"Aku masih belanja ini,"ujar Rania berbicara di telepon sambil mendorong troli belanjaan.
"Kenapa tidak mengajakku, tahu begitu aku bisa menemani kamu,"sahut Reyhan dari ujung sana.
Rania hanya tersenyum mendengarkan ucapan dari teman baiknya tersebut.
"Tidak perlu repot-repot, aku bisa sendiri. Ya, sudah sampai bertemu nanti malam di rumahku. Nanti jangan lupa bawa pelajaran matematika,"pesan Rania mengingatkan kembali.
"Oke, siap, laksanakan,"jawab Reyhan dengan kocaknya membuat Rania tersenyum dibuatnya.
"Sampai nanti,"ucap Rania setelah itu mematikan sambungan teleponnya. Rania memasukkan kembali handphone nya ke dalam tas mini yang diselempangkan nya di tubuhnya.
Rania mendorong troli belanjanya sambil melihat barang-barang yang dia butuhkan. Rania sudah menuliskan daftar belanjaan apa saja yang dibutuhkan. Bik nah juga membantunya menyebutkan kebutuhan yang sudah habis di rumah.
Rania bukanlah anak yang manja seperti anak-anak pada umumnya. Sejak Risa masih hidup, Rania sudah dididik untuk lebih mandiri. Rania sering membantu almarhumah sang bunda berbelanja dulu. Jadi bagi Rania, sekarang berbelanja sendiri bukanlah hal yang sulit untuknya.
Rania membayar barang belanjaannya di kasir. Setelah selesai membayar, Rania segera bergegas pulang ke rumah karena waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.
Rania sengaja berjalan kaki menuju supermarket tempat dia berbelanja. Awalnya Rania ingin menggunakan sepeda biasa tetapi sayangnya ban sepeda itu sedang bocor. Jadi, terpaksa Rania berjalan kaki. Lagipula jarak antara supermarket dengan tempat tinggalnya tidak terlalu jauh. Rania berpikir bahwa dia sekalian saja berolahraga.
Rania yang sedang asyik berjalan sambil menenteng tas kresek berisi barang belanjaannya itu tiba-tiba dihentikan oleh sesuatu yang dilihatnya di depan.
Rania memang sedang berjalan di sebuah tempat yang tidak ramai dilalui orang. Rania melihat seorang pemuda dikelilingi oleh beberapa lelaki. Mereka tampaknya seumuran dilihat dari wajahnya. Tetapi yang Rania curigai sepertinya pemuda itu sedang dibully oleh beberapa pemuda lainnya.
Rania mempercepat langkahnya karena dia tidak ingin dirinya sampai terlihat oleh mereka. Rania tidak ingin ikut campur permasalahan orang lain. Dia saja seorang diri bagaimana bisa dia menyelamatkan pemuda itu sendirian dengan kemampuan yang dia miliki.
Dan benar saja sudah terdengar suara perkelahian yang terjadi. Rania sempat melihat pemuda itu tampaknya terdesak saat berkelahi dengan jumlah lawannya yang tidak sepadan dengannya.
Rania melihat bagaimana pemuda itu mengalami kesulitan melawan musuh sebegitu banyak. Sebenarnya Rania sudah ingin pergi dari tempat tersebut. Tetapi Rania merasa dia sepertinya mengenali pemuda yang sedang dikeroyok tersebut. Wajah pemuda itu tampaknya tidak asing bagi Rania.
Rania mencoba mengingat-ingat dimana dia pernah melihat wajah pemuda itu. Kenapa wajah itu tampaknya tidak asing bagi dirinya.
Bug! Bug!
"Akh...."suara teriakan pemuda itu membuat Rania tersadar. Pemuda itu terkena pukulan dari seseorang yang membawa tongkat pemukul. Rania melihat pemuda itu sangat terdesak. Rania ingin maju untuk menolongnya. Tetapi Rania juga bingung, apa yang akan dia gunakan untuk membantu pemuda itu.
Rania melihat ke kanan dan ke kiri. Dia melihat apa yang bisa dia gunakan untuk membantu pemuda itu. Tidak sengaja mata Rania menangkap ada sebuah balok kayu tergeletak tidak jauh dari tempat dia berdiri.
Rania bergegas mengambil balok kayu tersebut. Dia meletakkan tas belanjaannya di tempat yang aman. Rania bergegas datang membantu pemuda yang sudah babak belur tersebut.
"Berhenti!"teriak Rania sambil menodongkan balok kayu yang dia bawa untuk menakut-nakuti para pemuda pengeroyok itu.
"Pergi dari sini! Aku sudah menelepon polisi,"ancam Rania dengan berani padahal dia sebenarnya begitu takut kalau-kalau dia sendiri juga akan dikeroyok oleh pemuda-pemuda itu. Diliriknya pemuda yang sedang terkulai lemah di bawah akibat pukulan yang diterimanya.
"Ayo, bos kita pergi,"ujar salah satu pemuda pengeroyok.
"Aku tidak mau berurusan dengan polisi,"sahut yang lainnya.
"Awas kamu anak kecil, lihat saja,"ancam pemuda yang dipanggil bos oleh yang lain menunjuk ke arah Rania.
Meskipun Rania sungguh takut sekali tetapi dia berusaha untuk tetap berani menghadapi ancaman pemuda-pemuda di hadapannya itu.
"Ayo pergi!"ucap pemuda tersebut mengajak anak buahnya pergi dari tempat itu. Rania merasa lega melihatnya. Dia sudah panik saja bagaimana kalau merak tadi tidak mau pergi setelah mendengar ancamannya.
Rania lalu segera melihat kondisi pemuda yang sedang tergeletak itu. Dia melihat luka yang ada di wajahnya. Rania membantu memapah tubuh pemuda tersebut.
"Aku akan mengantarmu ke rumah sakit, kamu harus bertahan ya,"ucap Rania dengan memapah tubuh pemuda itu dan segera dia mencari taksi untuk mengantarkan mereka ke rumah sakit.
Pemuda itu melirik sebentar ke arah Rania yang sedang memapahnya.
"Terima ... kasih... "ucap pemuda itu lirih. Rania menoleh ke arah si pemuda dan dia hanya tersenyum membalas ucapan terima kasihnya.
Rania menunggu di depan ruang perawatan. Rania tadi mencoba menghubungi nomor telepon yang ada di handphone si pemuda.
Tiba-tiba datang seorang pemuda yang tampaknya seumuran dengan pemuda yang ditolong Rania tadi. Dia berlari menghampiri Rania dengan wajah panik.
"Apakah kamu yang menelepon ku tadi?"tanya pemuda itu sambil menata pernapasannya yang masih ngos-ngosan.
"Kamu yang bernama Nicko?"tanya Rania. Nicko menganggukkan kepalanya.
"Iya, aku yang kamu telpon tadi. Apa yang terjadi dengan tuan muda?"tanya pemuda bernama Nicko tersebut.
"Keluarga pasien,"panggil seorang suster sebelum sempat Rania menjawab pertanyaan dari Nicko.
"Ya, saya,"sahut Nicko dan dia segera berjalan menghampiri suster yang baru saja memanggilnya.
Rania hendak ikut berjalan mendekat tetapi sebuah telepon membuat dia mengurungkan niatnya.
Reyhan calling....
Astaga, Rania baru tersadar kalau ini sudah malam dan dia masih sibuk membantu pemuda yang ditemuinya tadi. Seharusnya dia sudah sampai di rumah. Pastinya Reyhan sedang bingung mencari dirinya.
"Halo,"ucap Rania setelah menggeser tombol hijau di handphone nya.
"Ranran, kamu ada di mana? Kenapa kamu belum pulang sampai jam segini? Aku sudah ada di rumah kamu dan semuanya sedang bingung mencari kamu. Kamu dimana sekarang?"tanya Reyhan dengan nada panik. Rania menyalahkan dirinya karena tidak menghubungi orang di rumah terlebih dahulu dan justru membuat kepanikan sekarang.
"Ah, maaf, ceritanya panjang, bisa kamu jemput aku saja,"ucap Rania dengan nada bersalah.
"Bisa, kamu dimana?"sahut Reyhan dengan cepat.
"Aku di rumah sakit Harapan Kita, kamu segera ke sini ya,"kata Rania.
"Apa? Kamu dirumah sakit? Kamu kenapa"?tanya Reyhan kali ini dengan nada lebih tinggi membuat Rania sampai menjauhkan handphone dari telinga karena teriakan Reyhan barusan.
"Aku baik-baik saja, nanti saja aku ceritakan, kamu segera kesini saja,"kata Rania menjelaskan dengan singkat.
"Baiklah, tunggu disana, aku akan datang secepatnya,"ucap Reyhan dan seketika sambungan teleponnya diputus. Rania menghela napas lega karena sebentar lagi Reyhan akan datang menjemputnya.
Rania hendak kembali ke tempat dia meninggalkan Nicko barusan. Tetapi alangkah terkejutnya Rania melihat sosok wanita yang seusia dengan almarhumah sang bunda berdiri di depan Nicko sambil menangis.
Rania berhenti melangkah. Dia tidak sanggup menuju ke tempat dimana ada Nicko tadi. Rania takut untuk bertemu dengan wanita itu. Wanita yang sama pernah memarahi sang bundanya. Dan mengatakan bahwa dirinya bukan putri kandung dari sang bunda. Rania berjalan mundur secara perlahan. Rania mencoba mengerti kenapa wanita itu berada di depan ruangan yang sama dengan pemuda yang tadi ditolongnya tersebut.
Rupanya pemuda yang ditolongnya tadi adalah putra dari wanita itu. Rania begitu terkejut dan seketika dia baru teringat kenapa dia bisa merasa familiar dengan wajah pemuda tersebut. Dia adalah putra dari keluarga Handoko. Anggara Handoko.
***
Iklan Author
Budayakan klik tombol like dan tuliskan komentar kalian sebanyak-banyaknya. Karena komentar kalian adalah penyemangat bagi author.
Terimakasih 😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Nur Lizza
ternyata angga di bulli
2021-10-09
0
Lee Jung So
👌👌👌🌟🌟🌟🌟🌟
2020-09-25
0
Mommy 2
Like ☺
Semangat 🤗
2020-09-17
0