Akhirnya Silvia bisa tinggal bersama dengan keluarga kakak tirinya, Ranu Kuncoro. Berkat desakan dari sang kakak ipar, Risa Kuncoro. Silvia begitu senang akan ijin dari sang kakak tiri untuk tinggal di rumah mereka tersebut.
Pagi ini Silvia yang tahu diri bahwa dirinya menumpang di rumah kakak tirinya. Dia sudah bangun lebih awal dan membantu pembantu di rumah Ranu Kuncoro yang sedang memasak. Awalnya bik Nah, pembantu rumah tangga di rumah itu merasa tidak enak dibantu memasak oleh kerabat dari sang majikan. Namun, Silvia memaksa untuk membantunya. Silvia merasa tidak enak jika dia yang sudah menumpang berlagak seperti majikan saja di rumah itu.
Risa pagi itu juga terkejut melihat sang adik ipar ikut membantu memasak bik Nah di dapur. Risa tidak pernah meminta tamunya untuk repot-repot seperti itu.
"Silvia, jangan repot-repot. Lagipula kamu sedang hamil juga dek,"ujar Risa ketika Silvia sibuk menata piring di meja makan. Risa juga tidak mau tinggal diam. Dia membantu Silvia menyajikan makanan yang sudah matang di atas meja. Setiap pagi Risa lah yang biasanya menantu bik Nah menyiapkan sarapan untuk nya dan juga sang suami.
"Tidak apa-apa, mbak. Ini juga sudah seharusnya aku lakukan di sini. Lagipula Mas Ranu dan juga mbak Risa sudah berbaik hati menampungku sementara di sini. Apa yang kulakukan ini tidak seberapa dengan apa yang sudah kalian berdua lakukan kepadaku,"jawab Silvia membuat Risa merasa terharu.
"Jangan dipikirkan sil, bagaimanapun juga kamu adalah adik dari mas Ranu. Sudah sepantasnya kita saling membantu,"ujar Risa dengan ramah. Silvia tersenyum bahagia mendengar ucapan sang kakak ipar.
Mereka berdua pun melanjutkan pekerjaan di dapur dan tidak lama kemudian, Ranu Kuncoro sudah muncul di ruang makan dengan pakaian lengkapnya untuk berangkat ke kantor.
"Selamat pagi, mas,"sapa Silvia begitu melihat sang kakak. Namun, Ranu Kuncoro tidak menjawab sapaan sang adik. Dia hanya melirik sekilas sang adik kemudian segera duduk di kursi yang biasanya dia tempati saat berada di ruang makan.
Melihat kelakukan sang kakak membuat Silvia menghela napas panjangnya. Dia segera berlalu dari hadapan sang kakak dan kembali ke dapur. Ketika berpapasan dengan sang kakak ipar, wajah Silvia mengembangkan sebuah senyuman yang Risa tahu pasti bahwa itu hanya senyuman palsu. Sebenarnya dalam hati Silvia tentulah tidak seperti senyuman itu. Risa hanya menepuk bahu Silvia dengan pelan.
"Sarapanku sudah siap, sayang?"tanya Ranu Kuncoro kepada sang istri.
"Iya, mas, sebentar lagi,"jawab Risa lalu mengambil sepiring nasi goreng yang telah siap untuk dibawanya ke meja makan dimana sang suami sudah menunggu dirinya.
"Wah, enak juga sarapan pagi ini,"ujar sang suami melihat apa yang dibawa oleh sang istri. Risa hanya tersenyum dan tidak mengatakan apapun kepada suaminya kalau yang memasak nasi goreng itu adalah Silvia.
"Bagaimana rasanya, mas?"tanya Risa melihat sang suami makan dengan begitu lahap nasi goreng buatan Silvia tersebut.
"Hmmm...enak, sayang, kamu semakin hebat memasak saja sekarang,"puji Ranu Kuncoro kepada Risa, sang istri.
"Itu yang memasak bukan aku, tetapi dek Silvia,"ucap Risa seketika membuat Ranu Kuncoro tersedak saat menelan makanannya. Dia buru-buru meminum air putih yang ada di sampingnya. Bagaimana bisa dia begitu menikmati masakan dari seseorang seperti dia.
"Aku sudah kenyang,"ujar Ranu Kuncoro seketika menyudahi acara sarapan paginya. Risa seketika cemberut melihat perlakuan sang suami kepada masakan adik tirinya yang awalnya dibilang enak tetapi sekarang berubah menjadi tidak berselera makan setelah tahu siapa yang memasaknya.
"Oh, begitu, kenapa mas bersikap tidak adil kepada saudara mas sendiri. Aku tidak suka dengan perlakuan mas terhadap silvia. Bagaimanapun dia itu saudara mas, apakah tidak bisa mas bersikap baik padanya? Dia saja sudah mengerti dan tahu diri posisi dia di sini," kata Risa kepada sang suami. Risa sungguhan marah kali ini melihat sikap dan perilaku sang suami kepada Silvia.
"Sayang, jangan marah, kamu ini sedang hamil,"ucap Ranu memperingatkan Risa akan kondisi kehamilannya.
"Kamu yang membuatku seperti ini, mas. Tidak bisakah kamu bersikap dewasa kepada saudaramu sendiri, jangan kekanak-kanakan,"kata Risa dengan tegas. Dia tidak mau Ranu memperlakukan Silvia seperti yang dia lihat tadi. Itu sungguh menyakitkan bagi yang melihatnya.
"Ya, sudah, terserah apa katamu saja,"ujar Ranu Kuncoro akhirnya pasrah. Dia tidak mau ribut dengan sang istri hanya karena permasalahan sarapan pagi. Risa tersenyum mendengar ucapan kekalahan dari sang suami. Risa juga tidak suka jika suaminya bersikap menjadi seseorang yang tidak seperti biasanya dia kenal.
**
"Jadi kalian belum menemukan nya?"tanya sang pengusaha itu kepada anak buahnya. Ketiga anak buahnya menggelengkan kepalanya.
"Kami kehilangan jejaknya, tuan,"jawab ketua kelompok dari ketiga orang tersebut.
"Bodoh! Menemukan satu perempuan saja kalian tidak becus. Seberapa hebat dia dalam bersembunyi sampai kalian bertiga tidak bisa menemukannya!"teriak sang pengusaha itu dengan emosi tinggi. Semua anak buahnya tidak becus dalam mencari seorang wanita saja. Bagaimana jika anak dalam kandungan wanita itu keburu lahir di dunia. Dia sudah tidak mau memiliki anak lagi. Dia sendiri sudah memiliki anak-anak dari sang istri.
Bagi dia perempuan lain hanya dijadikan sebagai penghangat ranjangnya yang dingin saja. Bukan berarti perempuan itu bisa seenak hatinya saja mengembangkanbiakkan benih yang wanita itu dapatkan darinya. Wanita itu hanyalah wanita yang dia kontrak untuk memenuhi kebutuhan biologisnya saja.
Lagipula dalam kontrak itu jelas tertulis bahwa si wanita tidak boleh menanam benih dalam rahimnya. Dia tidak boleh sampai hamil dalam berhubungan badan dengannya. Tetapi rupanya wanita itu sengaja hamil untuk menuntut harta darinya. Bukankah selama ini wanita itu sudah dimanjakannya dengan begitu banyak kemewahan, perhiasan dan juga barang-barang bermerk yang dia inginkan. Kenapa dia masih serakah dengan berharap mengandung anak dalam rahimnya.
"Cari dia sampai ketemu! Aku tidak mau tahu!"ucap lelaki itu dengan keras membuat para anak buahnya gemetar ketakutan dan bergegas meninggalkan ruangan bos nya.
"Sial!"
Prang!
Benda-benda yang ada di atas meja kerjanya berantakan ke lantai karena amukan lelaki pengusaha tersebut. Dia sudah merasa ditipu mentah-mentah dan sekarang dia harus bisa menemukan keberadaan wanita yang kemarin pernah menjadi wanita kontraknya tersebut. Wanita itu tidak boleh mengandung anaknya.
"Aku tidak akan melepaskanmu, Silvia. Kamu akan menebus kesalahanmu padaku. Jangan kira kamu akan bisa terlepas dari apa yang telah kamu perbuat kepadaku,"ujar lelaki itu dengan nada geram.
***
Iklan Author
Budayakan klik tombol like dan tuliskan komentar kalian sebanyak-banyaknya. Karena komentar kalian adalah penyemangat bagi author.
Terimakasih 😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Nur Lizza
lanjut
2021-10-08
0
Syumie Susanty
aku kayanya udah 100% yakin dia ayah nya Risa. kita tunggu selanjutnya
2021-01-14
0
Nur Ainy Nazaruddin
kayanya sich yg menghamili Silvia itu bpax risa
2020-06-20
4