Risa menggendong Rania yang sedang lelap tertidur. Risa melihat Silvia yang sedang sibuk berkemas-kemas pakaian yang ada dalam lemari. Sebenarnya Risa belum rela dengan kepergian Silvia dalam waktu dekat-dekat ini. Apalagi kondisi silvia yang baru saja melahirkan dan juga kehilangan anaknya. Risa ingin menahan diri Silvia, akan tetapi adik iparnya itu sudah bertekad bulat untuk pergi meninggalkan keluarga Kuncoro. Risa tidak bisa menahan kepergian adik iparnya itu dari rumahnya.
"Dek, haruskah kamu secepat ini pergi?"tanya kembali Risa karena dia begitu sayang dengan adik iparnya itu. Risa merasa hubungan diantara mereka bukan hanya sekedar saudara ipar. Akan tetapi Risa sudah menganggap Silvia sebagai adik kandungnya.
Silvia menoleh ke arah kakak iparnya yang berwajah sedih melihat dirinya yang akan bersiap-siap untuk angkat kaki dari kediaman Ranu Kuncoro tersebut. Silvia memberikan sebuah senyuman ketulusan kepada kakak iparnya yang sudah sangat baik kepadanya selama ini. Ya, Risa adalah seorang wanita yang sangat baik dan juga tulus. Silvia juga sangat menyayangi diri Risa.
Silvia berdiri dari tempat duduknya. Dia berjalan menuju ke tempat sang kakak iparnya sedang menidurkan putrinya. Silvia tidak kuasa meneteskan air matanya karena dia akan berpisah dengan malaikat kecil yang berhasil dia selamatkan setelah kejadian malam itu. Dia akan lebih baik tinggal di keluarga itu daripada bersamanya yang bisa membuat nyawa dia melayang nantinya.
"Sudah saatnya aku pergi, mbak. Aku sudah banyak merepotkan keluarga mbak dan mas Ranu. Aku tidak bisa berlama-lama di sini kembali,"ujar Silvia setelah mengusap pipi gembul dan mulus si bayi Rania. Ya, Rania Kuncoro, itu adalah nama yang diberikan oleh dirinya yang tidak diketahui oleh sang kakak, Ranu Kuncoro.
Rania sendiri memiliki arti putri yang cantik dan juga mempesona. Itulah arti nama yang diberikan oleh Silvia ketika Risa meminta dirinya memberikan nama untuk sang putri. Silvia pun memberikan nama Rania kepada bayi mungil tersebut. Dia memang begitu cantik dan juga mempesona. Sesuai dengan nama yang disandangnya.
"Aku pasti akan selalu merindukanmu, Rania, sayang,"pamit Silvia kepada bayi mungil yang sedang terlelap dalam tidurnya tersebut. Bayi mungil itu justru tidak gelisah sama sekali dalam dekapan hangat Risa. Memang sungguh jiwa keibuan Risa sangatlah bagus.
"Sering-sering lah datang kemari, dek,"pinta Risa saat Silvia sudah selesai berkemas dan membawa barang-barang nya keluar dari kamar yang selama ini dia tempati di rumah kakaknya, Ranu Kuncoro.
"Aku tidak bisa janji, mbak. Tetapi kalau aku ada rejeki lebih, aku titip untuk Rania ya mbak,"ujar Silvia dengan mantap. Dia memang sudah memutuskan bahwa segala apa yang dia punya akan menjadi hak milik sepenuhnya bagi rania kelak. Dia akan menabung sebanyak-banyaknya dan akan memberikan itu semua kepada Rania.
"Kamu apa saja, sil. Jangan yang aneh-aneh. Aku tidak mau menjadi beban buatmu harus melakukan itu kepada Rania,"ujar Risa merasa tidak enak dengan amanat yang diberikan Silvia kepadanya.
"Tidak, mbak, aku merasa sangat tidak terbebani sama sekali. Aku hanya ingin melakukan sesuatu untuk Rania. Bagaimana pun aku sudah menganggap dia sebagai anak ku sendiri. Aku mohon mbak, jangan tolak permintaan ku ini. Aku dengan setulus hati meminta untuk mbak mengabulkan permintaan ku ini. Aku mohon,"pinta Silvia dengan sangat tulus kepada sang kaka, Risa Kuncoro.
Melihat apa yang dilakukan Silvia dan tekadnya yang bulat membuat Risa menjadi luluh juga hatinya. Dia sebenarnya tidak tega jika Silvia melakukan hal tersebut. Tentu saja itu akan menjadi sebuah tanggung jawab yang besar untuk diri silvia. Namun melihat raut wajah kecewa saat Risa menolak permintaan Silvia barusan membuat diri Risa menjadi tidak enak hati.
"Ya, sudah jika itu mau mu, lakukan saja apa yang menurut dirimu itu baik untuk kamu lakukan,"ujar Risa Kuncoro menyetujui apa yang menjadi permintaan dari Silvia, adik iparnya tersebut bisa bernapas lega dan senyum sumringah menghiasi wajahnya.
"Mbak, sudah saatnya aku pergi,"pamit Silvia kepada Risa. Mendengar perkataan Silvia membuat Risa merasa begitu sedih. Sebentar lagi mereka akan berpisah dan entah kapan akan dapat bertemu kembali. Risa sepertinya berat melepaskan diri Silvia tetapi dirinya juga tidak bisa menahan kebebasan dari Silvia itu sendiri. Silvia berhak menentukan apa yang menurut dia terbaik untuk hidupnya kelak.
"Kamu jaga diri baik-baik ya, dek,"pesan Risa kepada Silvia.
"Iya, mbak juga ya, dengan kehadiran Rania di sisi kalian, semoga keluarga ini semakin bahagia,"ujar Silvia kepada Risa.
Silvia menarik tas koper yang dibawanya untuk pergi dari rumah kediaman kakak tirinya, Ranu Kuncoro. Silvia melambaikan tangannya kepada Risa untuk terakhir kalinya sebelum perpisahan. Silvia sudah menghubungi sebuah taksi online. Ketika ada sebuah mobil yang datang menjemputnya di depan rumah sang kakak. Silvia pun segera naik ke dalam mobil itu.
"Dek, jaga kondisi ya, sering-seringlah menghubungi mbak, ya,"ujar Risa ketika Silvia berpamitan dari dalam mobil dengan membuka jendela mobil yang ditumpanginya.
"Iya, mbak, sampai jumpa,"ujar Silvia melambaikan tangan karena mobil sudah mulai melaju meninggalkan pelataran rumah keluarga Ranu Kuncoro. Risa membalas lambaian tangan dari Silvia Kuncoro. Mungkin sejak saat ini, mereka tidak akan bertemu kembali dalam waktu yang sangat lama. Entah mengapa Risa memiliki pemikiran seperti itu.
Risa melihat kepergian mobil yang membawa Silvia semakin menjauhi kediaman rumahnya. Risa masuk kembali ke dalam rumah sambil menggendong Rania yang tampak tidak terganggu sama sekali dengan apa yang terjadi barusan. Risa harus segera menidurkan Rania di box bayinya.
Silvia menghapus air mata yang tidak berhenti mengalir sejak dia menutup jendela kaca mobil. Dia sebenarnya tidak bis meninggalkan anak kandungnya itu namun akan lebih baik jika dia berada dalam asuhan Risa dan juga Ranu Kuncoro. Dia akan menjadi anak yang lebih baik daripada mengikuti ibu yang seperti dirinya.
Maafkan ibu nak.
Semua ini demi kebaikan dirimu.
Ibu berjanji akan memberikan segalanya yang kamu butuhkan.
Ibu akan bekerja keras untuk itu semua.
Janji Silvia dalam hati. Dia akan berusaha membahagiakan Rania dengan kerja kerasnya selama ini dan kedepannya juga. Demi Rania maka Silvia tidak akan takut menerjang apapun. Meskipun sejak saat ini hidupnya kembali terkekang oleh dekapan orang tua itu. Yang membuat Silvia semakin tidak nyaman saja melihatnya. Tetapi dia tidak akan mempermasalahkannya. Asalkan Rania bisa berbahagia nantinya.
***
Iklan Author
Budayakan klik tombol like dan tuliskan komentar kalian sebanyak-banyaknya. Karena komentar kalian adalah penyemangat bagi author.
Terimakasih 😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Nur Lizza
lanjut
2021-10-09
0
Milarsih Milarsih
Jai lama up nya
2020-07-24
2
Wati_esha
Kok belum diberi bociran thor, siapa lelaki pengusaha yang menjadikan Rania sebagai wanita simpanannya?
2020-07-22
3