Hari ini Fifin mendapat jadwal malam karena poli ibu hamil di rumah sakit selalu menyediakan pelayanan persalinan 24 jam disana
"Fifin... saya baru aja mau pulang" Ucap dokter Wina atau dokter spedialis kandungan yang menyapa Fifin, karena jika dokter spesialis jadwalnya hanya ada di jam jam tertentu saja
"Iya dok kan saya shift malam sampai pagi" Ucap Fifin tersenyum
"Eh iya kemarin ada sih laki laki yang nemenin kakak nya periksa kandungan, katanya dia calon suami kamu.. emang benar?" Tanya dokter Wina, setahu nya Fifin memang tidak sedang dekat dengan lelaki manapun
"Emm gimana ya bu jawab nya" Ucap Fifin bingung
"Tidak apa apa, cerita saja" Ucap dokter Wina
"Saya memang sedang di mintai persetujuan khitbah sama orang tua dari laki laki tersebut, maka dari itu dok... saya juga tidak mau jika laki laki itu mengkhitbah saya karena terpaksa, saya memberikan waktu agar beliau bisa berpikir kembali daripada ada penyesalan nanti" Jawab Fifin menjelaskan
"Ooh.. begitu, tapi kalau udah mengaku sebagai calon suami dari kamu harusnya sih sudah yakin" Ucap Wina
"Emm saya juga tidak tahu dok" Ucap Fifin mengedikkan bahu, entahlah dia juga tidak tahu maksud Abizar berkata seperti itu
"Hmmm gak jadi deh saya jodohin sama adik saya" Ucap Wina disertai tawa nya
"Dokter Wina ini bisa saja.. kalau memang saya dan dia berjodoh juga tidak ada yang menyangka dok" Ucap Fifin
Wina mengangguk pertanda membenarkan, setelah melihat jam ia juga segera berpamitan pada Fifin karena anak nya pasti sudah menunggu di rumah
"Dorr!!!"
"Astaghfirullahaladzim.. kaget maimunah" Ucap Fifin mengelus dada kala melihat sahabat nya, yaitu Lia, hobi sekali mengageti orang
"Hahaha.. maaf maaf" Ucap Lia duduk di samping sahabatnya itu
"Eh.. cuyy, bener ada yang mau ngekhitbah kamu?" Tanya Lia menyenggol lengan Fifin
"Iya"
"Wah... asik dong minggu depan ke luar kota di antar suami" Ucap Lia menaik turunkan alisnya sambil ngakak juga
"Belum tentu minggu depan aku sudah nikah, yang penting do'a kan aja yang terbaik" Ucap Fifin
"Siapa sih laki laki itu?" Tanya Lia kepo karena ia tidak pernah melihat Abizar, jika pun Abizar mengantar Aina juga tidak pernah bertemu karena shift nya yang berbeda
"Ada, nanti kalau beneran jodoh juga tau kok... gamau bocor bocoran di awal ah" Ucap Fifin
"Tega banget sahabat sendiri gak dikasih tahu"
"Ya nanti kalau jadi menikah kan tau Liaa" Ucap Fifin menggelengkan kepala
"Tapi aku kan kepo nya sekarang, ayolah..." Ucap Lia berulang kali menyenggol lengan Fifin, tapi tetap saja ia tidak akan goyah dan tidak akan memberi tahu soal siapa yang akan mengkhitbah nya nanti
"Udahlah nonton si botak kembar aja yuk" Ajak Fifin karena jika tidak ada pasien begini juga mereka gabut nya bukan main
"Oke deh oke" Ucap Lia pasrah
Tapi sebelum Fifin membuka video di yusup, ada panggilan telepon dari pak Yahya alias bapak nya sendiri
📞 : Assalamualaikum
📞 : "Waalaikumsalam... ada apa pak?" Tanya Fifin, tumben sekali menelpon saat ia baru sampai rumah sakit
📞 : Bapak mau bicara soal lamaran kemarin
Fifin yang mendengar hal itu langsung menjauh dari Lia, agar sahabat yang super duper kepo itu tidak bisa mendengar nya
📞 : "Kenapa pak memangnya?"
📞 : Tadi Anwar kesini, bilang katanya Abizar sudah memberi keputusan dan mengkhitbah kamu juga berdasarkan keyakinan hati nya nak
📞 : "Oh... gitu, iya pak Fifin paham" Mungkin karena Abizar sudah membaca surat nya tadi pagi, jadi segera memantapkan diri untuk mengambil langkah
📞 : Tapi Fin, nak Abizar juga berencana melangsungkan akad nikah setelah khitbah, bagaimana? Kamu setuju atau tidak?
Fifin terdiam, apa Abizar yakin ingin menikah dengan nya secepat ini? Padahal mereka juga belum kenal satu sama lain
📞 : Fin.. bagaimana? Kalau kamu setuju, Abizar juga bertanya apa dan berapa mahar yang kamu inginkan dari nya?
📞 : "Kalau langsung akad, Fifin akan memikirkan nya dulu pak.. Fifin butuh waktu sebentar"
📞 : Baiklah, bapak juga mau kamu mengambil keputusan dengan santai tanpa buru buru nak.. ya sudah telpon nya bapak matiin ya.. Assalamualaikum
📞 : "Waalaikumsalam"
"Ada apa Fin?" Tanya Lia
"Ini... ada yang mau ngajak akad setelah khitbah nya selesai" Jawab Fifin enteng seolah tidak ada beban dalam dirinya
"Buset... buru buru banget Fin" Ucap Lia terkejut sangat
"Ya mungkin daripada berlama lama malah akhirnya gak jadi, menjauhi adanya hal yang tidak tidak juga" Ucap Fifin
Sedangkan di rumah Fifin
"Pak... ibuk kaget loh waktu Fifin ada yang melamar, gimana suasana rumah ini kalau tidak ada Fifin?" Tanya bu Risma
"Buk... jodoh memang ajaib dan tidak ada yang tahu datang nya kapan, tapi sesuai mimpi yang Fifin ceritakan.. Insya Allah ini memang takdir yang sudah di tentukan untuk Fifin, bissmillah saja.. mau tidak mau memang anak perempuan kita pasti akan memulai rumah tangga nya masing masing" Ucap pak Yahya menenangkan istri nya
"Secepat ini ya pak... rasanya baru kemarin Fifin lahir" Ucap bu Risma mengingat momen ketika melahirkan Fifin
"Waktu bahagia memang terasa cepat buk, do'a kan saja yang terbaik untuk kedua anak kita"
~
Jam 3 pagi jam kerja Fifin baru selesai dan di gantikan dengan pegawai lainnya, memang sih kalau shift malam tuh capek nya minta ampun
"Ngantuk banget astaghfirullah" Ucap Fifin kala menguap berkali kali
"Iya.. aku pulang duluan ya Fin, jangan lupa undang aku nanti kalau jadi menikah" Ucap Lia berjalan menuju orang yang sudah menjemputnya
Fifin hanya mengangguk saja, karena sangat lelah ia lebih memilih untuk tidak menanggapi Lia dan masuk ke dalam mobil nya
Setelah perjalanan beberapa menit, Fifin sudah sampai di rumah dan melihat kalau pak Yahya sudah menunggu nya di teras rumah
Fifin tersenyum, hal yang membuatnya semangat bekerja dan menggapai cita cita adalah kasih sayang orang tua nya
"Kenapa tidak menunggu di dalam aja pak?" Tanya Fifin mencium punggung tangan cinta pertamanya itu
"Kan memang biasanya bapak nungguin kamu disini" Ucap pak Yahya
Di dalam juga sudah ada bu Risma yang memegang teh hangat untuk Fifin, ia tahu jika Fifin sangat kelelahan saat pulang shift malam karena harus menahan kantuk
"Makasih ya buk... Fifin bersih bersih dulu sambil nunggu subuh" Ucap Fifin karena jika seperti ini ia akan tidur setelah sholat subuh daripada waktu nya terlewat nanti
"Iya.. sudah sana ganti dulu baju nya" Ucap bu Risma
Fifin yang sudah mandi dan berganti pakaian lekas masuk kamar, sambil menunggu subuh ia juga menulis di atas kertas sebagai jawaban nya tadi
