Chapter 14

Randy membawanya entah kemana. Dia pasrah. Acara me time nya hilang begitu saja gara-gara pria ini. Menyebalkan sekali!

Sepanjang perjalanan Randy berusaha mengajak Tari berbicara tapi Tari hanya menjawab ya, tidak, mungkin. Dia hanya bertemu dengan Randy tiga kali! Dan dia sudah mengajaknya entah kemana. Renald dan teman-temannya memang aneh. Suka seenaknya.

Mobil mereka berhenti di daerah pegunungan. Mereka berhenti di depan Convenience Store. Randy turun dan segera masuk ke dalam Convenience Store tanpa mengajak Tari. Tari yang akan turun dari mobil jadi mengurungkan niatnya lalu menutup mobilnya kembali. Tak lama Randy keluar dari Convenience Store dengan sekantong... Soju?

"Dia mau minum minuman keras siang-siang?"

Tari menatap bingung. Randy masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilnya lagi. Hanya beberapa meter berjalan, Randy menghentikan mobilnya lagi.

"Ayo turun." katanya lalu turun dari mobil. Tari yang tampak kebingung ikut turun dan mengikuti Randy dari belakang. Mereka memasuki kawasan... Pemakaman? Sebenarnya dia mau dibawa kemana?!

Randy masih terus berjalan sampai di ujung dekat turunan, tepat di depan satu makam. Tari melihat tulisan di makamnya yang bukan menggunakan tulisan hangul.

...**Claudia Smith...

...(Song Hye Mi)...

...1965 - 1992**...

Randy membersihkan makam itu dan meletakkan soju dan makgeolli dan juga beberapa makanan ringan.

"Itu ibuku. Ini pemakaman khusus keluargaku. Disana kakek dan nenekku dari keluarga ibuku lalu disana buyutku dan ditengah, ibuku. Ibuku berasal dari sini, Korea. Dia meninggal saat melahirkanku." jelas Randy. Tari terkejut sekaligus kelimpungan.

"Lah kenapa tiba-tiba di bawa ke makam ibunya? Trus aku harus apa?"

Tari yang kikuk akhirnya membungkuk hormat pada makam ibu Randy. Randy duduk di atas rumput membelakangi makam ibunya. Dia melihat ke alam sekitar. Kedua tangannya di jadikan tumpuan. Randy melihat Tari masih berdiri mematung.

"Sini duduklah." Randy menepuk rumput di sebelahnya. "Tenang saja, aku tidak menggigit."

" Oh aku tidak takut digigit. Hanya takut di makan." kata Tari lalu duduk di sebelah Randy. Randy tertawa kecil.

"Kalau aku sedang di Korea, aku akan kemari. Mengunjunginya."

"Wahh cantik sekali. Udaranya juga segar." puji Tari.

"Kamu sadar kita ada dimana kan?" tanya Randy menatap Tari dengan tatapan aneh.

"Hei kamu yang membawaku kemari. Tapi pemandangannya memang indah. Tapi... Seleramu memang aneh, kau tahu itu?"

"Benarkah?"

"Apa kamu akan membawa teman kencanmu ke pemakaman seperti ini?"

Randy tertawa. "Aku belum gila. Lagipula ini bukan kencan. Atau mungkin kamu menganggap ini kencan?"

Tari membulatkan matanya. "Enak saja. Aku belum gila!" ucapnya lalu mengalihkan tatapannya. Randy tertawa mendengar jawaban Tari.

Randy mengacak rambut coklatnya yang sudah berantakan. Tari menatapnya. Lebih tepat memperhatikannya. Wajahnya sangat Asia, berbeda dengan Renald yang lebih seperti orang Eropa meskipun Asianya tetap terlihat. Dia juga memiliki rahang yang tegas, hidung mancung dan kulit yang putih bersih. Dia mengenakan jaket kulit yang didalamnya kaos putih dan celana yang robek di bagian lutunya. Dia tidak seperti Renald yang selalu terlihat rapi.

"Apa sudah puas menatapku?" tanya Randy tiba-tiba membuat Tari salah tingkah. Dia ketahuan menatap Randy. "Aku tahu aku tampan. Tapi jangan terlalu lama menatap atau kamu akan..." Randy menatap Tari. Mata coklat hazelnya terlihat sangat indah. "... Jatuh cinta."

Tari menggeser perlahan tubuhnya, menjauh dari Randy membuat Randy tersenyum geli.

"Kita pergi dari sini?" tanya Randy.

"Uhmm.. Apa kamu sudah selesai? Aku tidak paham tradisi disini." Tari menatap makan ibu Randy.

"Entahlah, aku juga tidak paham. Aku hanya mengunjunginya." kata Randy. Tari menatapnya dengan kerutan di dahinya. "Apa? Kamu tidak memintaku untuk melakukan hal aneh kan?"

"Aku bahkan tidak mengatakan apapun." Tari mengangkat kedua bahunya.

"Baiklah kadang aku mengadu padanya. Well aku tahu dia tidak akan menjawab atau apapun. Hanya menganggap aku meluapkan apa yang aku pendam. Aku juga paham ibu tidak akan mendengar. Jika dia mendengar, dia tidak mati. Terlepas dari kepercayaan dan agama apapun, aku percaya jika sudah mati ya mati. Tidak ada hubungannya dengan dunia ini lagi. Jika ada bukan mati namanya."

"Wahh kamu sudah dewasa sekarang." Tari menepuk punggung Randy sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

"Kau sungguh gemar mengejek orang ya..."

"Ohh aku tidak mengejek. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."

"Baiklah, ayo kita pergi." Randy berdiri dan membersihkan celana dari rumput yang menempel lalu mengulurkan tangannya. Randy terkejut melihat Tari yang sudah berdiri dan membersihkan pakaiannya juga.

"Ayo!" kata Tari lalu melangkah pergi. Randy tertawa kecil lalu menyusul Tari.

Mobil mereka kembali melaju. Kali ini ke arah kota tapi kata Randy, mereka akan makan terlebih dahulu.

"Jadi... Apa Renald memperlakukanmu dengan baik?" tanya Randy.

"Jika dia memperlakukanku dengan baik, dunia akan kiamat."

Randy tertawa. "Sebenarnya dia orang yang baik." kata-kata Randy mendapat tatapan membunuh dari Tari. "Ahh... Baiklah... Renald itu... Terlalu kaku, pemarah, egois dan brengsek. Apa kau puas nona?"

"Sangat."

Randy tertawa. Dia memarkirkan mobilnya di salah satu rumah makan yang sederhana. Saat mereka masuk, mereka di sambut hangat. Bahkan Randy dipeluk dan di sapa sangat baik. Apa mereka mengenalnya?

Tari duduk di salah satu kursi di dekat jendela sementara Randy masih asik mengobrol dengan pemilik rumah makan. Tari membuka ponselnya. Beberapa chat masuk dari Na Eun, adiknya yang melaporkan keadaan ayahnya dan nomor yang tidak di kenal. Tari hanya membuka chat dari adiknya saja, ingin tahu keadaan ayahnya. Sisanya dia abaikan, bahkan dari Na Eun.

Tari hanya diam menatap jalanan. Tiba-tiba dia tersentak, teringat jika dia harus mencari pekerjaan di New York. Tari membuka ponselnya lagi, dia ingin meminta bantuan Marisol atau Olivia. Jika tidak bisa, dia akan mencarinya sendiri. Tidak mudah tentu, tapi setidaknya di coba.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Randy lalu duduk di depan Tari.

"Tidak, tidak ada." kata Tari lalu menyimpan ponselnya.

"Tapi kelihatannya serius."

"Disini jual makanan apa? Aku lapar." kata Tari mengalihkan pembicaraan.

"Maaf, tapi aku sudah memesan."

Tari terkejut. "Sudah?"

"Hmm... Disini paling enak Yukgaejang. Disini terkenal karena itu."

"Benarkah?" Tari melihat kanan dan kirinya. Hanya ada satu pasangan dan dua pria paruh baya yang ada di tempat makan itu.

"Well pada masanya. Sekarang banyak yang menyukai makanan generasi MZ."

Dua sup Yukgaejang datang ke meja mereka.

"Terima kasih paman." kata Randy.

"Tentu. Makan yang banyak nona. Aku menambahkan banyak daging di dalam supnya. Tuan muda tidak pernah membawa seorang gadis kemari. Jadi aku memberi banyak daging." kata pria yang berumur sekitar enam puluhan itu sambil tersenyum ramah. Tari tersenyum.

"Terima kasih." ucap Tari.

Pria itu segera pergi. Tari melihat sup di depannya. Terlihat sangat enak.

"Cobalah, kau pasti suka. Well kecuali jika kamu memang lebih sering memakan makanan generasi MZ itu."

Tari tertawa lalu mencoba supnya. Tari terkejut. Supnya begitu enak. Dia pernah makan Yukgaejang sebelumnya bersama Na Eun dan Chae Ri, enak tapi tidak seenak ini dan benar saja, dagingnya sangat banyak. Tari tentu makan dengan lahap seperti tidak makan berhari-hari.

"Wah... Kamu benar-benar lahap." Randy menatap takjub.

"Ini benar-benar enak dan aku sedang lapar."

Randy tersenyum. "Biasanya para gadis akan makan dengan malu-malu di depan pria. Apa ya sebutannya?"

"Hei! Aku lapar. Aku mementingkan perutku ketimbang harus makan malu-malu dan menjaga imageku. Itu tidak akan membuatku kenyang. Pria tampan tidak membuatku kenyang. Makanan membuatku kenyang." ucap Tari lalu menyendokkan kembali nasi ke mulutnya. Randy hanya bisa tersenyum melihatnya.

"Anyway..." kata Tari lagi. "Kamu langganan disini?"

"Hmm.. Bisa di katakan begitu. Langganan kakek nenekku, ibuku, ayahku dan sekarang aku. Rumah makan ini sudah berdiri seratus tahun lamanya."

"Whoah benarkah?" Tari tampak terkejut.

"Hmm.." Randy mengangguk. "Lalu apa rencanamu setelah ini?"

"Entahlah. Karena masih terang, mungkin jalan-jalan lagi? Aku ingin menghabiskan waktuku disini. Temanmu yang kaku itu ingin pulang."

Randy menatap Tari diam sejenak lalu memakan makanannya lagi.

"Kalau begitu ikut aku saja." kata Randy. Tari memicingkan matanya.

"Kepemakaman yang lain?"

Randy tertawa. "Nantikan saja."

"Uhmm tidak terima kasih. Aku tidak akan menantikannya."

"Oh ayolah... Aku akan bersemangat jika kamu menantikannya."

"Tidak dan jangan bersemangat." tolak Tari.

Randy membawanya ke banyak tempat termasuk ke lotte world. Mereka menghabiskan waktu hanya berdua dan Tari benar-benar menikmatinya. Ya, dia sangat menikmatinya. Berkat Randy, hari ini tidak membosankan dan dia tidak kesepian. Mereka kembali saat malam hari. Tari bahkan masih menggunakan bando telinga. Tari dan Randy berjalan di lobby menuju lift.

"Sepertinya kalian sangat bersenang-senang." sebuah suara mengagetkan Tari. Mereka berdua menoleh. Renald berdiri di belakang mereka.

"Tentu saja." jawab Randy sambil tersenyum. Sementara Tari hanya diam dan mengalihkan pandangannya.

"Aku masuk dulu Ran." Tari menepuk pelan lengan Randy.

"Mau aku antar?" tawar Randy. Tari berdecak.

"Aku bukan anak kecil. Bye!! sampai jumpa lagi, pria tampan!" pekik Tari sambil melambaikan tangannya dan berjalan ke lift. Randy tertawa geli.

"Aku jalan dulu Ren." Randy menepuk pelan lengan Renald. "Ada janji." kata Randy. Renald mengangguk. Randy segera pergi dari sana.

"Mereka sudah pulang?" tanya Alex yang baru saja mendatangi Renald. Sedari tadi dia melihat dari jauh. Renald tidak menjawab. Dia hanya menatap pintu lobby tempat Randy lewat tadi, penuh arti. Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkannya. Renald sulit di prediksi. Yang jelas, dia tidak suka apa yang dia lihat.

...***...

Terpopuler

Comments

Dewi Andayani

Dewi Andayani

Up please, Thor

2023-01-25

0

ZeysLe3on

ZeysLe3on

nah ada CEO baru nicchh

2023-01-25

0

Kiranisane23 34

Kiranisane23 34

langjut kk seru

2023-01-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!