"Assalamualaikum... langsung ke inti nya saja, saya sudah mendengar niat baik abah yang ingin melamar saya untuk njenengan, tapi saya tidak tahu keputusan itu atas kehendak kamu sendiri atau hanya berdasarkan istikharah abah saja, karena saya juga tidak ingin kamu menjalani semua ini atas dasar paksaan
Sebenarnya saya juga tidak berniat untuk menikah secepat ini apalagi dengan kamu, tapi ketika saya meminta berdo'a, Allah justru memberi petunjuk yang berbanding balik dengan pemikiran saya.. maka dari itu jika kamu memang yakin dengan saya, dan saya juga yakin dengan kamu... silahkan beritahu keputusan kamu untuk terus mengambil langkah selanjutnya atau tidak dan berhenti disini. Semua saya kembalikan lagi pada kamu, terimakasih.. Wassalamualaikum"
Abizar menghela nafas, memang setelah mimpi itu dia lebih memikirkan soal takdir daripada keinginan nya, jika dia memang di takdirkan untuk bersatu dengan Fifin, maka apa boleh buat selain menerima takdir tersebut?
Abizar keluar kamar dan mencari abah juga umi yang sedang di ruang keluarga lantai bawah, ia bisa melihat kalau kedua orang tuanya memang sedang menuggu sesuatu
"Abah.." Ucap Abizar sembari duduk di depan abah
"Ada apa nak?"
"Setelah berdo'a kemarin, Abi bermimpi mendapati seroang wanita yang Abi genggam tangan nya.. begitupun ada anak kecil di tengah tengah kami, menurut abah bagaimana?" Ucap Abizar bercerita sekaligus meminta pendapat
"Abi... semua penafsiran mimpi tergantung kamu dalam keadaan seperti apa, jika kamu sedang berdo'a soal jodoh, maka itulah jawaban nya" Jawab abah
"Benar, sebenarnya tergantung perasan kamu juga bi.. jika perasaan kamu bilang kalau ini jawaban soal jodoh, maka itu memang benar.. tapi jika perasaan kamu mengelak, entah itu salah atau memang kamu yang tidak bisa mengerti petunjuk tersebut" Sahut umi Rida
Abizar teringat kalau dia memang dari beberapa hari yang lalu bermimpi tengah menggenggam tangan seorang wanita, yang mana dalam mimpi tersebut wajah wanita itu selalu tidak terlihat.. hanya senyuman manis yang bisa Abi rasakan
"Kenapa? Apa mimpi itu merubah perasaan kamu yang awalnya menolak keras dan sekarang sudah mulai menyadari takdir kamu?" Tanya abah
"Iya abah" Ucap Abizar sambil menganggukkan kepala
Memang benar, dia yang awalnya sangat menolak untuk di jodohkan dengan Fifin kini perasaan itu terkikis, yang ada hanya keraguan.. apakah ia bisa membimbing Fifin dengan baik nanti? Dan apa seiring waktu Abizar bisa mencintai Fifin?
"Menikah dengan orang yang di cintai itu bonus, tapi mencintai yang dinikahi itu harus nak" Ucap umi Rida, berharap anak nya bisa membuka hati dan mencintai istri nya nanti
"Abah sama umi juga dulu di jodohkan dengan kakek nenek kamu, memang kami dulu belum saling mencintai.. tapi kamu bisa lihat sekarang kan? Lama kelamaan rasa cinta abah justru semakin bertambah pada umi kamu, begitu pun sebaliknya" Ucap abah sambil merangkul pundak istri nya
"Kalau kamu mau memikirkan kembali juga tidak apa apa nak... umi juga tidak memaksa kamu untuk segera memberi keputusan" Ucap umi Rida
"Iya, hanya saja abah berharap kamu memutuskan sebelum Fifin kembali keluar kota lagi, agar dia tidak di gantung dan apabila ada orang lain yang melamar dan lebih baik dari kamu maka Fifin bisa menerima orang itu" Ucap abah, hanya sekedar menggoda Abizar saja sih tapi Fifin memang dalam waktu dekat akan kembali keluar kota untuk tes kelulusan nya
"Abah... katanya hasil istikharah abah adalah Fifin, tidak mungkin kalau dia menerima lamaran orang lain kan" Ucap Abizar
"Bisa saja terjadi karena kamu yang tidak mau melamar Fifin" Ucap Abah
Abizar cemberut seketika, masa iya orang yang menjadi takdir nya akan terlempar ke orang lain? Tidak mungkin kan?