"Assalamualaikum.. baik, saya setuju soal permintaan kamu yang mengadakan akad setelah khitbah.. soal mahar saya tidak meminta apapun kecuali surat ar rahman yang akan kamu lantunkan hanya untuk saya
Selebihnya terserah kamu, jika memang kamu menginginkan adanya mahar, maka sesuaikan dengan kemampuan mu saja.. Wassalamualaikum"
Fifin melipat kertas itu, ia akan menyampaikan lewat pak Yahya yang memang akan ke rumah abah besok pagi
~
Keesokan hari nya pak Yahya memang bersilaturahmi ke rumah abah sekaligus menyampaikan jawaban Fifin
Disana ia disambut baik oleh keluarga Abizar, yaitu umi.. abah.. Abizar.. Aina dan suami nya, apalagi para santri yang sangat sopan dan antusias ketika mendapati tamu datang, memuliakan tamu juga penting bagi mereka
"Waalaikumsalam... Ya.. langsung masuk saja ayo" Ajak abah Anwar pada keluarga Fifin yang mana ada Zaki juga disitu
"Bu Risma.. lama ya tidak bertemu" Ucap umi Rida sambil cipika cipiki, mereka memang satu majlis saat pengajian dan lumayan sering bertemu
Abizar juga mencium punggung tangan kedua orang tua Fifin, tapi saat bersalaman dengan Zaki, ada hawa hawa aneh yang dia rasakan
"Permisi umi..." Ucap Silvi yang membawa minuman hangat untuk semua orang yang ada di ruang tamu
"Makasih ya Silvi" Ucap umi mengangguk lalu membiarkan Fifin kembali ke dalam
"Fifin nya tidak ikut?" Tanya umi Rida menyadari Fifin tidak ada di antara mereka
"Iya mbak, maaf ya... karena kemarin di rumah sakit dapat shift malam jadi masih istirahat di rumah" Jawab bu Risma yang agak tidak enak hati
"Ohh.. iya tidak apa apa kok" Ucap umi Rida memaklumi
"War... soal keputusan Fifin, dia setuju untuk melangsungkan akad selesai khitbah nanti" Ucap pak Yahya
"Alhamdulillah..." Keluarga Abizar sontak mengucap hamdalah ketika Fifin tidak menolak keinginan Abizar
"Jago ya kamu" Ucap Aina memberi jempol pada adik nya
"Oh iya, apa Fifin mengajukan syarat atau hal yang di inginkan untuk acara resepsi?" Tanya abah, siapa tahu Fifin menginginkan sesuatu
"Gini War.. Fifin bilang kalau resepsi mau nya terlaksana setelah dia selesai pendidikan S1 nya" Jawab pak Yahya
"Kalau boleh tahu memang pendidikan S1 nya kurang berapa bulan lagi ya?" Tanya abah
"Insya Allah dua bulan lagi, karena Fifin sekarang sudah mulai ujian dan penyusunan skripsi juga" Jawab pak Yahya
"Bagaimana Abi? Kamu setuju sama hal yang Fifin ajukan?" Tanya Abah
"Abizar setuju bah" Jawab Abi menganggukkan kepala, yang penting mereka halal dulu.. masalah resepsi itu mudah, bisa dipikirkan kembali nanti
"Alhamdulillah kalau abi mengerti" Ucap umi lega
"Untuk pengurusan berkas nikah nanti biar mereka pergi dengan di temani anggota keluarga masing masing" Ucap abah yang disetujui juga oleh semua orang
Tidak mungkin mereka membiarkan Abizar dan Fifin pergi berdua saja sedangkan belum ada kata sah untuk mereka
"Oh iya nak Abi... ini ada titipan dari Fifin" Ucap pak Yahya memberikan surat titipan Fifin
"Baik pak.. terimakasih" Ucap Abizar menerima surat tersebut, sedangkan Aina melirik adik nya dengan penuh godaan wkwk.. sampai Abizar saja malu rasanya dan pamit ke kamar mandi sebentar
"Mas" Abizar menoleh dan mendapati Zaki sudah berdiri di depan nya
"Aku bicara sebagai kakak nya Fifin"
~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Ning Mar
lanjut
2023-02-06
0