Esoknya pagi-pagi sekali, Tari sudah bersiap. Dia mengenakan celana jeans bututnya berwarna biru dan kemeja putih yang di padankan blazer berwarna hitam. Dia mengenakan sepatu agar leluasa berkeliling. Hari ini dia akan berkeliling kota York, sendirian! Dia benar-benar ingin menikmati kota ini sebelum kembali. Tari melangkahkan kakinya menuju pintu masuk sampai akhirnya Dhea memanggilnya.
"Tari..."
Tari berhenti dan menoleh.
"Ya bu?"
"Mau keluar?" tanya Dhea sambil berjalan ke arahnya.
"Iya bu. Mau keliling York."
"Bukankah Renald akan ke peternakan hari ini?"
"Pe.. Ter.. Nakan?" Tari terlihat bingung.
"Iya, peternakan. Renald sudah lama tidak kemari. Biasanya kalau kemari dia akan ke peternakan keluarga agak jauh dari sini. Ibu kira Renald mengajakmu."
Tari masih kebingungan. Dia tidak tahu perihal itu sama sekali. "Ahh itu..."
"Renald baru saja mau memberitahukannya." kata Renald yang baru saja masuk ke dalam rumah. Dari pakaian yang di kenakan, Tari tahu Renald habis lari pagi. "Sepertinya kamu sudah siap. Tunggu sebentar, aku akan mandi dan berganti pakaian. Bajumu sudah siap?"
"Ba... Ju? Ahh iya.. Aku siapkan sekarang. Tari ke atas dulu." Tari segera pergi dari situasi membingungkan tadi. Sepanjang jalan dia menggerutu karena gagal rencananya untuk having fun sendirian di York.
Setelah bersiap Tari tidak langsung keluar rumah. Dhea menitip beberapa makanan ke penjaga peternakan, keluarga Ferrer. Setelah selesai Tari langsung menuju halaman depan dimana Renald menunggunya. Tari membuka pintu dan menatap pemandangan yang membuatnya tidak percaya. Renald mengenakan kaus berwarna putih di padankan dengan jaket kulit berwarna hitam dan celana jeans hitamnya. Potongan rambut style middle-parted nya disisr rapi. Dia berdiri bersandarkan mobil sport berwarna abu-abu sambil mengutak-atik ponsel.
"Heol... Dia pikir ini drama korea apa. Atau fashion show, modis sekali." gumam Tari. Dia menggelengkan kepalanya lalu menghela nafas.
"Hai Tari." Helena melambaikan tangannya dan tersenyum pada Tari. Tari membalas tersenyum kikuk.
"Kalian.."
"Ikut? Tentu saja. Selalu. Ayo pergi." Helena masuk ke dalam mobil sport suaminya. Renald hanya menatap Tari sejenak lalu menuju pintu mobil. Tari yang sudah berdiri di depan mobil tapi tidak langsung membukanya. Dia bingung, dia kikuk. Pintunya terbuka ke atas atau ke samping? Dari pada dia malu, dia memilih menunggu Renald membuka pintu mobil jadi dia bisa mengikutinya. Maklumlah, selama ini dia hanya naik motor bututnya dan angkot, lalu tiba-tiba di sajikan mobil mewah. Renald menatapnya bingung.
"Aku tidak perlu membukakan pintu kan?" sahutnya dingin lalu masuk ke dalam mobil. Tari menatap tidak percaya.
"Waaahhh kecoak satu ini. Siapa juga yang minta di bukakan pintu? Aku hanya tidak bisa buka pintu! Akkhhh sabar Tari sabar..."
Tari menarik pintu mobil ke samping seperti yang Renald lakukan.
Sepanjang perjalanan Tari hanya diam menatap keluar jendela. Tidak ada percakapan sedikitpun di dalam mobil itu. Dia tahu tidak akan ada percakapan jadi dia sudah memasang earphonenya. Mobil melaju melewati hutan dan semakin menuju ke pedesaan.
Setelah beberapa lama mereka sampai di sebuah peternakan yang cukup besar. Renald menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah. Beberapa orang terlihat sudah berdiri menyambut mereka dengan senyuman hangat.
"Mereka tidak tahu tentang hubungan kita yang sebenarnya. Jadi berakting yang bagus." kata Renald dingin lalu keluar dari mobil. Tari melihat Renald memeluk orang-orang yang menyambutnya sementara Tari masih di dalam mobil, mempersiapkan mentalnya.
Tak lama Tari keluar. Satu wanita paruh baya mendatanginya dan mengulurkan tangannya.
