Bab 4.Rumah bunda

Dimas memarkirkan mobilnya di depan rumah bunda Tara dan ayah Herman. Mengantarkan Chelsi untuk sementara waktu di rumah orang tuanya. Sebenarnya Dimas tidak ingin mengantarkan Chelsi ke sini, Dimas ingin Chelsi ada di rumah yang seharusnya yaitu rumahnya. Dimas melihat ke arah Chelsi yang sama sekali tidak melihat ke arahnya, suasana hening menyelimuti mereka berdua. Tidak ada lagi kehebohan seperti dulu lagi. Pembahasan - pembahasan tidak penting yang sering mereka bahas hanya untuk mengundang tawa kini sudah hilang bersamaan dengan lenyapnya ingatan Chelsi. Dimas benar - benar sangat menyesal atas semua yang di alami Chelsi.

Akkkhh... Dimas ingin sekali memeluk Chelsi dengan erat tapi kondisi Chelsi yang sama sekali tidak mengenalnya pasti akan membuat canggung keadaan.

Dimas menghela nafas lalu kembali melihat ke arah Chelsi yang duduk di sebelahnya."Lo jangan lama - lama ya di sini! Oma sama mama pasti nungguin lo di rumah."ucap Dimas dengan mata sendu.

Chelsi mengangguk.

" Gue juga nungguin lo." sambung Dimas lagi.

"Sekali lagi gue minta maaf, harusnya gue bisa ngelindungin lo. Ini ngga akan terjadi kalo gue ikut waktu itu."

Chelsi menggenggam tangan Dimas"Ngga ada yang tau dan ngga ada yang mau ini terjadi, jangan nyalahin diri kamu sendiri. Aku sama sekali ngga nyalahin kamu."

"Musibah ngga ada yang tau, ingatan aku pasti akan kembali. Kita pasti bisa kembali seperti dulu lagi!" ucap Chelsi.

Dimas menyeka air matanya, hatinya masih begitu sakit bahkan hanya mendegar perkataan Chelsi yang tidak seperti biasanya.

"Aku akan datang dengan sendirinya ke rumah kamu, jika aku udah siap. Aku hanya perlu waktu untuk menerima kenyataan. Aku harap kamu bisa mengerti keadaan aku sekarang. "

"Gue ngerti, pasti sulit bagi lo yang ngga tau dan ngga inget apapun buat nerima kenyataan kalau lo udah punya suami. Pasti sulit buat lo percaya kenapa lo bisa punya suami sebodoh gue." ucap Dimas melepas gengaman tangan Chelsi.

Chesi terus menatap Dimas dengan lekad, "Aku ngga pernah mikir gitu, yang aku lihat sekarang kamu adalah laki - laki yang bertanggung jawab."ucap Chelsi berlinang air mata.

Kesedihan Dimas sedikit terobati atas pujian yang di ucapkan Chelsi. "Udah gih lo keluar bunda sama ayah udah nungguin lo dari tadi! "ucap Dimas menunjuk ke arah teras dengan dagunya untuk mengalihkan pembicaraan mereka.

Chelsi melihat Dimas dangan perasaan tidak enak sebelum akirnya ia keluar diikuti oleh Dimas yang juga keluar dari mobil.

Bunda Tara dan ayah Herman memeluk Chelsi saat meraka sampai. Bunda Tara begitu merindukan anaknya itu apalagi setelah kecelakaan yanga menimpanya.

"Terimakasih Dimas kamu sudah mengizinkan chelsi untuk menginap di rumah bunda. "ucap bunda Tara masih memeluk Chelsi.

Dimas mengangguk,dengan senyum yang di paksakan. Bukan Dimas tidak mengizinkan atau apa tapi rasanya ada yang menjanggal di hatinya saat Chelsi lebih memilih tinggal di rumah orang tuanya daripada harus pergi ke rumahnya lebih dulu.mungkin memang sulit untuk Chelsi percaya tapi apa tidak ada sedikitpun rasa yang membuat Chelsi bisa percaya kepadanya?.

"Yasudah kalau begitu Dimas pamit dulu bun, yah ada pekerjaan yang harus Dimas selesaikan. "pamit Dimas tak ingin berlama - lama di rumah orang tua Chelsi.

"Kamu tidak ingin masuk atau mengobrol dulu Dimas? pasti bukan hanya kami yang merindukan Chelsi, kamu juga begitukan?" ucap ayah Herman mencoba menahan Dimas.

"Bukan Dimas menolak tapi Chelsi pasti juga butuh istirahat yah. "

"Hmmm... Baiklah kalau memang begitu, hati - hati di jalan. "ucap ayah Herman mengalah.

Chelsi memperhatikan mobil Dimas yang perlahan -lahan hilang dari pandangannya,entah kenapa melihat raut wajah Dimas seperti tadi membuat Chelsi merasa bersalah ,apa keputusannya ini salah?apa seharusnya ia ikut dengan Dimas dan bukannya di sini sekarang ?tapi bagaimana caranya ia akan bersikap kepada Dimas dan keluarganya nanti tanpa satupun ingatan yang ia ingat?.

"Ayo kita masuk sayang!"ucap Bunda Tara dan ayah Herman mengajak Chelsi untuk masuk kedalam rumah .

Di dalam rumah banyak sekali fotonya dan Dimas dimana -mana ,kenangan masa kecil mereka terlihat sangat bahagia di lihat dari banyaknya foto kebersamaannya dan Dimas.

Chelsi mengambil satu foto yang menurutnya sangat lucu.Chelsi memandangi fotonya bersama Dimas yang tertawa memegangi eskrim coklat dengan wajah yang belepotan.

Bunda Tara mendekati Chelsi sambil melihat foto yang ia pegang,"kamu dan Dimas itu sangat dekat ,dimana ada kamu pasti di situ ada Dimas.kalian seperti anak kembar yang tak terpisahkan.Peran kakak pada Dimas sangat melekat dia begitu menjaga dan melindungi kamu .itu sebabnya Dimas terlihat begitu sedih dan menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang terjadi pada kamu sekarang ini."jelas bunda Tara.

"Kalau Dimas sudah seperti sosok kakak bagi aku kenapa kita berdua menikah?apa aku dan Dimas memutuskan untuk menjalin hubungan ketika kami sudah dewasa?"tanya Chelsi penasaran.

"Itu semua karna mama dan oma Dimas menjodohkan kalian berdua."jawab Bunda Tara.

"Dan kami berdua menyetujuinya?"tanya Chelsi seakan tidak menduganya.

Bunda Tara menganggukinya,"mungkin kalian berdua memang sudah menjalin hubungan tanpa sepengetahuan bunda ."ucap bunda Tara mencubit hidung Chelsi sambil tersenyum gemas.

Chelsi ikut tersenyum sambil memegangi hidungnya.

Puas berjalan -berjalan di ruang keluarga Chelsipun masuk kedalam kamarnya tentunya setelah bunda Tara memberitahu yang mana kamar Chelsi.

Wangi jasmine tercium begitu Chelsi masuk kedalam kamarnya. Rasa nyaman menenangkan hati membuat Chelsi ingin segera terlelap di kasurnya. Chelsi menghamburkan tubuhnya ke atas kasur lalu memejamkan matanya menikmati aroma jasmine yang semerbak.

Chelsi membuka matanya, menatap langit - langit kamar dengan seribu pikiran di otaknya. Chelsi masih terbayang wajah Dimas saat ia pergi begitu saja tanpa melihat wajahnya sedikitpun.

"Sebenernya aku bukannya ngga percaya tapi aku hanya bingung harus menghadapi keluarga kamu seperti apa."

"Aku takut keluarga kamu ngga bisa nerima keadaan aku sekarang. "

"Aku juga takut kamu capek ngadepin aku yang sekarang,...." Chelsi menghela nafas kasar "aku takut dengan semua kemungkinan - kemungkinan itu. "Chelsi meringkuk mengasihani dirinya yang tidak mampu mengingat apapun. Tidak ada satupun pembahasan yang bisa ia bahas untuk bisa menghidupi suasana nantinya.

Chelsi mengalihkan pandangannya melihat deretan buku di rak buku yang tertempel di dinding kamar, tidak begitu banyak buku di sana hanya beberapa buku sebagai hiasaan kebanyakan kamar perempuan biasanya. Chelsi bangkit dari tempat tidurnya, berusaha mengalihkan pikirannya dengan melihat - lihat koleksi buku miliknya. Chelsi mengambil salah satu buku lalu melihat sekilas bagian dalamnya. Moodnya belum seutuhnya kembali untuk menyibukkan dirinya untuk membaca buku.

Tak tertarik sedikitpun untuk membaca Chelsipun kembali meletakkan buku yang ia ambil di rak buku namun saat meletakkannya Chelsi tidak sengaja menyenggol buku yang lainnya yang membuat buku yang adi rak buku itu berjatuhan dan berserakan di lantai.

Chelsi berdecak, atas kecerobahannya. Chelsi memunguti satu persatu buku itu lalu menyusunnya kembali di atas rak buku. Selembar kertas terbang dari dalam buku yang baru saja ia angkat untuk ia letakkan di rak buku. Chelsi meletakkan buku yang akan ia susuan lalu mengambil kertas yang baru saja terbang. Chelsi membuka lipatan kertas itu dan melihat gambar sebuah panti asuhan dengan deretan anak - anak yang berjejer di depannya. Di sana tertulis sangat jelas nama panti asuhan tempat gambar itu di ambil.

"Panti asuhan Permata Bunda.. "ucap Chelsi membaca nama panti asuhan tersebut.

.

.

.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!