Sambil menatap langit yang kelabu, gadis berpakaian Blazer itu duduk di pinggir atap gedung perkantoran.
Sulit menebak dari bagaimana ia berekspresi tapi baginya, dunia begitu indah jika dilihat dari ketinggian. Walau ekpresinya datar dia merasakan hal demikian saat angin lembut membelai rambut peraknya yang dipotong sebahu.
"Kaede."
Mendengar namanya dipanggil, ia menoleh dan mendapati sesosok makhluk melayang di dekatnya. Penampilannya serba hitam dengan tubuh dua meter serta rambut panjang sampai pinggang, makhluk itu juga memakai topeng besi dengan satu mata kiri ditambah sepasang sayap menempel di punggungnya.
"Apa?" katanya singkat.
"Aku lapar, bunuhlah satu manusia untukku."
"Malas ah."
Makhluk itu terdiam sesaat sebelum berkata kembali.
"Dari satu juta orang yang kau bunuh, kau masih harus membunuh 50 ribu lagi, dengan begitu kekuatanku akan jauh lebih kuat dari sekarang sehingga aku bisa mengabulkan permintaanmu."
"Aku tahu," jawab si gadis itu dengan datar.
"Yaahh aku tidak terburu buru sih, lagi pula saat bersamamu semua terasa menarik.... kau memilih membunuh orang-orang seperti kriminal dan sebagainya, bahkan kau berpergian ke berbagai negara untuk membunuh banyak orang, kau juga membunuh orang tuamu serta tempat hiburan malam kenalannya... itu mengagumkan."
Makhluk itu tertawa terbahak-bahak.
"Jangan bodoh Zero, orang tuaku sudah mati sejak kecil, mereka hanya orang tua pengganti yang hanya menginginkan uang warisanku.... bahkan mereka tega menjual adikku."
"Kalau Begitu adikmu benar benar bodoh ya... jika ia tahu dia mungkin tidak akan memburumu seperti ini."
"Orang tua kami meninggal saat adikku masih kecil, pantas jika dia tidak mengingatnya."
"Hoh begitu... khe khe khe."
"Tak masalah, aku memang orang jahat jika ada seseorang yang bisa membunuhku kuharap itu adikku sendiri."
Bahkan untuk Zero sendiri ia tidak tahu ekspresi apa yang di pasang lawan bicaranya. entah sedih, marah ataupun senang hanya ekspresi datar saja yang tampak dari gadis bernama Ayumi Kaede itu.
Kaede berdiri lalu merapikan rok pendeknya selagi menarik nafas panjang untuk mengisi oksigen ke paru-parunya setelahnya dibuang secara perlahan-lahan lewat mulut.
Dan selanjutnya.
"Ada yang datang jumlahnya sepuluh tidak kurasa sebelas."
Mendengar peringatan Zero, Kaede terlihat tak peduli.
"Membunuh siluman sekaligus manusia sangatlah merepotkan," bersamaan dengan perkataan Kaede, tubuh zero berubah menjadi asap lalu menghilang ke dalam topengnya sendiri.
Kaede meraih topeng itu lalu memakainya di wajah kemudian terciptalah sebuah pedang di tangan kanannya yang merupakan sebuah katana. Ia berjalan selagi menyeret pedangnya di lantai dan melihat beberapa siluman di depan matanya.
Mereka tidak lain hanyalah siluman katak.
Satu siluman muncul dari atas mencoba menyergapnya, tanpa bergeming tebasan Kaede membelah tubuhnya menjadi dua bagian.
Potongan rapih itu jatuh tanpa daya.
Melihat rekannya terbunuh sisanya menyerang bersamaan, itu hanya menjadi sebuah pembantaian dipihak Kaede dimana pedangnya seakan menari-nari di udara menghabisi semua tanpa sisa.
Darah menyembur dari tiap tebasan Kaede yang mana memberikan warna hujan darah di langit yang kelabu.
Jangan menyerang orang bersenjata dengan tangan kosong, nasihat itu terlihat jelas dalam pertarungan ini.
Kaede mencengkeram wajah salah satu siluman lalu menghantamkannya ke lantai hingga gaya gravitasi kuat menghancurkan kepala itu.
"Guakh."
Tanpa memberi belas kasihan sedikit pun, Kaede menginjak tubuh siluman yang masih hidup, membuatnya memuntahkan darah dari mulut.
"Dasar mons..."
Sebelum musuhnya bisa menyelesaikan kata katanya, jantungnya sudah tertembus pedang Kaede. Seluruh tubuh yang dihabisinya berubah menjadi asap lalu terhisap ke dalam topeng seakan topeng itu memakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments