerjaan mendadak. Dia sering seperti itu. Ini sudah hampir tengah malam. Kami ingin pergi ke klub lain. Atau mungkin.. Kamu mau ikut?"

Tari menghela nafas. Renald benar-benar meninggalkannya. Tega sekali.

"Aku akan naik taksi saja." jawab Tari akhirnya.

"Kalau begitu kami bantu panggilkan. Ayo."

Sepeninggal Renald, teman-temannya memang bersikap baik padanya. Tapi Tari baru bertemu dengan mereka dan dia bahkan tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Membuatnya sangat sulit beradaptasi.

Mereka semua sudah di luar klub. Helena mencarikan taksi untuk Tari di pinggir jalan sementara Tari hanya diam menunduk.

"Tari, masuklah." kata Helena setelah berhasil mencarikan taksi. Tari tersenyum lalu masuk ke dalam taksi.

"Terima kasih." sahut Tari. Helena mengangguk lalu berlari kecil menuju suaminya Ted.

"Where are you going, miss?" tanya supir taksi itu.

"Wait a minute." Tari membuka ponselnya, dia lupa alamat mansion Renald. Setelah mencari tapi tidak juga ketemu. Tari berencana untuk bertanya pada Helena yang masih berdiri di depan klub. Posisi taksi Tari agak jauh dari klub.

"Wait a moment sir, i'll ask my friend."

Tari membuka pintu mobil sedikit sambil melihat ke arah Helena. Tari terkejut. Dia melihat Renald juga di sana, tertawa bersama teman-temannya. Lalu satu wanita mengalungkan lengannya di leher Renald. Wanita itu Veronica. Sedetik berikutnya Renald dan Veronica berciuman dengan intens. Tari terkejut dan menutup mulutnya dengan tangannya. Yang memperparah adalah teman-temannya tidak perduli Renald yang sudah beristri mencium wanita lain di depan mereka.

Tari masuk kembali ke mobil dan menutup pintunya.

"Miss?" panggil supir taksi itu.

"J-just-just go sir, i'll tell you later." sahut Tari dengan suara bergetar. Taksi itu mulai pergi meninggalkan klub. Tari menangis dalam diam.

Sesampai dirumah, Tari tidak langsung berganti pakaian. Dia hanya duduk di tangga, menunggu Renald pulang. Baru pukul empat pagi terdengar suara mobil datang. Renald masuk dengan keadaan mabuk. Dia melihat Tari yang berdiri menatapnya. Renald langsung menuju ke kamarnya.

"Kamu meninggalkanku.. Untuk pergi bersama wanita itu?" tanya Tari. Renald menghentikan langkahnya.

"Hmm."

Hanya itu jawaban Renald lalu berjalan lagi. Tari mendatanginya dan mencegah Renald masuk ke kamarnya.

"Aku istrimu Renald dan kamu meninggalkan aku demi wanita lain? Di depan teman-temanmu?"

Renald menatap Tari. "Ya, itu benar. Lalu apa?"

"Ren, kita sudah menikah!! Bagai--"

"Sudah aku katakan kan padamu. Harus berapa kali aku katakan? kita menikah hanya di atas kertas!"

"Lalu kenapa kamu setuju untuk menikahiku? Kamu bisa saja menikah dengan wanita itu!" Tari meninggikan suaranya.

"Kamu ingin tahu kenapa aku menikahimu? Baiklah, dengarkan baik-baik. Aku mencintai wanita itu, dia cinta dalam hidupku dan cinta pertamaku. Karena suatu hal aku tidak bisa menikahinya. Jadi aku butuh tameng dan tameng itu adalah kamu. Aku menikahimu agar bisa jadi tamengku, agar aku bisa dengan bebas bersama dengan kekasihku sementara semua orang tahu aku memiliki keluarga yang bahagia. Ayolah, aku yakin kamu bisa berakting menjadi istri yang baik di depan semua orang."

"Kamu benar-benar gila."

"Gila? Aku rasa tidak. Itu sepadan kan dengan jumlah uang yang aku bayar ke keluargamu. Aku membayar sangat mahal untuk menikahimu. Jadi karena sangat mahal." Renald memegang dagu Tari. "Lakukan tugasmu dengan baik. Kamu mengerti?"

Renald tersenyum lalu melepaskan tangannya dari dagu Tari dengan kasar dan segera masuk kamarnya. Tari berlari ke kamarnya dan menangis.

***

tadariez

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!