Dengan berakhirnya pelatih Riki, dia memiliki sekolah seperti biasanya tanpa ada gangguan dan sesekali pergi untuk membantu pekerjaan Mai sampai Nina muncul di kamarnya dengan wajah panik.
Dia baru saja menggedor pintu miliknya hingga tanpa terduga Nina terjatuh ke depan hingga Riki harus menangkapnya.
"Ada apa?"
Wajahnya sedikit memerah namun ia segera menggelengkan kepalanya untuk kembali ke keadaan semula.
"Gawat Riki, kita dapat masalah."
Tepat di ruangan pusat Nina menjelaskan situasinya, singkatnya sekumpulan siluman telah menyerang mall, dan Mai sedang sibuk melawan siluman berbeda di tempat lain.
"Itu bukan masalah, aku sendirian sudah cukup," kata Riki tanpa ragu.
Walau dia bergabung jumlah yang bekerja di tempat ini tetap saja kurang
"Kami mengandalkanmu, sebelum itu bawalah ini."
Albert yang mengawasi di depan komputer sejak lama menyerahkan Id Card bertuliskan namanya serta sebuah kunci.
"Kunci?" Riki memiringkan kepalanya.
"Kamu tidak bisa berteleportasi seperti Mai jadi kami memberikan itu untukmu."
"Sebuah kendaraan bermotor?"
"Bawalah, anggap saja hadiah dari pelatihanmu."
Tanpa membalas perkataan Albert kembali, Riki mengambil pistol untuk diselipkan di pinggangnya lalu meninggalkan tempat itu.
Ia menekan earphone di telinga kanannya sebelum memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi.
Menerima arahan dari Nina, Riki sampai di tempat tujuan.
Ia memarkir motor di seberang jalan lalu berjalan mendekat ke tempat kejadian, belum sempat melewati garis polisi ia segera di hentikan oleh dua petugas berseragam lengkap.
"Maaf, dilarang masuk."
Riki menunjukan Id Cardnya hingga sontak kedua polisi itu terkejut.
"Siap pak! apa yang bisa kami bantu untuk Anda," kata salah satu satunya.
"Katakan situasinya."
"Para pengunjung terjebak di lantai 3, kami sudah menerobos masuk namun senjata kami tidak bisa berpengaruh, ucap salah satu polisi yang lain.
"Berapa jumlahnya?"
"Dua puluh lima orang termasuk bayi."
"Begitu, tolong siapkan 5 orang polisi untuk mengevaluasi orang-orang di dalam, aku yang akan membuka jalan."
"Siap pak!" keduanya memberi hormat lalu pergi.
Riki mempersiapkan senjatanya sebelum melangkah maju.
"Sebenarnya Id Card apa ini, hingga kedua polisi itu jadi begitu?" selagi memikirkannya dalam hati, kedua polisi itu muncul kembali dengan tiga orang tambahan di belakangnya.
"Lapor! Kami sudah membawa yang Anda minta, kami siap kapanpun."
"Kerja bagus," Riki menatap ke lima orang tersebut lalu melanjutkan.
"Tolong bantuannya."
"Sebuah kehormatan bisa bertarung dengan Anda."
Riki melewati garis polisi dimana kelimanya pun mengikuti dari belakang.
Sampai di pintu masuk seekor siluman melompat ke arah Riki dengan memecahkan kaca pintu. Riki menendangnya dengan kaki yang jelas merupakan sebuah hantaman keras, sebelum siluman itu berdiri ia sudah meledakan kepalanya dengan satu tembakan.
Melihat Riki selalu dalam keadaan tenang membuat kelima di belakangnya merasa lega.
Di lantai pertama Riki terus menembakan pistolnya, letupan pistol tidak pernah berhenti seiring dia terus berjalan dan sesekali mengganti ulang amunisinya.
Sekitar 50 siluman terbunuh di lantai pertama, bergerak ke lantai 2 bertambah menjadi 100 siluman.
Dan di lantai 3 mereka mulai mengevaluasi yang terjebak. Kelimanya sudah terlatih jadi Riki tidak ambil bagian dan hanya mengawasi sekitar, jika tiba-tiba musuh muncul secara mendadak ia akan mudah mengatasinya. Tak lama kemudian seorang wanita menarik lengan bajunya sambil menangis
"Tolong selamatkan anakku, dia tidak ada di sini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments