"Eh, dia sudah masuk sekolah, berani juga."
"Ayahnya beberapa bulan yang lalu masuk penjara. Lalu ibunya meninggal. Sungguh mengenaskan."
"Anak seorang penjahat, hati-hati, jangan dekat-dekat dengan dia."
"Iya, takutnya dia juga memiliki sifat yang sama dengan ayahnya, pencuri."
"Kalau ada barang kita yang hilang tidak usah mikir kejauhan siapa pencurinya. Kita sudah bisa tebak."
"Seharusnya dia malu datang ke sekolah seperti ini."
Rania hanya diam saja mendengar gosip yang beredar tentang dirinya tersebut.
"Heh, kalian bertiga! kalian kurang pekerjaan ya sampai gosipin orang,"tegur seseorang yang membuat Rania menoleh kepadanya.
"Kenapa sih Rey, kamu selalu saja membela dia?"ucap salah satu anak perempuan seusia Rania yang tadi sedang bergosip dengan kedua temannya.
"Aku ini pelindungnya, jaga ucapan kalian baik-baik ya, atau kalian akan berurusan denganku,"tantang reyhan kepada ketiga anak perempuan yang suka bergosip itu.
Rania berjalan dengan cepat ke arah reyhan lalu menarik tangan anak lelaki itu dan membawanya menjauh dari ketiga anak perempuan yang menatap kepergian mereka dengan wajah tidak suka.
"Ran, kita mau kemana?"tanya Reyhan yang masih menurut saja kemana Rania membawanya. Padahal Reyhan sudah hampir meluap tadinya mendengar beberapa anak perempuan itu membicarakan tentang permasalahan dalam keluarga Rania. Telinga Reyhan sudah tidak tahan mendengar penghinaan yang ditujukan kepada Rania.
"Ran,"panggil Reyhan sekali lagi namun lagi-lagi Rania tidak berbicara apapun dan hanya berjalan saja. Reyhan menghentikan langkah Rania dengan cara berhenti dan tidak mau melangkah membuat Rania seketika ikut berhenti berjalan.
Reyhan melepaskan tangan Rania dan dia membalikkan tubuh Rania. Dilihatnya wajah Rania yang saat itu tertunduk. Reyhan tahu bahwa Rania tidak sedang baik-baik saja mendengar apa yang teman-teman sekolah bicarakan tentangnya.
Reyhan memegang bahu Rania dan memberikan sebuah semangat untuk teman dekatnya sejak masih kecil itu.
"Kalau kamu mau menangis, bahu aku siap kok menampung air matamu itu. Jangan ditahan lagi,"ucap Reyhan dengan lembut. Rania mendongakkan kepalanya. Melihat wajah teman baiknya sejak kecil itu membuat Rania tidak bisa menahan dirinya kembali. Rania memeluk Reyhan dan mencurahkan air matanya yang dia tahan sejak tadi.
Reyhan mengelus punggung Rania mencoba menenangkannya. Rania sudah menganggap Reyhan seperti saudara sendiri. Dia begitu dekat dengan Reyhan sejak kecil. Mereka sama-sama saling mengetahui karakter masing-masing.
"Kamu masih memiliki aku, Ran. Jika kamu merasa bersedih, aku akan selalu ada untukmu. Jangan merasa dirimu sendiri, ran,"kata Reyhan menenangkan Rania. Reyhan tahu pasti hati Rania begitu hancur dengan apa yang menimpa keluarganya dan juga cibiran banyak orang kepada mereka. Tetapi Reyhan tidak akan tinggal diam begitu saja. Dia akan berasa di garda terdepan untuk membela Rania. Dan melawan siapa saja yang membicarakan keburukan dari keluarga Kuncoro tersebut.
Rania melepaskan pelukannya dari Reyhan. Rania mengusap sisa air matanya dan mencoba tersenyum di hadapan Reyhan.
"Terimakasih Reyhan, kamu selalu baik kepadaku,"kata Rania merasa terlindungi dan tenang dengan adanya Reyhan di sisinya.
"Tentu saja anak manis,"kata Reyhan sambil mengusap puncak kepala Rania dengan perasaan sayang. Reyhan begitu menyayangi Rania seperti adik sendiri. Karena mereka sama-sama anak tunggal dalam keluarga. Reyhan yang lahir lebih dulu beberapa bulan dari Rania. Reyhan sudah dianggap seperti kakak oleh Rania. Dan Rania selalu mencurahkan perasaannya kepada reyhan. Begit pula sebaliknya jika reyhan memiliki suatu masalah, dia akan selalu mencurahkan isi hatinya kepada Rania. Mereka berdua selalu bersekolah di tempat yang sama. Dan kebersamaan keduanya sudah bukan menjadi rahasia lagi. Banyak yang mengira mereka berdua adalah bersaudara karena kedekatan keduanya.
"Ayo, kita ke kelas, sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai,"ajak Reyhan setelah melihat kondisi Rania yang sudah mulai membaik. Rania mengangguk menjawab ajakan dari Reyhan.
Keduanya berjalan beriringan menuju ke kelas mereka. Reyhan menatap wajah Rania dan berjanji dalam hati bahwa dia tidak akan membiarkan siapapun melukai hati Rania kembali. Dia akan membela diri Rania yang ditindas oleh siapapun. Reyhan lebih suka melihat senyum manis Rania daripada air mata menetes di kedua pipinya.
*
"Mas, bagaimana kabarmu?"tanya Zahra saat menjenguk Ranu Kuncoro yang berada di penjara. Sejak kematian sang kakak, Risa, baru kali ini Zahra bertemu langsung dengan sang kakak ipar.
Ranu Kuncoro hanya diam saja. Tampak bahwa dia tidak ingin ditemui namun Zahra memaksa ingin bertemu. Zahra ingin membicarakan masalah Rania kepada sang kakak ipar. Zahra tahu bahwa sang kakak ipar pastinya sangat terpukul dengan apa yang terjadi kepada istrinya. Zahra bisa melihat guratan kesedihan itu diwajah sang kakak ipar. Bahkan kondisi sang kakak ipar juga menunjukkan bahwa dirinya tidak sedang dalam kondisi baik-baik saja.
"Mas, aku ke sini untuk membicarakan tentang almarhumah mbak Risa dan juga Rania. Aku sudah memakamkan almarhumah selayaknya dan masalah Rania. Aku ingin membawanya ke Singapura. Rania hanya tinggal seorang diri di sini. Dia masih terlalu kecil untuk menanggung semua beban. Aku merawat Rania sebagaimana almarhumah mbak Risa berpesan kepadaku. Kedatanganku kemari adalah meminta ijin kepada mas Ranu untuk membawa Rania ikut bersamaku,"ujar Zahra kepada kakak iparnya. Zahra menunggu jawaban dari sang kakak ipar yang sedari tadi hanya diam dan tidak merespon apapun.
"Mas, apakah aku boleh membawa Rania untuk hidup bersama denganku?"tanya Zahra kembali setelah menunggu lama tidak ada respon jawaban dari sang kakak ipar. Zahra masih menantikan jawaban dari Ranu Kuncoro. Dia mengunjungi Ranu Kuncoro untuk mendapatkan ijinnya membawa Rania bersama dengan dirinya. Namun, respon Ranu sedari tadi hanya termenung saja tanpa segera menjawab apa yang diminta oleh Zahra. Tampak sekali tekanan yang berat dialami oleh kakak iparnya.
"Terserah kamu,"jawab Ranu dengan singkat. Zahra menghela napas lega mendengar jawaban dari sang kakak ipar. Zahra lebih memikirkan bagaimana masa depan sang keponakannya jika dia masih tinggal di sini. Dengan permasalahan yang menimpa keluarganya pasti banyak orang yang menghina diri Rania.
Zahra ingin membawa Rania untuk ikut bersama dengan dirinya. Karena dengan begitu maka Zahra bisa mengawasi Rania dengan baik di sana. Dan Rania juga bisa keluar dari lingkungan yang sedang tidak baik saat ini. Zahra hanya ingin Rania hidup dengan suasana lingkungan yang baru. Dengan harapan bahwa Rania akan lebih merasa bahagia dan tidak tertekan di sana.
***
Iklan Author
Budayakan klik tombol like dan tuliskan komentar kalian sebanyak-banyaknya. Karena komentar kalian adalah penyemangat bagi author.
Terimakasih 😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Nur Lizza
kepingin tau siapa ayah rania yg bekas suami defa
2021-10-09
0
Ai Nurilah
Rania adik Risa dan Zahra
2020-11-07
1
Lee Jung So
mampir thor 😍😍😍
2020-09-25
0