"Kamu pasti nyonya William. Sudah lama aku ingin lihat momen ini. Renald membawa istrinya kemari." ucap wanita itu dengan senyuman lembut di wajahnya. Tari menyambut uluran tangannya. "Aku Adeline Ferrer. Kamu bisa memanggilku Ade."
"Tari."
"Dia adalah suamiku Anthony." Ade menunjuk satu pria paruh baya yang tubuhnya agak gemuk. Pria itu melambaikan tangannya. Tari tersenyum dan mengangguk. "Paling ujung sana, anakku Tom dan istrinya Rebecah. Sebelahnya ada Chris dan Ginny, kembar berusia tujuh belas tahun."
Tari mengangguk dan tersenyum kikuk.
"Baiklah, mari kita masuk." ajak Ade. Semua orang masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah terlihat rumah-rumah peternakan pada umumnya yang biasa Tari sering lihat di film-film. Mereka semua tampak akrab. Renald maupun teman-temannya. Mereka berbincang dan sesekali tertawa lepas dengan keluarga Ferrer. Dan sekali lagi, Tari benar-benar menjadi orang asing. Dia hanya duduk di sebelah Renald tanpa berkata apapun.
Sore harinya, Ade mengajak Tari berkeliling peternakan, bahkan membantu beberapa hewan untuk makan. Sejenak Tari melupakan deritanya. Dia tertawa lepas bermain dengan binatang. Bahkan Ade menganggap Tari lucu dan menggemaskan. Padahal jika dilihat lebih lama lagi, Tari terlihat seperti orang yang baru keluar dari goa dan tidak pernah melihat binatang.
Tari sampai di tanah lapang yang sudah di beri pagar besi dan membentuk lingkaran besar. Di dalamnya terdapat beberapa kuda. Renald berada di atas salah satu kuda berwarna putih. Kuda itu terlihat bersih dan gagah.
"Itu adalah Thunder, kuda kesayangan Renald." jelas Ade. Tari hanya menganggukan kepalanya. Renald dan teman-temannya sedang berbicara lalu tak lama setelahnya mereka pergi ke hutan. Hanya tertinggal Renald sendirian. Renald mengendarai kuda menuju Tari lalu mengulurkan tangannya. Tari menatap uluran tangan Renald sejenak lalu menatap Renald.
"Ayo kita berkuda. Aku akan menunjukkan sesuatu padamu." kata Renald masih dengan uluran tangannya.
"Aku tidak bisa berkuda." jawab Tari datar.
"Denganku tentu. Hanya satu kuda. Ayo."
"Uhmmm... Tidak terima kasih. Aku baik-baik saja." tolak Tari sehalus mungkin.
"Ayolah. Kamu akan menyesal jika tidak ikut." bujuk Renald.
"Renald benar. Pergilah. Tenang saja, aman kok. Thunder kuda yang sangat kuat. Paling kuat disini dan Renald penunggang yang berpengalaman." Ade menenangkan.
"Aku rasa tidak, terima kasih. Aku juga tidak akan menyesal. Pergilah. Aku baik-baik saja." ucap Tari. Dia benar-benar tidak ingin berkuda dengan satu kuda saja bersama Renald. Tari yakin Renald akan merendahkannya lagi. Lebih baik dia tidak mendengarnya.
"Very well then. Kamu yang rugi. Aku pergi dulu, Ade." Renald berbalik dan melaju bersama kudanya.
"Apa kamu pernah berkuda?" tanya Ade. Tari menggeleng. Ade tersenyum. "Apa karena itu kamu takut?"
Tari kembali tidak menjawab, hanya tersenyum.
"Renald penunggang yang hebat. Dia sudah berkuda sejak dia kecil. Tidak pernah sekalipun dia terluka saat berkuda. Ahh! Dan sebenarnya Renald ingin menunjukkan bunga bluebell padamu. Ini sedang musim. Pasti bunga itu sudah bermekaran dan sangat indah."
Tari tersenyum. Dia tahu bunga bluebell dan sebenarnya ingin melihatnya tapi jika harus satu kuda dengan Renald, sebaiknya tidak usah. Cukup menikmati dari layar ponselnya saja.
"Tari, apa kamu tidak apa-apa jika aku tinggal sendirian? Aku harus membuat makan malam."
"Saya akan membantu."
"Tidak, tidak, tidak perlu. Kamu adalah tamu dan tamu adalah raja. Aku baik-baik saja."
"Baiklah kalau begitu. Saya akan berkeliling sekali lagi."
"Okay, hati-hatilah." Ade berjalan menjauhi Tari. Sesuai perkataannya, dia berkeliling peternakan itu sekali lagi. Menikmati udara yang segar dan pemandangan yang indah. Tari berhenti dia bawah satu pohon yang besar di dekat rumah. Dia menyandarkan tubuhnya di batang pohon.
"Hai." kata seseorang. Tari menoleh dan mendapati Ginny, salah satu dari si kembar.
"Kau... Ginny. Benarkan?"
Gadis itu mengangguk. "Benar." Ginny mengenakan celana jeans biru tua dan sweater hijau lumutnya. "Sedang apa kamu disini?"
"Hmmm... Berkeliling."
"Ahh."
"Dan kamu?"
"Habis memberi makan para babi." jawab Ginny. Sedari tadi Ginny menjawab dengan nada ketus, membuat Tari bingung dimana salahnya.
"Kau... Lumayan." kata Ginny lagi sambil melihat Tari dari atas sampai bawah.
"Hm? Lumayan? Apanya?"
"Tapi Renald bisa mendapatkan lebih. Kau tahu, lebih cantik dan keren." kata Ginny membuat Tari sedikit terkejut.
"Ohhh tentu saja. Contohnya?"
"Kau tahu... Lebih cantik dan keren." Ginny memainkan rambutnya yang di ikat dua dan di kepang. Wajahnya di dongakkan ke atas sedikit. Postur tubuhnya di buat tegak layaknya para bangsawan yang pernah Tari lihat di film-film. Tingkah Ginny membuat Tari menahan ketawanya.
"Ouhh... Yeah.. Kau benar. Seharusnya dia dengan yang lebih cantik dan keren sepertimu. Apalah aku yang hanya lumayan." Tari mengangguk menyetujuinya.
"Tentu saja. Tapi kenapa dia malah menikahimu?!" Ginny menatap Tari dengan tatapan tajamnya.
"Ohhh tenanglah nona muda. Kau seperi akan memakanku hidup-hidup. Jangan salahkan aku. Salahkan orang tua kami yang menikahkan kami."
"Ahh! Benar. Kenapa orang tua selalu ikut campur? Memangnya ini abad pertengahan masih di jodohkan?! Setidaknya di jodohkan dengan yang lebih baik, benarkan?"
"Yeah.. Tentu saja. Kamu sangat benar."
"Menyebalkan sekali!" Ginny melipat kedua tangannya di depan dada.
"Setuju."
"Ginny! Apa kamu sudah selesai memberi makan babi?! Kemarilah dan bantu ibu!" teriak Adeline dari dapur. Ginny mendengus kesal.
"Kenapa harus aku?!"
"Bukankan yang akan makan nanti Renald? Pergilah dan masak untuknya. Aku yakin dia akan senang." kata Tari.
"Kau benar!" Ginny terlihat antusias. "Tunggu, apa tidak apa-apa aku memasak untuknya? Kau istrinya."
"Kamu mau melakukannya atau tidak? Atau aku saja?"
"Ti-tidak, tidak. Aku akan melakukannya." Ginny berlari menuju dapur. Tari tertawa geli melihat tingkahnya.
"Dia memang seperti itu. Dia sudah menyukai Renald sejak kecil. Posesif padanya." kata Randy yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Aku kira kamu ikut dengan mereka, melihat bunga bluebell."
"Aku sedang tidak membawa gadis. Jadi tidak, terima kasih."
Tari menggelengkan kepalanya. "Kamu dan para gadismu."
Randy tertawa. "Hei, aku masih single. Aku masih ingin bersenang-senang."
"Baiklah, baiklah. Terserah anda saja, tuan muda."
"Kamu sendiri? Kenapa menolak ajakan Renald? Kesempatan tadi sangat langka. Kesempatan berdua saja dengannya."
Tari menatap Randy tidak percaya. "Wahh kamu sudah gila rupanya. Berdua saja? Dengannya? Tidak, aku tidak mau, terima kasih. Aku baik-baik saja." sahut Tari cepat. Randy tertawa lagi. "Ahh benar. Berapa wanita yang sudah menjadi pelampiasan Renald?"
"Kenapa? Kau cemburu?"
"Kamu ingin mati rupanya."
"Wahhh galak sekali. Tidak, aku masih ingin hidup untuk waktu yang lama."
Tari cemberut.
"Entah, aku tidak tahu berapa banyak. Yang jelas, mereka selalu ada saat Renald putus dengan Veronica."
"Ahhh..." hanya itu yang bisa Tari katakan.
"Apa kamu tidak penasaran tentang Veronica?" tanya Randy. Tari menggeleng.
