"Kamu jangan terlalu memanjakannya, sayang. Dia itu hidupnya sudah enak selama ini. Mana pernah dia menghubungiku selama dia hidup enak. Giliran dia susah, dia meminta tolong kepada kita,"ujar Ranu kepada istrinya, Risa.
"Mas, janganlah begitu. Bagaimanapun juga kalian bersaudara. Lagipula selama tinggal di sini dia bersikap baik-baik saja,"kata Risa karena yang dia tahu selama tinggal bersama dengan Silvia, dia tidak melihat sikap buruk dari Silvia.
"Dia dibesarkan oleh seorang ibu yang berperilaku tidak baik. Dia pasti juga berperilaku tidak jauh berbeda dengan ibunya itu,"lanjut Ranu kurang setuju jika sang istri membela adik tirinya terus menerus.
"Mas, kamu lebih beruntung dibandingkan dengannya. Kamu memiliki keluarga yang lebih baik dan mendidikmu dengan baik. Tetapi janganlah kamu menghina dia seperti itu, mas. Andaikan saja mas yang ada di dalam posisi dia, bagaimana mas akan bersikap?"sebuah pertanyaan yang dilontarkan Risa membuat sang suami, Ranu Kuncoro menjadi diam seribu bahasa.
"Ach, sudahlah, selama dia tidak membuat ulah, aku akan biarkan dia di sini sampai melahirkan. Setelah itu dia harus pergi,"ujar Ranu Kuncoro dengan bulat. Dia tidak bisa menampung Silvia di rumahnya terus-terusan.
"Ya, mas sudah katakan itu berulang kali. Aku sampai bosan mendengarnya,"ujar Risa jenuh mendengar kalimat yang selalu diulang-ulang oleh sang suami.
Silvia diam-diam mendengarkan pembicaraan kedua orang itu dengan raut wajah yang sedih. Memang hubungan antara dia dan kakak tirinya, Ranu Kuncoro, tidaklah sebaik sewaktu mereka masih kecil. Kemungkinan sang kakak tiri diberi perkataan yang macam-macam sejak ayah mereka meninggal dunia. Karena keluarga sang kakak tidak suka akan dirinya dan juga ibunya.
Air mata mengalir di wajah Silvia. Dia tahu tidak seharusnya dia lari ke tempat kakak tirinya. Seharusnya dia tinggal menyewa sebuah rumah yang jauh dari keramaian. Tetapi Silvia sedang hamil sekarang. Dia tidak bisa melarikan diri lebih jauh lagi karena keadaan dirinya yang tidak memungkinkan untuk hidup sendiri.
"Non Silvia, mau bibik hangatkan dulu sayurnya sebelum makan?"tanya pembantu di rumah keluarga Kuncoro tersebut. Sedari siang memang Silvia belum makan nasi. Dia sedikit tidak berselera makan hari ini. Entah apa yang membuatnya menjadi tidak berselera makan.
"Tidak bik, saya mau keluar sebentar ke minimarket depan sana. Tolong katakan ke mbak Risa kalau mencari saya nantinya,"ujar silvia. Setelah mendengar apa yang dikatakan sang kakak tiri membuat Silvia semakin tidak bernafsu makan saja.
"Baik, non,"ujar bik nah.
Silvia mengambil dompetnya dan keluar dari rumah menuju ke minimarket di depan gang perumahan. Dia tidak bisa berdiam diri di rumah yang membuatnya sangat bosan. Apalagi jika Ranu Kuncoro sudah pulang kerja pastinya suasana tidak lagi nyaman. Tatapan tidak suka itu membuat Silvia merasa risih dibuatnya. Memang tidak seharusnya dia berada di rumah itu.
Silvia membeli satu kotak es krim berukuran sedang. Kalau tidak nafsu makan tentu dia akan makan es krim seperti itu. Dan herannya itu akan membuatnya cepat kenyang. Sejak dia hamil, Silvia suka sekali memakan es krim.
Silvia tidak segera beranjak pulang setelah membeli apa yang dia inginkan. Dia ingin duduk-duduk santai di depan minimarket yang menyediakan tempat duduk gratis. Silvia menikmati es krimnya sambil melihat orang berlalu lalang di depannya.
Entah dosa apa yang telah dia lakukan dahulu sampai dia harus menerima hidup yang berat seperti ini. Rencananya untuk hamil justru bukan hal yang baik. Dia justru hidup semakin susah saja. Tetapi Silvia bukanlah fotokopi ibunya dulu yang menelantarkan dirinya sejak kecil.
Silvia sudah pernah merasakan betapa kejamnya kehidupan. Dia tidak mau anaknya menderita sepertinya. Meskipun dia nantinya bekerja tetapi dia tidak akan menelantarkan anaknya sendiri. Silvia sudah pernah merasakan betapa susahnya dia dahulu. Dia tidak mau anaknya nanti merasakan apa yang pernah dia rasakan dahulu.
"Kamu harus hidup lebih baik daripada diriku yang dulu, nak. Aku tidak akan menelantarkan mu,"ujar Silvia sambil mengelus-elus perutnya yang semakin membesar karena usia kandungannya yang sudah menginjak hampir delapan bulan.
