Flashback
Alex menutup telponnya. Dia mengerutkan keningnya dan tampak kebingung. Renald melihatnya dari kejauhan dan mendatanginya
"Apa? Kenapa lagi? Apa ada kesalahan lagi?" tanya Renald. "Kita bahkan belum menyelesaikan yang ada."
"Ahhh... Uhmm... Bukan, bukan tentang pekerjaan."
"Aku tidak tahu ada hal lain yang bisa membuat wajahmu kusut selain pekerjaan."
"Wajahku memang selalu kusut jadi jangan dipertanyakan. Ini tentang istrimu."
Giliran Renald yang menatap bingung. "Kenapa lagi dengannya? Ahh apa aku harus tahu? Aku tidak ingin tahu tentangnya. Kita ada jadwal rapat video call dengan partner di Jepang. Ayo pergi." Renald beranjak pergi.
"Ini sepertinya serius." ucap Alex menghentikan langkah Renald. Renald menghela nafas lalu berbalik dan mendatangi Alex lagi.
"Oke, baiklah. Apa itu? Jangan katakan dia terlalu banyak berbelanja atau dia sudah sampai di New York. Aku benar-benar akan membunuhmu." ancam Renald dengan tatapan tajamnya.
"Oh aku ingin sekali melakukannya. Mengatakan istri anda telah sampai dengan selamat. Tapi itu masalahnya, dia tidak pernah berangkat."
Tatapan tajam Renald berubah menjadi raut kebingungan dengan kerutan didahinya. "Apa maksudnya itu?"
"Pilot pesawat jetnya baru saja meneleponku, dia berkata Tari tidak pernah datang."
"Mungkin dia hanya telat."
"Mereka menunggu selama tiga jam, Ren. Mungkin ada sesuatu."
Renald mengusap wajahnya kasar. "Dia sungguh merepotkan."
"Apa kamu mau aku batalkan rapatnya?" tawar Alex.
"Don't you dare! Ini rapat penting. Lebih penting dari dia. Aku akan menghadiri rapat, kamu akan melacaknya. Gunakan CCTV dari rumah dan ikuti dia."
"Aku minta nomor teleponnya. Aku juga akan melacaknya menggunakan itu."
"Aku bahkan tidak memiliki nomornya." jawaban Renald membuatnya mendapat tatapan tidak percaya dari Alex.
"Dia istrimu, Ren. Bagaimana bisa kamu tidak mengetahui nomor istrimu sendiri?"
"Hanya di atas kertas oke? Hanya di atas kertas. Apa kita harus membahas ini? Rapat akan segera dimulai."
"Terserah kamu mau menganggapnya di atas kertas tapi dia tetap tanggung jawabmu. Kamu pergilah bersiap, aku akan memeriksa CCTV."
Alex berjalan menjauhi Renald, meninggalkan Renald yang masih terdiam di tempatnya.
Sepanjang rapat Renald tidak bisa berkonsentrasi. Dia selalu terlihat sibuk dengan pemikirannya sendiri. Dia tentu merutuki Tari karena merasa sikap Tari yang kekanak-kanakan. Melarikan diri? Benar-benar childish!
Renald menunggu, mungkin saja Tari tersesat dan sengaja mengalihkannya. Alex sudah berkata jika keberadaan Tari terakhir yaitu di bandara. Tapi Renald tidak langsung mencari, dia menunggu. Setelah benar-benar tidak ada kabar, Renald segera terbang ke Indonesia.
Bertamu dengan alasan mengunjungi ayah Tari yang sakit merupakan satu-satunya alasan. Dia tidak mungkin berkata jika Tari melarikan diri. Dia tidak ingin terlihat sebagai pria yang tidak bertanggung jawab. Jadi dia mengatakan sedang ada keperluan di kota itu dan Tari berada di New York. Karena kunjungnya itu, dia jadi tahu, Tari sama sekali tidak pernah menginjakkan kakinya di Indonesia.
Renald memutar otak, bagaimana cara lain menemukannya. Alex menyarankan untuk memberitahu segalanya pada kedua orang tua Tari agar bisa lebih cepat menemukannya tapi tentu Renald menolak. Renald dengan cepat bisa mengorek informasi tentang teman-teman Tari. Tentu, itu berkat ibu tirinya Tari yang terlihat SANGAT menyukainya. Meskipun terasa risih, Renald tetap menanyakannya.
Dengan beralasan ingin mengajak Tari ke tempat yang Tari inginkan, Renald mengetahui tentang Korea Selatan dan beberapa kota lain tentu. Tapi Renald selalu percaya instingnya yang tidak pernah salah, koreksi, jarang salah. Tanpa menjelaskan apapun pada Alex, Renald terbang ke Korea Selatan. Dia langsung mendatangi kakaknya sesampainya di Korea.
"Istrimu hilang? Kamu bercanda?!" Andy cukup terkejut dengan pernyataan Renald.
"Jika aku bercanda, aku tidak akan kemari." Renald menyeruput kopinya.
"Tapi bagaimana bisa? Renald dia istrimu, bukan wanita-wanita yang biasa kamu bawa."
"Tentu aku tahu dia istriku. Jika tidak kamu pikir aku mau susah-susah mencarinya." Renald masih menjawab dengan santai.
Andy menggelengkan kepala melihat adiknya satu itu. Keras kepala, dingin dan tidak perduli tentang yang lain kecuali orang yang dia sayangi. Dan tentu, Andi sangat yakin istrinya sendiri tidak termasuk dalam kategori orang yang dia sayangi. Andy salah satu orang yang tahu tentang cerita sebenarnya dibalik pernikahan Renald.
"Aku akan memeriksa semua data dan kenalanku. Aku akan mengabari jika mendapatkannya." Andy berdiri. Tapi sebelum beranjak pergi, dia berkata lagi. "Ini untuk pertama dan terakhir kalinya. Jika terjadi lagi, aku tidak akan membantumu. Dia istrimu Renald, suka atau tidak. Dia tanggung jawabmu. Jika memang kamu tidak mencintainya ya sudah, tapi bukan berarti kamu tidak bisa menjadi suami yang baik untuknya. Dan perlu aku tegaskan, aku ikut terlibat mencarinya bukan untukmu, tapi untuk istrimu. Aku takut dia akan dalam bahaya. Lagipula dia adik iparku."
"Apa bicaranya masih lama? Kenapa panjang sekali? Kapan perginya?"
Andy menghela nafas. Untuk sejenak dia melupakan Renald yang keras kepala dan merutukinya karena itu.
Setelah mengetahui Tari memang berada di Korea dan mendapat semua informasinya, Renald memutuskan untuk membiarkan Tari di Korea. Dia ingin lihat, sejauh mana hidupnya tanpanya.
...***...
"Ini kunci anda, nyonya. Anda akan tinggal satu kamar dengan tuan. Kamar suit paling atas. Saya akan parkir mobil." kata Alex. Tari mengambil kunci kamar dari tangan Alex dan keluar dari mobil. Tari berjalan masuk ke dalam. Hotel itu sangat mewah dan besar, salah satu milik Renald dan dibawah naungan G.I Coorporation.
Tari berhenti di depan pintu kamar suits. Dia tidak langsung masuk. Hanya diam di tempatnya.
Klik!
Tari terkejut. Sebuah tangan tiba-tiba melewatinya dan membuka pintu. Tari menoleh dan menjauh.
"Kenapa kamu diam saja disana?" tanya Renald dan menatap Tari sejenak. Renald membuka pintu dengan lebar. "Masuklah."
Tari melangkah masuk ke dalam. Di dalam ada lorong lagi yang agak panjang lalu pintu lagi. Mereka masuk ke dalam. Ruangan yang sangat luas dan terkesan mewah.
"Kamarku disana." Renald menunjuk sebelah kanannya. "Dan kamu disana." Renald menunjuk ke sebelah kirinya. "Istirahatlah."
Renald melonggarkan dasinya lalu berjalan menuju kamarnya. Tari sedikit kebingungan. Ruangannya terlalu luas. Tari mendapati pintu lagi. Dia membukanya. Didalamnya ruangan luas lagi beserta tempat tidur. Dia melihat kopernya sudah di sana.
"Ini kamarnya." Tari meletakkan tasnya di atas meja lalu merebahkan tubuhnya dikasur. Dia memikirkan apa yang di katakan Alex. Dia tahu bahkan sangat yakin Alex melebihkan ceritanya. Mungkin Tari tidak mengenal baik Renald tapi sudah cukup baginya mengenalnya. Tari menghela nafas dan menutup matanya.
