"Hebat sekali.... kau bisa mengalahkan mereka dalam sekejap."
Sebuah suara terdengar.
"Manusia kah?"
Kaede mengarahkan pedang ke arah asal suara dan melihat seorang pria yang sedang bertepuk tangan kepadanya hingga Kaede mengarahkan ujung pedang padanya.
Pria itu segera melambai-lambaikan tangannya ke kiri ke kanan untuk mengisyaratkan bahwa dirinya bukan musuh.
Paling tidak saat ini.
"Tunggu... tunggu, aku sama sekali tidak ada niat melawan pengguna topeng iblis.... aku benar-benar akan mati jika melawanmu," suaranya bergetar namun Kaede tahu bahwa prilakunya itu hanya dibuat-buat olehnya.
Dia melanjutkan.
"Sayang jika aku mati setelah mendapat tubuh ini, kau tahu... jika siluman sudah memakan banyak manusia mereka akan menjadi manusia itu sendiri.... ini sangat hebat."
"Menjijikan."
Kaede berjalan mendekat ke si pria itu, menghunuskan pedangnya dari atas ke bawah. Anehnya pria itu bisa menghindarinya dengan satu langkah ke samping sementara pedang yang meleset menghancurkan lantai berkeping-keping.
Si pria yang menyadari seberbahayanya orang di depannya segera melompat untuk menjaga jarak.
"Tenanglah, melawan adikmu juga aku sudah kewalahan di tambah denganmu ini sangatlah buruk... Ayumi Kaede."
Kaede hanya diam menatap si pria dari satu mata kiri topeng yang bersinar semerah darah.
"Apa yang kau inginkan dariku?" tanyanya.
"Aku membutuhkan bantuanmu untuk mengalahkan adikmu, dia benar benar sangat merepotkan, hampir seluruh anak buahku dibantai olehnya."
"Lanjutkan."
"Tentu saja dengan imbalan pantas, bukannya kau butuh 50 ribu tumbal manusia, aku bisa menyediakannya untukmu."
Kaede menggelengkan kepalanya.
"Aku bisa melakukannya sendiri. Jadi tidak perlu."
"Yah, dengan kekuatan seperti itu, kurasa mungkin saja."
Si pria membuang rasa kecewanya lalu balik bertanya kembali, jika dia terus memaksa keinginannya Kaede jelas akan menebasnya lagi.
Dia bukan seorang yang suka bertele-tele dalam mengambil keputusan dan jelas tidak suka dipaksa.
"Jika ada informasi tentang kelemahan adikmu, bisakah kau memberitahuku sebagai gantinya."
"Sayangnya dia tidak punya kelemahan, sama sepertiku dia juga membuang sisi kemanusiaannya."
"Sudah kuduga dia sangat merepotkan."
Si pria mendecapkan lidahnya kesal, sekarang Kaede yang berbalik bertanya.
"Siapa namamu?"
"Kros."
"Kros yah, akan kubiarkan kau hidup untuk sekarang... aku juga ingin tahu kau bisa berhasil mengalahkan adikku atau tidak dengan usahamu yang jelas ini pasti sangat menarik untuk dilihat."
Kros tersenyum pahit saat kaede melepaskan topengnya dan topeng itu kembali ke sosok Zero semula. Pedangnya pun ikut menghilang.
"Ayo pergi."
"Ke mana?" tanya Zero singkat.
"Aku akan belikan hamburger, bukannya kau lapar," jawab Kaede datar.
"Ah.... kurasa makanan itu juga sudah cukup."
Keduanya meninggalkan tempat itu, sementara Kros hanya memperhatikan mereka dari kejauhan sampai sosoknya menghilang ke dalam pintu.
"Benar-benar menakutkan," ia bergumam demikian.
"Baru kali ini aku melihat topeng iblis dari dekat, mereka eksistensi yang hampir punah di muka bumi," ucap sebuah suara.
"Aku juga bersependapat sama denganmu," balas suara lainnya.
"Bikin tegang saja, kukira kau akan mati tadi... padahal aku berniat menari di kuburanmu."
"Muka gile nih bocah..."
"Umurku lebih dewasa darimu, tunjukan rasa hormatmu padaku."
"Jika kau tumbuh sedikit tinggi, aku akan melakukannya."
"Ngajak gelut kau."
"Kalian tenanglah, jika tidak tenang akan kuberikan kedamaian untuk kalian, tentu saja dengan mati."
"Kita habisi si gendut ini dulu baru bertarung."
"Ide bagus."
"Sudahlah kalian bertiga... ini bukan waktunya bertengkar, negosiasi sudah gagal mari pikirkan langkah selanjutnya."
Kros menghembuskan nafas panjang.
"Mau bagaimana lagi, mari berlatih menggunakan tubuh ini, sesudah terbiasa kita habisi seluruh anggota Badan Penanggulangan Serangan Gaib itu."
"Sepakat."
Saat kepergian Kaede, ketujuh teman Kros muncul di dekatnya, mereka adalah siluman yang sudah mempunyai wujud manusia.
Tidak hanya wujudnya yang berubah kekuatan mereka juga sudah melampaui siluman yang biasanya, hanya menunggu waktunya dunia akan sampai ketitik bahaya.
"Sebentar lagi akan turun hujan... ayo pergi, aku tidak mau melewatkan acara tv kesukaanku," kata seorang yang paling kecil.
"Bocah ini membuatku kesal."
"Berhenti memanggilku bocah."
Ke tujuhnya menghilang dalam kegelapan dan hanya terdengar suara kesunyian saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments