Sejak pagi hari Silvia merasa gelisah. Dia sudah tidak nyaman lagi berada di kediaman sang kakak tiri, Ranu Kuncoro. Gelagat Silvia ini membuat Risa Kuncoro, kakak iparnya, menjadi penasaran dibuatnya. Ada apa lagi sebenarnya dengan sang adik iparnya ini?
"Sil, kamu ada masalah? Kok dari tadi aku lihat tampak gelisah terus? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?"tanya Risa langsung kepada Silvia setelah sang suami berangkat bekerja. Kalau ada Ranu Kuncoro tentu saja Risa tidak akan bertanya apapun. Dia tahu Ranu tidak menyukai Silvia berasa di rumahnya.
"Eh...enggak ada mbak, anu...mbak sebenarnya aku mau..."Silvia menjadi bingung harus memulai pembicaraan dari mana lagi. Tetapi dia sudah merasa kurang nyaman berada di rumah itu. Dia takut sewaktu-waktu lelaki itu datang ke rumah kakak tirinya dan membuat kekacauan di sana. Silvia tidak mau membuat suasana keluarga sang kakak menjadi tidak nyaman karena perbuatannya.
"Kamu ini mau bicara apa sih, sil. Ngomong saja langsung. Memang ada apa sih?"tanya kembali Risa dengan lembut. Risa memang tidak pernah memperlakukan Silvia dengan kasar. Risa selalu memperlakukan Silvia seperti adik kandungnya sendiri. Seperti Risa memperlakukan Zahratusifa, adik kandungnya.
"Mbak, aku mau sewa rumah sendiri,"ujar Silvia akhirnya mau mengutarakan isi hatinya yang sebenarnya kepada Risa. Ketika Risa mendengar ucapan Silvia sontak saja dia terkejut. Bagaimana bisa di saat usia kandungan Silvia yang sebentar lagi akan melahirkan justru dia memilih untuk pergi dari rumahnya.
"Tunggu dulu, sil. Kamu berniat mau pindah sekarang juga?"tanya Risa memperjelas maksud ucapan dari adik iparnya tersebut. Silvia hanya mengangguk untuk meyakinkan sang kakak iparnya.
"Sil, kamu sebentar lagi akan melahirkan. Kamu nanti akan bersama dengan siapa? Kenapa kamu tampak terburu-buru untuk pindah, sih? Apa mas Ranu yang memaksamu?"tanya Risa kembali. Silvia menggeleng dengan keras saat Risa menuduh suaminya sendiri yang membuat Silvia menjadi seperti itu. Silvia tidak mau Risa menjadi salah paham dengan kakaknya.
"Bukan, mbak Risa, jangan salah paham terlebih dahulu. Mas Ranu tidak pernah mengusirku, Mbak. Hanya saja aku merasa tidak enak berlama-lama tinggal di sini,"ujar Silvia menjelaskan.
"Lalu mau kamu bagaimana? Kamu yakin mau sewa rumah sendirian di saat kamu sebentar lagi melahirkan begini. Sil, tunggulah sebentar lagi sampai kamu nanti sudah melahirkan. Barulah kamu bisa sewa rumah. Kalau kamu pergi sekarang, itu justru akan merepotkan dirimu sendiri,"tutur Risa menasehati diri Silvia.
Silvia tidak bisa lagi banyak berbicara. Dia sebenarnya ingin segera pindah karena lelaki itu yang semalam menelepon nya dengan menggunakan nomor handphone dari Mita, teman baiknya. Entah bagaimana nasib kita sekarang. Silvia hanya bisa berdoa semoga mita baik-baik saja.
"Aku ingin cari rumah itu sekarang, mbak. Jadi nanti biar tidak bingung lagi mencari-cari,"kata Silvia membuat alasan agar Risa mengijinkannya keluar dari rumah tersebut. Risa pun menjadi bingung harus berkata apa lagi karena tampaknya Silvia sudah bertekad untuk meninggalkan rumah nya.
"Ya, sudah, kalau begitu, aku antarin ya untuk mencari rumah sewanya. Lagipula ada sopir juga yang bisa antar kita kemanapun,"kata Risa mengajak Silvia untuk pergi dengan mobilnya saja. Karena Silvia mau naik apa untuk bepergian. Memangnya dia mau naik turun angkot? Bukankah itu ribet untuk seorang wanita hamil seperti dia.
"Baiklah, mbak, aku ganti baju dulu,"ujar Silvia kemudian. Dia merasa lega akhirnya Risa memperbolehkan dia mencari rumah sewa. Dan Silvia berpikir kalau dia mendapatkan rumah sewa itu hari ini juga. Maka esok hari, dia akan pindah ke sana segera. Silvia tidak mau lagi tinggal di rumah Ranu dan Risa. Silvia takut lelaki itu nekat dan membuat kekacauan di rumah saudara tirinya tersebut. Silvia begitu menyayangi keluarga mereka. Silvia hanya ingin keluarga Risa tidak sampai terkena masalah karena dirinya.
Akhirnya siang itu Risa menemani Silvia mencari rumah yang disewakan dengan harga yang terjangkau. Silvia pun melihat beberapa rumah dan mempertimbangkan harga sewanya dengan keuangan yang dia miliki saat ini. Silvia cukup kerepotan juga karena banyak rumah yang didatangi nya dengan biaya sewa yang cukup mahal menurutnya.