...***...
Tari berjalan dengan cepat menuju pintu masuk, dia kesiangan. Dia ketiduran. Seharusnya dia tidak tidur. Tapi dengan bodohnya di ketiduran. Dia terlalu lelah karena harus bekerja lalu dia mendapat telepon dari orang tua Chae Ri, memintanya untuk menjaganya sementara karena orang tuanya memiliki keperluan yang tidak bisa di tunda. Akhirnya setelah pulang dari Convenience store, dia langsung ke rumah sakit menjaga Chae Ri.
Sudah beberapa hari Tari tinggal sekamar dengan Renald di suits tapi dia hampir tidak bertemu dengannya. Yup, dia bermain kucing-kucingan lagi. Hari normalnya sudah usai. Dia ingin tinggal bersama Na Eun lagi. Dia berencana akan mengatakan itu pada Renald malam ini.
Tapi Tari sampai di lobby, dari jauh dia sudah bisa melihat Renald berbicara dengan Alex. Tari mengatur nafasnya, dia mempersiapkan dirinya. Dia akan berjalan dengan cepat agar bisa menghindarinya. Renald melihat Tari dari kejauhan. Dia ingin mendatanginya tapi dia berlalu begitu saja. Ya, dia menyadari Tari kembali menghindarinya seperti di New York.
Hari ini Tari terpaksa mengambil sif pagi di toko. Penjaga toko yang biasanya pagi, akan ada wawancara pekerjaan. Jadi mau tidak mau Tari mengalah. Untungnya jam tiga Tari sudah bisa pergi ke cafe Na Eun.
"Kamu sudah datang?"
"Tumben kamu kemari."
Tari sedikit terkejut melihat Na Eun yang ada di cafe. Biasanya dia enggan ke cafenya sendiri. Katanya terlalu banyak tekanan dan tangannya tidak mau berhenti bekerja. Untuk apa dia membayar orang jika dia ikut bekerja? Itu yang selalu di katakannya.
"Aku tidak tahu harus kemana lagi. Aku sudah ijin di kantor satu hari ini dan kekasihku masih di rumah orang tuanya." Na Eun memasukkan es batu ke dalam gelas plastika yang di pegangnya.
"Apa Chae Ri sudah pergi?" tanya Tari. Hari ini Chae Ri keluar dari rumah sakit dan orang tuanya langsung membawanya kembali ke desa.
"Sudah. Aku yang mengantar mereka ke terminal."
"Aku benar-benar berharap tidak ada lagi gangguan. Terutama dari pria brengsek dan psycho itu. Aku berharap dia akan di penjara sangat lama." kata Tari sambil mengenakan celemeknya.
"Hmm aku juga. Apa kamu sudah bertanya pada suamimu tentang perkembangan pria brengsek itu? Terima kasih." Na Eun memberikan gelas tadi yang sudah diisi kopi pada satu wanita.
"Aku bahkan belum berbicara satu patahpun sejak peristiwa itu. Selamat siang, mau pesan apa?" Tari mulai melayani pelanggan. Hari ini cukup sibuk meskipun baru hari jumat. Di cafe milik Na Eun tidak hanya menjual kopi dan cake, tapi menjual ayam berbumbu dengan keju mozarela lelehnya dan makaroni saus pasta daging dengan keju mozarela juga.
Jam sebelas malam cafe sudah mulai sepi. Tari mulai membersihkan semua meja. Mengambil gelas dan piring kotor lalu mencucinya.
"Kamu serius belum bicara dengannya? Kamu tinggal satu atap dengannya! Bagaimana kalian bisa tidak saling bertemu?" Na Eun membombardir Tari dengan pertanyaan saat Tari baru keluar sehabis mengganti pakaian.
"Aku menghindarinya, oke?"
"Tapi kenapa?"
"Jangan tanya kenapa padaku. Kau tahu kenapa. Lagipula aku tidak ingin bertemu apalagi berbicara dengannya." Tari mulai mengunci beberapa jendela.
"Hei! Suamimu itu tampan parah. Dia benar-benar tampan. Dan kamu menghindarinya? Memangnya kamu siapa?"