"Tidak, terima kasih. Baik wanita itu maupun Renald, aku tidak penasaran. Aku masuk saja."
"Jangan terlalu membencinya. Nanti kamu akan jatuh cinta!" kata Randy setengah berteriak. Tari mulai menggerutu. Dia gila!
...***...
Tari membereskan bajunya. Pagi-pagi sekali dia kembali dari pertenakan. Matanya masih mengantuk karena kurang tidur. Rencananya hari ini dia akan kembali ke New York. Sesuai rencana, dia mencari pekerjaan baru. Dia mengira akan lama tinggal disini jadi dia resign, membuatnya menyesal.
"Ini." Renald menyerahkan kartu berwarna hitam pada Tari. Tari menatap kartu itu sejenak lalu menatap Renald.
"Untuk apa?"
"Sebelum pulang, jalan-jalan saja dulu. Pakai kartu ini untuk berbelanja dan jangan menolak. Jangan buat aku menjadi suami yang jahat di depan keluargaku."
Tari terdiam sejenak. Tercetus ide gila di kepalanya. "Apa aku bisa pergi kemanapun yang aku mau?"
"Terserah kamu saja." kata Renald tanpa menatap Tari. Dia masih mengutak atik tab nya. "Pulanglah duluan. Aku masih ada kerjaan di sini."
Renald beranjak pergi keluar kamar, tapi Tari menghentikannya.
"Apa kamu yakin? Aku bisa kemanapun?" tanya Tari memastikan. Renald menoleh dan menatap Tari.
"Sudah aku katakan terserah kamu." Renald berbalik lagi tapi Tari kembali berbicara.
"Kalau begitu beri aku uang tunai."
Renald terkejut. Dia berbalik dan menatap Tari heran. "Apa?"
"Aku bilang, beri aku uang tunai."
"Aku tidak punya uang tunai. Pakai kartu itu saja. Kartu itu unlimited. Jadi pakai saja."
"Aku tidak mau. Tidak semua orang menggunakan mesin kartu kredit. Jadi aku perlu uang tunai. Kalau tidak ada, aku akan pakai uangku saja."
Renald mendengus kesal. Dia mengerutkan keningnya. "Kau mengancamku?"
"Ugghhh aku tidak sejahat itu. Aku juga tidak menolak uang yang kamu beri. Hanya saja aku memerlukan uang tunai." Tari bersikeras.
"Bukannya terlalu merepotkan membawa uang tunai dalam jumlah banyak?"
"Aku hanya minta seperlunya saja." kata Tari lagi membuat Renald kembali mendengus kesal. Renald membuka dompetnya dan mengeluarkan kartu lain.
"Ini. Ambilah sebanyak yang kamu mau. Passwordnya, aku akan text nanti. Sudahkan?"
"Apa kamu bahkan tahu nomor teleponku?"
Renald kembali menghentikan langkahnya untuk kesekian kalinya. Dia benar-benar kesal pada Tari. Renald menuju meja dan menuliskan sesuatu di atas kertas lalu memberikannya pada Tari dan segera pergi dengan membanting pintu.
"Wahh tempramental sekali." ucap Tari. Dia menatap dua kartu di tangannya. Ya, dia akan melaksanakan ide gilanya itu.
Setelah berpamitan pada keluarga besar Renald, Tari langsung pergi. Alasannya, dia akan berjalan-jalan terlebih dahulu sebelum pulang. Meski agak banyak barang yang dia bawa, tapi dia menolak saat ibu mertuanya memintanya untuk meninggalkan kopernya di rumahselama dia berjalan-jalan. Alasannya dia juga akan berjalan-jalan di kota lain. Jadi dia tidak ingin bolak balik.
Tari berjalan-jalan? Tentu tidak. Dia melewatkan berjalan-jalan di kota York maupun kota lain. Dia hanya mampir untuk mengambil uang seperlunya lalu segera pergi ke bandara. Ya, Tari berencana melarikan diri. Well bukan benar-benar melarikan diri. Dia tahu, cepat atau lambat Renald akan tahu dia tidak kembali ke New York. Tapi dia berkata Tari bisa kemanapun dan melakukan apapun kan? Toh dia tetap akan membayar hutangnya. Lagipula dia sudah terlanjur resign, jadi tidak ada alasan lagi baginya untuk kembali.
"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?"
"Selamat pagi. Satu tiket ke Seoul, Korea Selatan."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Kiranisane23 34
semangat Kk
2023-01-17
0
ZeysLe3on
semangat terus yah~
2023-01-16
0