Awal

Latihan

Latihan

Latihan

Hanya itu yang di lakukan ke 3 sekolah untuk menyambut turnamen yang akan datang.

Menit demi menit.

Hari demi hari.

Minggu demi minggu.

Hingga tibalah di bulan September. Satu minggu sebelum turnamen di mulai. Tampak fisik para pemain SMA 70 sudah banyak berubah. Stamina, teknik, hingga ilmu-ilmu strategi sudah mereka dalami dalam dua bulan ini.

Terlihat dari wajah mereka ingin membalaskan dendamnya ke SMA Wismaraja. Sedangkan SMA Wismaraja juga tampak lebih siap memulai turnamen dengan pemain andalannya Chandra di tambah kiper baru mereka Alfian yang siap untuk mengalahkan SMA 70 nantinya.

"Wah Bang Ridwan kau tampak lebih ganteng dengan otot-ototmu." Ucap Leo yang memuji hasil jerih payah Ridwan selama 2 bulan ini. Bukan main-main, latihan itu benar-benar sangat berpengaruh.

"Hahaha biasa saja, tapi tetap saja aku selama ini jomblo." Sahut Ridwan dengan mengelus kepala belakangnya.

"Satu minggu lagi turnamen akan segara dimulai. Yah walaupun tidak seperti badan Wilson, tapi setidaknya kalian lebih berkembang dibandingkan diri kalian dua bulan yang lalu." Ucap Pak Danang memuji kerja keras anak asuhnya.

"Oke disini saya akan memberikan info tentang format turnamen antar sekolah nantinya. Turnamen akan di ikuti oleh 3 sekolah. Dua sekolah adalah peserta tetap turnamen ini, dan satu sekolah yaitu kita adalah tim tamu di turnamen ini. Jika dilihat dari sejarah turnamen mini ini juga pernah kedatangan tim tamu, jadi bukan kita tim tamu pertama yang mengikuti turnamen ini. Ini adalah edisi ke 34 Wismaraja sudah menjuarai turnamen ini sebanyak 21 kali dan Trisatya sudah memenangkan turnamen sebanyak 13 kali, tim tamu belum ada yang memenangkan turnamen ini." Jelasnya.

"Ngeri juga ya Wismaraja." Ucap Eril. Lebih dari setengah pertandingan itu mereka menangkan.

"Yah mereka sering mewakili kota untuk ikut di turnamen tingkat provinsi." Sahut Ridwan yang berada di samping Eril.

"Setiap sekolah akan memainkan 2 peratandingan. Yang menang akan mendapatkan 3 point dan yang kalah akan mendapatkan 0 point."

Saat Pak Danang menjelaskan tiba-tiba Ridwan menangkat tangannya dan mengajukan pertanyaan.

"Maaf Pak memotong. Bagaimana jika imbang?"

"Pertanyaan yang bagus Ridwan. Pertandingan yang hasilnya imbang dalam 90 menit akan ditentukan oleh adu pinalti. Tim yang menang adu pinalti akan mendapatkan 2 point sedangkan tim yang kalah di adu pinalti akan mendapatkan 1 point. Oh iya tidak ada babak extra time di turnamen mini ini. Jika imbang yah langsung adu pinalti." Sahut Pak Danang menjawab pertanyaan dari Ridwan.

"Bagaimana ada yang mau ditanyakan?" Pak Danang memberikan izin kepada anak asuhnya untuk bertanya.

Dan saat itu juga Al angkat tangan.

"Saya ingin tanya Pak. SMA Trisatya itu seperti apa pemain-pemainnya Pak?" Al menanyakan itu karena dia baru terjun di dunia sepak bola. Tentu saja dia penasaran dengan lawannya nanti. Terlebih lagi Trisatya merupakan peringkat ketiga di kota tahun lalu.

"Trisatya adalah Rival Wismaraja dari dulu. Dari olahraga dan juga pendidikan mereka selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik di Kota. Tapi dalam dua tahun ini Trisatya banyak yang menilai tertinggal jauh dari Wismaraja. Bahkan di tahun ini saya dengar semua anak kelas 3 mereka mengundurkan diri dari ekskul dan hanya 1 yang bertahan. Yah walaupun begitu mereka tetaplah sekolah unggulan kita tidak boleh meremehkannya." Sahut Pak Danang menjawab pertanyaan dari Al.

"Kalo tidak salah tim mereka dilatih alumni mereka yang baru lulus 2 tahun yang lalu." Doni menyambung perkataan dari Pak Danang.

"Serius? Siapa?" Beberapa pemain SMA 70 mulai menanyakan itu kepada Doni.

"Kalo tidak salah namanya Dimas." Sahut Doni.

"Owh aku tau. Dia adalah playmeker terbaik satu angkatan di atasku. Banyak yang ingin melihat Chandra dan Dimas untuk duel di lapangan. Tapi sayang banget saat Chandra masuk SMA si Dimas sudah lulus." Ridwan melanjutkan perkataan Doni.

"Dimas kah Chandra kah ayo kita kalahkan mereka nanti!" Pak Danang berbicara dengan suara yang lantang memberikan semangat kepada anak asuhnya.

......................

Turnamen sudah tiba. Tahun ini turnamen di selenggarakan di SMA Wismaraja. Tampak banyak kalangan yang menonton turnamen ini. Bisa di bilang turnamen mini ini yang paling bergengsi dibanding turnamen mini lainnya.

Pemain SMA 70 beserta Pak Danang dan Pak Edi duduk di kursi penonton yang sudah disediakan penonton menunggu giliran mereka yang bermain.

"Yah kita duduk disini terlebih dahulu. SMA Wismaraja melawan SMA Trisatya pertandingan pertama di turnamen ini. Kita akan bermain setelah ini menghadapi SMA Trisatya lalu penutup melawan Wismaraja." Ucap Pak Danang.

"Loh kiper Wismaraja tampak lain dari yang kita lawan kemarin." Doni melihat ke arah gawang Wismaraja yang di huni oleh kiper baru.

"Tampak lebih pendek dari kiper yang sebelumnya." Sahut Al. Tidak begitu jelas, namun Al masih bisa melihat perbedaannya.

Saat asik-asik melihat pertandingan. Tanpa mereka sadari bahwa Ferza dan Nando duduk tepat di samping rombongan SMA 70.

"Loh eh kalian anak SMA 70 to? Bang Fer liat mereka anak SMA 70 yang jadi tim tamu di turnamen ini." Ucap Nando sembari memberitahukan kepada Ferza bahwa mereka berada di dekat SMA 70.

Al melirik dua bocah sialan yang baru saja berbicara disebelah mereka, ingatan Al cukup tajam untuk mengingat bahwa dua orang ini adalah orang yang mereka temui di tempat gym kapan lalu, dan lagi Al tidak akan lupa karna menurut rumornya, salah satu pria itu adalah pemain yang jenius, yang katanya setara dengan Chandra. Sudah pasti, Al cukup tertarik.

"Sekolah lemah seperti kalian kenapa bisa diundang di turnamen seperti ini. Tampaknya Wismaraja dan Trisatya butuh bahan obok-obokan saat nanti di lapangan." Ferza meledek SMA 70, ekor matanya melirik penuh hinaan.

"Wih langsung diulti gak tuh." Sambung Nando, tak ingin kalah, Nando juga tertawa, matanya menyipit saat senyuman semakin lebar itu tampak.

"Hah siapa yang kau bilang lemah!" Eril tampak kesal dengan perkataan Ferza. Tangannya ia kepalkan erat, matanya menajam, kesal sekali rasanya.

"Eril Anggara pemain andalan SMA 70 pemain lemah seperti mu cuma bisa menjadi pemain andalan di sekolah yang lemah." Sahut Ferza, nadanya datar, pandangannya meremehkan, dia menghina Eril terang-terangan.

Bukan hanya membawa nama sekolah, Ferza jelas telah menghina personal Eril. Tampangnya yang sok rupawan, tatapan mata meremehkan, senyuman smirk yang menyebalkan, semua itu akhirnya mampu menyita segala kesabaran Eril.

Eril bukan pribadi yang pemarah, tapi kalau begini ceritanya, dia kan jadi ingin melayangkan satu pukulan setidaknya dikepala bocah itu.

Bukh!

Eril benar-benar melayangkan pukulannya, tak segan-segan dia juga mengeluarkan tenaganya.

Sayang, kepalan tangan itu tak sampai pada wajah rupawan Ferza. Tangan yang sudah menggenggam emosi dan amarah itu malah terkena kursi sandaran Ferza.

Sialnya, Ferza bisa menghindarinya dengan sempurna.

Tukh!

Satu tendangan Ferza balaskan, yang akhirnya terkena perut Eril. Sayangnya, refleks Eril belum bisa mengimbangi Ferza.

Ridwan dan Pak Danang melerai perkelahian tersebut. Pak Danang menarik Eril menjauh, begitu juga Ridwan yang menarik Ferza.

"Udah sana pergi kamu jangan berkelahi disini." Pak Danang meminta Ferza pergi.

Sontak seluruh penonton terpindah perhatiannya dari ke lapangan ke arah rombongan SMA 70.

"Ferza ... Jangan terlalu meremehkan lawanmu. Kuda hitam di pertandingan itu nyata!" Bisik Ridwan, ekor matanya melirik Ferza tajam. Cukup mengerikan, seolah menjabarkan rasa yang menantang, tidak biasanya sang kapten yang ramah bertindak begini.

Ferza menepis kasar tangan Ridwan meninggalkan rombongan SMA 70 ditempatnya.

Terpopuler

Comments

Zul Khaidir

Zul Khaidir

up

2023-01-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!