Setelah berpindah-pindah beberapa tempat. Silvia menemukan juga rumah yang sesuai dengan keuangannya. Ya, meskipun rumah itu kecil tetapi Silvia merasa nyaman untuk tinggal di sana. Silvia pun bernegosiasi dengan pemilik rumah. Dan meminta nomor handphone darinya. Risa melihat tekad yang kuat dari diri Silvia untuk pindah dari rumahnya. Risa justru merasa sedih karena akan berpisah dengan adik iparnya itu. Sebenarnya Silvia tidaklah buruk seperti yang dikatakan oleh suaminya. Selama tinggal di rumahnya tidak pernah silvia bersikap yang aneh-aneh. Tetapi sungguh kasihan Silvia karena Ranu Kuncoro begitu tidak menyukainya.
Begitu sampai di rumah Silvia tampak bahagia dan bersiap-siap untuk pindah ke rumah barunya tadi keesokan harinya. Risa menengok Silvia di kamarnya sedang sibuk berkemas. Risa sudah menduga, Silvia pasti akan segera pergi dari rumahnya setelah menemukan rumah yang baru.
Risa mendekati Silvia dan membantunya berkemas.
"Mbak, jangan repot-repot, aku bisa sendiri kok,"ujar Silvia merasa tidak enak karena Kakak iparnya itu ikut membantu dirinya menata pakaiannya ke koper.
"Repot apanya, hanya ini yang bisa aku lakukan untukmu, sil,"ujar Risa masih tetap membantu adik iparnya itu berkemas-kemas. Melihat sikap Risa yang sudah begitu baik kepadanya selama ini, membuat Silvia menjadi sedih untuk pergi dari rumah tersebut. Tetapi Silvia lebih tidak ingin jika sesuatu yang buruk menimpa keluarga Ranu dan juga Risa.
"Mbak, terimakasih selama ini sudah menampungku di sini. Kalau tidak karena kebaikan mbak Risa, mungkin aku sudah tinggal di jalanan,"kata Silvia dengan tulus. Risa bisa merasakan ketulusan dalam ucapan adik iparnya.
Risa pun memeluk diri Silvia dan menepuk punggungnya secara perlahan. Silvia juga merasa sedih untuk berpisah. Silvia sebenarnya telah menemukan seseorang yang menyayangi nya layaknya saudara sendiri. Risa begitu baik terhadapnya. Bahkan lebih baik dari ibu kandungnya sendiri.
"Kalau kamu butuh sesuatu, jangan sungkan untuk menghubungi ku ya, aku akan bantu semampuku. Kamu tidak sendirian, sil. Kamu masih mempunyai saudara. Anggap aku sebagai saudaramu sendiri,"ujar Risa membuat Silvia seketika menangis dalam pelukan sang kakak iparnya. Risa sungguh orang yang begitu baik. Dia seperti malaikat yang hadir di dunia ini.
Malam itu Silvia menemani Risa yang sedang asyik menonton acara di televisi. Bik nah sendiri sudah berpamitan untuk pulang ke rumah.
"Kamu tidur duluan saja, sil. Aku tidak apa-apa kok di sini sendiri,"ujar Risa karena dia masih menunggu kedatangan suaminya yang berkata akan pulang terlambat. Ada sebuah jamuan penting dengan klien.
"Tidak apa-apa mbak, aku juga belum mengantuk kok, aku temenin mbak Risa saja,"ujar Silvia.
Tidak lama kemudian, terdengar suara pintu diketuk dari luar. Risa dan Silvia pun saling menoleh. Siapa yang bertamu malam-malam begini. Risa hendak keluar untuk melihatnya namun Silvia mencegahnya.
"Biar aku saja mbak yang melihatnya, mungkin bik nah melupakan sesuatu,"ujar Silvia berpikir positif. Risa pun membiarkan saja adik iparnya itu pergi. Risa kembali melanjutkan menonton drama Korea yang ada di televisi.
Risa kembali gelisah karena Silvia tidak juga kembali. Memang tamu siapa yang ada di luar sampai membuat adik iparnya itu tidak kunjung muncul juga. Karena penasaran risa pun keluar untuk melihat keadaan di depan.
"Astaga, Silvia!"pekik Risa saat melihat sang adik ipar ditawan oleh dua orang lelaki dengan tubuh kekar. Mulutnya dilakban dan kedua tangannya diikat dengan tali. Pantas saja Silvia tidak bisa berteriak sama sekali.
Risa mengambil sebuah vas bunga dan dia lemparkan kepada salah satu lelaki yang hendak membawa Silvia. Vas bunga itu tepat mengenai kepala si lelaki dan membuatnya berdarah. Kejadian itu membuat lelaki itu marah dan mendorong tubuh Risa sekuat tenaganya. Risa pun terjatuh dan terhempas ke lantai rumahnya dengan keras. Lelaki itu hendak memukul Risa namun Silvia menghadang pukulannya sehingga membuat diri Silvia yang terkena. Silvia pun jatuh tidak jauh dari Risa.
"Sil....via..."ujar Risa lirih melihat adik iparnya terjatuh tidak sadarkan diri. Sedangkan dirinya sendiri pun merasakan kesakitan.
"Kurang ajar! Berani-beraninya kamu melawanku, heh!"teriak lelaki tersebut dengan nada penuh amarah.
"Hei, ayo kita pergi, ada seseorang datang,"kata temannya yang satunya lagi. Kedua lelaki itupun bergegas pergi meninggalkan rumah itu dengan tangan hampa. Sedangkan Risa dan juga Silvia tergeletak di lantai rumah dengan kondisi sama-sama tidak sadarkan diri.
***
Iklan Author
Budayakan klik tombol like dan tuliskan komentar kalian sebanyak-banyaknya. Karena komentar kalian adalah penyemangat bagi author.
Terimakasih 😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Nur Lizza
kasihan sm risa dn silvia
2021-10-09
1
Yunieta Riezky
deg deg an truzzz
2020-10-11
1
kopi pahit
aku balik lg nh thor..... sengaja nunggu up bnyk dulu... semangat thor
2020-08-19
2