"Tenang, sebentar lagi kita akan hidup berdua dan tidak akan lagi menyusahkan kehidupan paman dan juga bibimu,"kata Silvia memberikan semangat kepada dirinya sendiri dan juga bayi yang ada dalam kandungannya.
Mita calling
Handphone Silvia menunjukkan sebuah panggilan. Silvia segera menggeser tombol berwarna hijau.
"Halo, ta, ada apa kamu menelepon ku?"tanya Silvia setelah terdengar suara dari seberang sana.
"Halo, sayangku,"suara sapaan itu seketika membuat Silvia terkejut dan bangkit dari tempat dia duduk.
"Ka....ka..mu.."ujar Silvia tergagap. Dia tidak menyangka lelaki itu menemukan mita, sahabat baiknya. Lalu bagaimana kondisi Mita sekarang? Silvia menjadi cemas karena dia tahu betul orang seperti apa lelaki itu.
"Kenapa kamu tampak panik, sayang. Apakah kamu tidak merindukanku. Apakah kamu tidak merindukan malam-malam panas yang pernah kita lalui,"ujarnya menggoda Silvia yang saat ini sedang berjalan pulang kembali ke kediaman kakak tirinya.
"Ak...aku...mohon..lepaskan...aku,"pinta Silvia sambil menahan air matanya yang sebentar lagi akan tumpah. Silvia tampak ketakutan hanya dengan mendengar suara lelaki itu.
"Kamu sudah melanggar kontrak perjanjian kita, sayang. Bagaimana bisa kamu ingin aku lepaskan begitu saja, heh?"ujar lelaki itu dengan suaranya yang terdengar dingin.
Silvia memutuskan hubungan telepon tersebut karena begitu takutnya dia. Silvia segera masuk ke halaman rumah sang kakak tiri, Ranu Kuncoro. Silvia sempat curiga ada yang mengikuti dirinya sewaktu pulang dari minimarket. Tetapi dia tidak melihat siapapun berjalan di belakang dirinya.
Silvia menutup pintu pagar rumah minimalis dari sang kakak tiri. Dia bergegas masuk ke dalam rumah.
"Silvia."
"Eh, mbak..."Silvia seketika berhenti saking kagetnya melihat sang kakak ipar yang menyapanya. Silvia menghela napas panjang.
"Kamu kenapa, kok lari-lari kayak orang ketakutan saja,"tanya Risa melihat wajah sang adik ipar yang tampak panik.
"Ah, enggak ada apa-apa mbak, hanya saja takut di luar sepi,"jawab Silvia asal saja karena tidak ingin membuat kakak iparnya menjadi curiga kepadanya.
"Kamu habis dari mana memangnya, tadi bik nah bilang kamu keluar,"ujar Risa kembali.
"Iya, mbak, aku beli es krim di minimarket depan,"kata Silvia.
"Mana es krimnya?"tanya Risa karena melihat adik iparnya hanya pulang dengan tangan hampa. Silvia juga baru tersadar kalau dia kembali dari minimarket tanpa membawa es krim yang tadi dia makan di depan minimarket. Sepetinya es krimnya tertinggal di sana karena dia begitu panik dan buru-buru untuk pulang.
"Emm..sudah habis mbak,"ujar Silvia berbohong. Risa hanya menggelengkan kepalanya.
"Ya, sudah kamu tidur sana, sudah malam juga,"suruh Risa karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
"Iya, mbak, aku duluan ya, selamat malam,"pamit Silvia.
"Selamat malam juga, sil,"jawab Risa. Melihat kepergian Silvia membuat Risa hanya tersenyum kecil. Adik iparnya itu memang akhir-akhir ini sering bengong sendiri. Risa tahu sebenarnya Silvia keluar tadi juga hanya ingin menenangkan diri. Bik nah bilang kepadanya kalau Silvia diam-diam mendengarkan apa yang dikatakan olehnya dan juga suaminya. Dan bik nah juga bilang kalau raut wajah Silvia berubah sedih setelah mendengarnya.
Risa menghela napas panjang dan menutup pintu rumahnya kemudian beranjak ke kamar untuk beristirahat. Risa hanya berdoa semoga keluarga mereka selalu dalam kondisi yang baik-baik saja.
"Dia tinggal dengan saudara tirinya, bos. Kami sudah menemukan tempat tinggalnya."
"Bagus, cari waktu yang tepat dan segera selesaikan tugas kalian."
"Baik, bos."
Silvia, setelah ini kamu tidak akan bisa lari kemana-mana lagi.
***
Iklan Author
Budayakan klik tombol like dan tuliskan komentar kalian sebanyak-banyaknya. Karena komentar kalian adalah penyemangat bagi author.
Terimakasih 😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Prima (ig: primaromana3133)
Salam kenal…Nyicil like dulu , bacanya nanti ❤️
Ditunggu feedbacknya,,,mari saling dukung 🌹
2021-11-05
0
Nur Lizza
lanjut
2021-10-08
0
Rini Julianti
nungguin rania sm angga gede
2020-06-16
4