Tari tertawa. "Ya, ya aku tahu. Aku tidak cantik dan menarik. Tapi kenapa aku tidak boleh menghindarinya? Tanya saja sendiri. Datang ke hotel saja. Aku yakin dia mau menemuimu."
"Hubungan kalian benar-benar sangat aneh." gumam Na Eun dan menggelengkan kepalanya.
"Ahh! Apa aku bisa pindah lagi ke apartemenmu? Aku tidak ingin tinggal dengannya lebih lama." ucap Tari. "Setidaknya sampai aku punya tempat untukku melarikan diri lagi."
"Kau akan melarikan diri lagi? Seriously? Jangan gila. Cukup disini saja. Ada aku, kau dengar aku? Dan aku minta maaf, kamu tidak bisa tinggal di apartemenku lagi. Hae Joon oppa sudah keluar dari wamil, kau lupa? Kecuali kau ingin tinggal bertiga."
"Kau gila? Tentu saja tidak mau. Aku lupa, maaf."
"Tinggal saja dengan suamimu. Lagipula kamu tinggal di tempat yang mewah dan gratis."
"Tidak, terima kasih. Tapi aku akan tetap disana setidaknya sampai aku mendapatkan tempat tinggal. Bantu aku cari, ya?"
"Kau ini keras kepala sekali. Ayo kita pulang."
Semua pegawai keluar cafe. Cafenya di kunci rapat.
"Whooaahh Daebak!" puji satu pegawai wanita. Semua orang menoleh ke arah yang dilihat pegawai wanita itu. Renald.
"Katamu kamu menghindarinya, tapi kenapa sekarang kamu di jemput?" tanya Na Eun dengan berbisik.
"Aku bahkan tidak tahu."
"Oke, oke hentikan. Dia sudah ada yang punya. Kalian bisa bubar." kata Na Eun membubarkan semua pegawainya.
"Sampai jumpa besok."
"Sampai jumpa besok."
"Apa sudah selesai?" tanya Renald yang sudah berdiri di dekat Tari dan Na Eun. "Hai." sapa Renald pada Na Eun.
"Hai." Na Eun menyapa balik.
"Se... Dang apa kamu disini?" tanya Tari yang masih bingung.
"Menjemputmu."
"Dan bagaimana kamu tahu aku ada disini?"
"Aku tidak tahu, sebenarnya. Aku ke toko sebelum ke sini. Melihat bukan kamu yang bekerja, jadi aku langsung kemari."
"Oke, baiklah. Dengarkan aku. Na Eun tahu tentang keadaan rumah tangga kita yang sebenarnya. Yang sebenarnya. Jadi kamu tidak perlu berpura-pura seperti ini." kata Tari. Dia terlalu lelah untuk berakting.
"Tapi aku tidak berpura-pura. Aku memang datang menjemputmu." kata Renald. Tari mencari kebohongan di wajah Renald. Tapi Renald terlihat santai dan terlihat tidak berbohong. Tapi kenapa?
"Uhmm... Na Eun-na aku pulang dulu ya." pamit Tari
"Sampai jumpa lagi." Renald menambahkan.
"Ahh tunggu! Besok aku ada date dengan kekasihku. Bagaimana jika kita double date? Aku dan pacarku dan kalian berdua?"
Tari terkejut, Dia menatap Na Eun dengan tatapan membunuhnya.
"Na Eun benar-benar sudah gila!"
Na Eun tidak memperdulikan tatapan Tari dan tetap melanjutkan.
"Ayolah. Besok kamu libur. Dari pada di rumah saja. Kita double date, dari pagi, bagaimana?"
"Na Eun-na, aku mungkin libur tapi Renald sangaaaatt sibuk. Jadi tidak perlu." Tari berbalik dan mendorong tubuh Renald agar menuju ke mobilnya.
"Tapi dia bisa ijin atau libur sehari." kata Na Eun menghentikan langkah Tari. "Tidak masalahkan? Lagipula dia pemiliknya. Bagaimana?"
"Tidak.". "Baiklah."
Tari dan Renald sama-sama menjawab tapi dengan jawaban berbeda. Tari menatap Renald terkejut. Dia berkata baiklah?
"Aku setuju. Ayo kita double date besok." ucap Renald.
What??
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
lovely
terlalu banyak beragumen jadi ngos2an bacanya 🥴
2023-01-24
0