"Ya... jodoh memang tidak akan kemana, tapi saingan dan pemberhentian sementara ada dimana mana" Ucap umi malah semakin menggoda anak nya
"Hahaha..." Abah tertawa saat melihat bagaimana raut muka Abizar yang sedang cemberut dan sumpek itu
Abizar menggelengkan kepala, memang sejak terjadi nya perjodohan itu orang tuanya suka sekali menggoda dirinya
"Abah.. umi, di surat ini Fifin bilang kalau dia juga sudah mendapat petunjuk walau berbanding balik dengan yang Fifin pikirkan, sama seperti Abi" Ucap Abizar sambil memegang lipatan kertas di tangan nya
"dia juga mengembalikan semua keputusan pada Abizar, ingin berhenti atau mengambil langkah selanjutnya nya terserah Abi, karena ia tidak ingin kalau Abi menjalani semua ini atas dasar paksaan tanpa meyakinkan perasaan Abi terlebih dahulu"
"Fifin bilang seperti itu?" Tanya umi Rida, yang membuat umi suka pada Fifin juga dari pola pikirnya yang tidak hanya memikirkan diri sendiri
"Iya umi, umi boleh baca kalau mau" Ucap Abizar menyodorkan kertas tadi, namun umi menolak karena itu hal pribadi mereka dan cukup Abizar saja yang memberi tahu nya
"Masya Allah, itu artinya Fifin juga memikirkan perasaan kamu, dia sedang menunggu soal perasaan kamu yang yakin atau tidak soal ini" Ucap abah tersenyum, Abizar mengangguk untuk membenarkan
"Lalu bagaimana keputusan kamu selanjutnya nak? Jika tidak yakin kamu bisa berhenti dan cukup sampai disini saja" Ucap umi Rida
Jika Abizar bersedia melamar Fifin dalam keasaan hati nya tidak siap dan tidak ikhlas, maka hal itu justru akan menyakitkan untuk Fifin, dan umi tidak mau itu terjadi
Deg deg deg... jantung Abizar tiba tiba saja berdetak lebih cepat, ia seperti gugup mau memberi keputusan seperti apa
Otak dan perasaan nya sudah menemukan jawaban, tapi bibir nya terlalu kalu untuk mengungkapkan, apa begini rasanya abah dan umi dulu ketika berusaha meyakinkan perasaan mereka soal takdir?
"Bissmillah ya Allah... bissmillahirrahmanirrahim, Insya Allah hamba siap menjalani takdir ya Allah" Dalam hati Abizar berkata demikian sebelum mengucapkan sesuatu yang sudah tidak dapat dirubah lagi
"A-bi.... Bismillah, Abizar bersedia menikah dengan Fifin" Ucap Abizar di hadapan orang tuanya, denyut yang memburu tadi kini lebih terasa lega setelah mengungkapan keputusan nya
Umi dan abah tersenyum lega, akhirnya Abizar yakin dan bisa memberi keputusan, terlebih lagi bukan khitbah yang di ucap melainkan menikah
"Alhamdulillah..." Ucap kedua orang tuanya
Abi sendiri juga ikut tersenyum lega, walau perasaan nya menjadi campur aduk sekarang
"Fifin... hanya nama kamu yang berhasil memporak porandakan hati saya" Batin Abizar
"Lalu rencana nya kamu kapan mau mengkhitbah Fifin?" Tanya Abah
"Abizar tidak ingin lama lama membuat seseorang menunggu, apa boleh setelah khitbah nanti langsung melaksanakan ijab saja bah?"
Orang tua abizar makin ternganga melihat perubahan pemikiran putra nya yang drastis, hidayah apa coba yang sudah datang pada Abizar? Masya Allah..
"Boleh dan abah juga setuju, tapi perlu di tanyakan kepada Fifin dulu.. dia setuju atau tidak" Ucap Abah
"Umi juga setuju kalau Fifin memang menyetujui nya" Ucap umi Rida ikut senang mendengar keputusan Abizar yang sat set langsung halal
"Kalau memang Fifin sudah setuju, nanti tolong sampaikan pertanyaan Abizar, dia ingin mahar berapa dari Abi? Insya Allah Abi akan menyanggupi nya" Ucap Abizar
Dia enggan dan tidak akan menghubungi Fifin sendiri karena belum ada kata halal untuk mereka
"Kamu ada?" Tanya abah membahas soal Abizar memiliki uang untuk mahar atau tidak
"Insya Allah ada bah" Jawab Abizar mengangguk, tabungan nya memang sudah sangat cukup apabila digunakan untuk memberi mahar serta biaya yang lainnya nanti
Selain umur nya yang sudah cukup, keadaan ekonomi Abizar juga terbilang mampu untuk memulai rumah tangga nya sendiri
"Baik kalau memang kamu sudah yakin, setelah ini biar abah sampaikan kepada orang tua Fifin" Ucap abah tersenyum, niat baik nya kali ini semoga akan berujung kebaikan juga
~
Sedangkan setelah semua santri pulang sekolah, di kamar santri putri sudah ada Silvi yang sudah siap menyebarkan kabar layak nya wartawan disini
"Gaiss... aku tadi udah ketemu sama mbak Fifin" Ucap Silvi sembari bersorak ria dan membuat heboh kesana kemari
"Iya kah? Gimana mbak orangnya?"
"Wahh orang mana mbak Fifin itu?"
"Iya, kok bisa mbak Fifin ketemu sama gus Abi?
Silvi meletakkan jari telunjuk di bibir nya pertanda menyuruh semuanya diam, agar tidak kedengaran bising oleh kamar lain
"Mbak Fifin Masya Allah... orang nya cantik banget, kalau orang mana Silvi tidak tahu, proses ketemu sama gus Abi juga sudah takdir mereka aja bertemu" Ucap Silvi menjawab semua pertayaan tadi
"Wahh Masya Allah... tiba tiba penasaran gimana gus Abi bisa bertemu sama mbak Fifin"
"Iya, aku juga"
"Tadi pagi waktu kalian ke sekolah mbak Fifin kesini, nganter barangnya gus Abi yang tertinggal" Ucap Silvi mulai membocorkan informasi lagi
"Wah wah wah... sayang banget kita gak bisa lihat langsung" Ucap lain nya
"Iya, tapi berarti gus Abi sudah pernah ke rumah mbak Fifin ya? bukti nya ada barang gus Abi yang ketinggalan" Ucap lainnya lagi berspekulasi
Silvi mengangguk pertanda setuju pada opini anak anak
"Aaaa pengen banget bisa ketemu sama mbak Fifin secepatnya"
"Ya do'a in aja semoga gus Abi segera membawa mbak Fifin kesini" Ucap Silvi yang di aamiin kan oleh anak anak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Mira Andani
mampir thor
2023-09-19
1