Di depan loket Riki mulai memesan kamar, sang resepsionis adalah seorang wanita muda di usia 25an dengan pakaian serba merah. Dia sepertinya menyukai anak kecil karena dari tadi ia menoleh ke arah Nina.
"Wah.....manisnya, siapa namanya?"
"Ni-nina." jawab Nina malu-malu.
Semuanya yang dilakukan gadis itu hanyalah kebohongan. Dia bukan gadis kecil.
"Nina kah, mau lolipop?"
Nina mengangguk ke arah resepsionis lalu menerima lolipop yang disodorkannya.
"Kak Riki, mau?"
"Ogah."
"Kamarnya di lantai 10 nomor 23."
"Terima kasih."
Setelah menerima kunci kamar mereka pergi ke lantai yang di katakan resepsionis, mereka melempar tas bawaan ke ranjang lalu berbaring di sana.
Kelembutan dari tempat tidur meniadakan kelelahan ketika di perjalanan.
Itu adalah sebuah kamar dengan 2 ranjang, berinterior mewah dengan lukisan ikan koi di atas televisi serta meja di balkon untuk melihat pemandangan kota Bandung dari ketinggian, bahkan kamar mandinya 2 kali lebih besar dari kamar milik keduanya di markas.
Jika Riki sendiri yang membayarnya mungkin ia akan mengingat pengeluarannya sepanjang hidupnya, untunglah semuanya sudah ditanggung Albert selaku pimpinan mereka sehingga ia bisa menarik nafas lega.
Dan selanjutnya.
"Ada siluman," suara itu berasal dari Nina, kemampuan nina adalah pedeteksi energi spiritual, ia bisa merasakan seseorang maupun siluman dari jarak yang sangat jauh, tak hanya itu ia juga di berkahi kepintaraan di atas rata-rata, IQ nya mencapai 280 atau lebih.
Dialah gadis yang paling diandalkan di organisasi yang Riki masuki.
Pandangan keduanya saling bertemu.
"Lokasinya?"
"Sebelah utara, jarak 500 m."
Katanya setelah mencocokkan dengan laptop yang dibawanya.
"Kurasa aku bisa menembaknya dari sini." setelah berkata demikian Riki mengambil sarung gitar dan pergi ke atas atap melalui lift, tentu saja di dalamnya bukan alat musik melainkan senapan runduk hecate II.
Di atas atap Riki mulai merakit kompunen menjadi sejata sempurna, ia berlutut sambil melihat melewati teropong senapannya.
Perlu beberapa detik untuk menemukan tempat pastinya.
Ketika target terlihat, ia menarik pelatuknya dan peluru melesat membelah udara.
Orang-orang yang sebelumnya panik terlihat kebingungan saat mendapati siluman yang mereka takuti sekarang mati dengan setengah badannya saja yang tersisa.
Riki menarik nafas saat ia bersandar di dinding lalu menatap langit di atas kepalanya.
"Kapan semua ini akan berakhir."
Pertanyaan itu tidak memiliki jawaban apapun.
Sekembalinya ke kamar dia baru saja menyadari hal penting, Nina seorang gadis dan dorong seorang pria, apa baik-baik saja tidur di satu kamar yang sama?
Saat dia melihat Nina, dia tersenyum jahil.
"Kenapa Riki, apa kamu memikirkan hal aneh-aneh sekarang?"
Sifatnya benar-benar buruk, Riki menyesal karena memikirkan hal yang tak begitu penting barusan.
Keesokan paginya, keduanya berdiri di gerbang sekolah SMA, menurut Nina lokasi inilah yang sering ia rasakan keberadaan pemilik kekuatan spiritual itu. Tanpa menunggu lama orang yang dimaksud muncul . Dia adalah seorang gadis dengan rambut coklat dipotong sebahu, memakai hiasan telinga kucing serta ekor yang berayun saat ia berjalan.
Nina dan Riki segera menutup langkahnya.
"Siapa?" tanyanya.
"Namaku Nina dan ini Riki kami dari Badan Penanggulangan Serangan Gaib."
"Apa kalian berdua ini orang aneh?"
"Tentu saja bukan," potong Nina yang kemudian dilanjutkan oleh Riki, membiarkan seorang gadis mengambil alih bukanlah tipe Riki, dia juga harus berbicara.
"Boleh tahu namamu?"
"Namaku Pricilia tapi orang memanggilku Pricil."
"Aku panggil Pricil kalau begitu.....kedatangan kami adalah ingin mengajakmu bergabung dengan organisasi kami demi menyelamatkan umat manusia dari ancaman siluman, apa kamu bersedia membantu kami?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments