Jam 3 pagi Abizar bangun, walau kemarin malam tidur terlalu larut karena belum terbiasa dengan istri nya, tapi di jam seperti itu ia juga pasti bangun
Abi melihat ke samping nya dimana Fifin masih tertidur pulas dengan rambut yang sudah kesana kemari, memang sih istri nya kemarin juga tidak bisa tidur nyenyak dan beberapa kali terbangun karena belum terbiasa dengan tempat baru juga suami baru haha
Semakin menatap nya justru Fifin terlihat semakin cantik, Abi mengakui bahwa aura istri nya memang termasuk positif. Saat sadar telah berlama lama menatap akhirnya Abizar memukul pelan pipi nya sendiri
Plak!
"Sadar Abi... sekarang waktu nya sholat" Ucap Abi pelan lalu turun dari ranjang secara perlahan agar tidak menimbulkan suara dan lekas mengambil wudhu
Setelah mengambil wudhu ternyata Fifin belum bangun, sebenarnya mau sih membangunkan untuk di ajak sholat bersama, tapi tidak tega karena Fifin yang terlihat kelelahan
Abah dan umi juga tidak mengetuk pintu nya, mungkin takut mengganggu mereka yang bahkan tidak ngapa ngapain dari tadi malam, ia juga sudah mendengar anak anak ramai melaksanakan sholat tahajud di musholla, mau turun dan ikut gabung juga nanti takut kalau Fifin bangun dan kebingungan kala melihatnya tidak ada
Jadi lah Abizar sholat tahajud sendirian sambil menunggu Fifin bangun, selepas tahajud tak lupa ia berdo'a agar Allah menghadirkan rasa cinta untuk mereka berdua
Bukan tanpa alasan, tapi prinsip Abizar sekali menikah maka ia harus mempertahankan pernikahan itu sampai bertemu kembali di surga nya Allah nanti
"Ya Allah... hamba memang belum mencintai nya, tapi hamba mohon agar engkau bersedia menghadirkan perasaan cinta untuk kami, agar kami juga bisa melangkah lebih baik di jalan mu ya Allah.. agar kami bisa mempertahankan pernikahan yang sakral ini ya Allah, berikan kasih sayang mu untuk kami berdua ya Allah, aamiin"
Abizar lalu membaca al qur'an sembari menunggu sholat subuh, merdu sekali suara itu dan sayangnya Fifin belum bangun jadi tidak bisa mendengarnya
Beberapa waktu kemudian
"Allahu akbar Allahu akbar.." Tepat sekali adzan berkumandang, Fifin bangun dan melihat suami nya yang sedang menutup al qur'an
Abizar juga melihat Fifin yang baru bangun dan meregangkan badan, ia memberi gestur pada istri nya agar tidak bicara sebelum adzan selesai
Fifin mengangguk, ia duduk senderan di kepala ranjang sambil menjawab adzan yang masih terdengar
"Kenapa enggak bangunin aku tadi?" Tanya Fifin seraya turun dari ranjang, ia merasa tidak enak hati dan mengerti bahwa suami nya itu pasti sudah tahajud tadi
"Karena kamu tidur nya tidak nyenyak dan beberapa kali terbangun, aku tidak tega membangunkan" Jawab Abizar yang melepas peci nya karena mau ber wudhu kembali
"Tapi sekarang aku yang merasa enggak enak" Ucap Fifin menunduk
"Tidak apa apa, aku tidak begitu memaksa kamu karena ini juga hari pertama untuk mu dan masih ada hari esok juga" Ucap Abizar paham perasaan istrinya, namun dia juga lebih memahami Fifin yang belum terbiasa dengan kegiatan di rumah ini
"Yaudah, kalau gitu besok bangunin aku ya" Ucap Fifin kembali mendongak menatap suami yang lebih tinggi dari nya itu
"Iya"
"Janji?" Tanya Fifin sambil menyodorkan jari kelingking nya
"Haha.. iya janji" Jawab Abizar tertawa dan menyatukan jari kelingking mereka
Abi dan Fifin lalu bergegas mengambil wudhu dan turun ke musholla lewat pintu samping, anak santri yang melihat mereka kegirangan, ada juga yang salfok dengan kantung mata Abi dan Fifin yang seperti kurang tidur
Bukan karena yang aneh aneh sih, eh tapi halal juga kalau aneh aneh.. maksud nya kemarin mereka susah tidur karena suasana baru, jadilah kantung mata itu terlihat menghitam
"Gercep ya" Goda gus Fahri yang merupakan suami Aina
"Ha? Gercep apanya mas?" Tanya Abizar pura pura tidak paham, heran deh orang orang ini pikiran nya kok melesat jauh
Gus Fahri hanya tersenyum saja, berbeda dengan abah yang nampak senyum tapi senyum bahagia, bukan karena senyum penuh godaan ke Abizar
"Abah saja" Ucap Abi mempersilahkan bapak nya untuk ke tempat imam
Sedangkan di shaf putri, ada Aina dan umi yang juga bersebelahan dengan Fifin.. sengaja sih agar Fifin tidak kebingungan jika memerlukan sesuatu
"Eh Abi gercep gak?" Tanya Aina kepo karena Abizar yang selama ini cukup dingin dengan semua wanita
"Hah? Gercep pripun mbak?" Tanya Fifin benar benar tidak paham
"Itu" Ucap Aina mengode soal kantung mata, Fifin baru paham ternyata gercep yang dimaksud adalah nganu
"Ah bukan mbak, kemarin saya sama gus Abi susah tidur karena suasana nya juga beda.. jadi tidur nya tidak nyenyak dan terlalu larut" Jawab Fifin sejujur jujur nya
"Ooh.." Ucap Fifin menganggukkan kepala, sedangkan umi menyenggol lengan putri nya karena tidak baik jika menggoda Fifin di depan anak anak
"Maklumin ya Fin.. Aina ini anak nya emang agak kekanak kanakan, nanti kalau anak nya lahir bakal berasa kembar sama dia" Ucap umi
"Iya umi, tidak apa apa" Ucap Fifin memaklumi saja karena tadi ada pesan masuk yang menggoda nya juga, dari Lia dan bang Zaki
Mereka memulai sholat dengan khusyu dan penuh nikmat, Fifin bisa mendengar suara abah yang juga merdu ketika melantunkan ayat suci al qur'an.. kadang ia bersyukur bisa menjadi anggota keluarga ini, tapi tidak bisa di pungkiri bahwa ia juga insecure soal ilmu agama nya
Selepas sholat subuh, Abizar meminta agar Fifin mengganti pakaian nya
"Mau kemana emang nya?" Tanya Fifin yang belum melepas mukena saat baru sampai di kamar
"Jalan jalan saja sekitar sini, aku mau menunjukkan soal pondok pesantren disini" Ucap Abizar
Fifin mengangguk, memang sih dia kemarin belum di ajak berkeliling untuk mengenal lebih dalam karena sudah malam
Fifin mengganti baju nya dengan gamis dan Abizar tetap dengan style nya saat sholat tadi
Dari mulai dalam rumah yang mana bagian dapur rumah, ruang makan, tempat cuci jemur, ruang kerja abah dan tempat berkumpul di dalam rumah semua sudah Abi tunjukkan
"Jadi pintu samping ini terhubung sama carpot langsung ya" Ucap Fifin saat mereka keluar lewat pintu samping seperti tadi waktu sholat subuh
"Iya... di depan carpot ini ada aula belajar, sebelahnya musholla" Ucap Abizar, Fifin bisa melihat bahwa anak anak sedang mengaji di aula utama dan beberapa kelas yang ada di samping aula, setelah itu ada gedung bertingkat karena jumlah kamar yang banyak untuk tempat tidur anak anak, lalu di bawah ada beberapa kamar mandi dan dapur pondok putra
Abi juga menjelaskan bahwa di samping rumah memang khusus untuk kawasan putra, dan ada pembatas pagar tinggi antara kawasan putra dan kawasan putri yang berada di belakang rumah nya
"Kenapa tidak di tembok saja?" Tanya Fifin
Abizar memang menyebutkan bahwa gerbang ada 3, gerbang depan untuk menuju rumah abah sekaligus akses masuk pondok putra, lalu di dalam ada pembatas pondok putra dan putri, lalu gerbang ketiga ada di ujung area pondok putri yang mana di belakang itu juga langsung berhadapan dengan jalan raya, maka dari itu pondok ada 3 gerbang dan setiap gerbang akan diberi penjagaan
"Karena kalau ada acara dan membutuhkan tempat yang luas, tinggal membuka gerbang saja dan anak putra putri belajar nya bersama, kalau di tembok permanen nanti susah dong"
"Tapi juga memudahkan wali santri, misal mereka mau berkunjung ke pondok putri tinggal masuk lewat gerbang disana.. agar tidak melewati kawasan putra" Lanjut nya
Fifin mengangguk angguk paham, kemudian Abizar mengajak nya masuk melewati gerbang pembatas pondok yang sudah dibuka karena anak anak yang sedang mengaji di kelas
Fifin bisa melihat bahwa halaman pondok putri lebih luas, karena dari gedung kamar memang lebih banyak pondok putra
"Perbedaan nya tidak terlalu jauh juga" Ucap Abizar dimana fasilitas pondok putra dan putri itu sama, dapur juga sendiri sendiri karena yang memasak untuk santri putra dan putri pun beda orang
Saat mereka jalan jalan, tidak terasa sudah sampai di gerbang paling ujung yang mana jika dibuka juga langsung di hadapkan dengan halaman dan jalan raya
Anak buah Eko langsung membuka gerbang itu ketika gus Abi menyuruh nya, Fifin terus mengikuti langkah suami nya dan sampailah mereka pada batas pondok darussalam
"Berarti memang memutar ya" Ucap Fifin yang mana gerbang utama adalah jalan umum yang kecil, namun di gerbang akhir ini terhubung dengan jalan raya yang cukup besar
"Iya" Ucap Abizar membenarkan
Tiba tiba badan Fifin bergetar, ia hanya merasa masih dingin saja udaranya
"Kamu tidak apa apa?" Tanya Abi
"Gak papa kok" Jawab Fifin merangkul diri nya sendiri, Abizar yang melihat itu lantas menarik kedua tangan istri nya dan menggenggam dengan erat agar bisa mengurangi rasa dingin itu
Fifin yang di pegang tiba tiba pun terkejut, apalagi saat Abizar meniup tangan nya dengan tiupan hangat itu, pipi nya seketika memerah dan badan nya meremang
"Kita kembali saja" Ucap Abizar yang di angguki istri nya
"Kamu kenapa?" Tanya Abi kala melihat istri nya yang seperti demam "Sakit?" Tanya nya sambil memegang dahi Fifin
Mata sang istri semakin melebar ketika di perlakukan seperti itu oleh suami nya, dia tidak marah sih tapi salting brutal, beneran deh
"Ah gak papa, kita kembali saja" Ucap Fifin menepis pelan tangan suami nya
Abizar keheranan, tapi saat berjalan kembali ia juga merangkul pundak Fifin agar wanita itu tidak kedinginan, kalau Abi sudah biasa dengan udara sejuk di subuh hari walau terasa dingin
"Ehem.." Deheman mas Wawan yang baru keluar aula dan melihat gus Abi merangkul istri nya
Fifi semakin malu dan menundukkan wajah, sedangkan Abizar membalas "Mas Wawan ini... kalau sudah mau menikah juga boleh menyusul, nanti biar saya sama istri saya yang menjadi saksi nya"
Bakkk!!! Bak ditikam, Wawan yang masih menjomblo ini seketika pengen punya istri juga
"Tapi siapa ya jodohku?" Batin Wawan bertanya tanya sampai tidak sadar bahwa gus Abi dan Fifin sudah masuk ke dalam rumah.
\~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Supry Atun
temennya fifin thor klo ga salah lia ya namanya 🤭🤪
2024-08-28
0