Suasana di aula semakin ramai setelah Pak Danang mengumumkan akan menghadapi Runner Up kota tahun lalu. Pak Danang meminta agar semua murid tenang dan melanjutkan pengumumannya.
"Pertandingan uji coba ini bukan pertandingan uji coba biasa, Pak Erwin selaku pelatih SMA Wismaraja akan menyeleksi kita apakah kita layak ikut turnamen antar sekolah SMA Wismaraja dan SMA Trisatya sebagai tim tamu. Beliau berkata kita tidak perlu menang yang penting bisa memberikan perlawanan maka kita akan di undang dalam turnamen antar sekolah itu."
Mendengar itu para murid anggota Ekskul sepak bola semakin senang, SMA Wismaraja dan SMA Trisatya adalah rival abadi di kota ini kedua sekolah ini selalu berada di 3 besar kota setiap tahunnya. Tidak hanya di sepak bola, kedua sekolah ini juga unggul dalam bidang olahraga lainnya.
Ketika semua anggota pada heboh, ada dua orang yang cuma termenung dan diam mendengar pengumuman itu, mereka adalah Rizki dan Doni murid yang berasal dari SMP yang sama yaitu SMP Tunas Pelita. Rizki yang biasanya tengil dan heboh mendadak menjadi kalem di aula saat itu.
"Don, di SMA Wismaraja bukannya itu sekolahnya...?" Belum selesai berbicara, ucapan Riski terhenti.
Al yang sedang bersemangat menegur Riski yang kebetulan sudah menjadi teman kelasnya.
"Liat Ki, kita akan lawan juara 2 turnamen tahun lalu. Bayangin jika kau mencetak hatrick di pertandingan itu."
"Apa kau bodoh? Lawan kita SMA Wismaraja, salah satu muridnya menjadi pemain terbaik SMA tahun lalu."
Bukannya senang, Riski malah sedikit meninggikan suaranya pada Al. Padahal Al hanya menyapa, selain mereka sekelas mereka juga satu ekskul sekarang.
Mendengar teriakan Riski tiba-tiba suasana yang tadi heboh seketika hening. Eril selaku wakil kapten juga harus ikut campur.
"Apa yang kau maksud itu adalah Chandra?" Tanya Eril.
"Ya, terlebih lagi dia adalah abang kelas kami saat SMP." Sahut Riski dengan nada rendah.
"Dia adalah pemain yang berbahaya jika kita tidak menerapkan strategi yang bagus kita akan di kalahkan dengan telak." Doni pun ikut berbicara pada saat itu.
Pak Danang melihat para muridnya yang takut langsung memotivasi mereka.
"Kalian takut? Kalian takut karna dia adalah pemain terbaik di kota? Riski, Doni kalian takut karena dia adalah abang kelas kalian saat SMP? Apakah kalian lupa dengan tujuan kalian sebelumnya? Bagaimana kita ingin menembus 4 besar kota jika mental kalian saja lemah seperti ini. Ingat dia cuma pemain terbaik di kota. Bukan pemain terbaik di dunia." Tegas Pak Danang dengan suara lantang.
"Jika dia adalah pemain terbaik di kota, maka aku akan menjadi kiper terbaik nasional nantinya. Riski Ronaldo katanya hobinya Hatrick tapi mental ciut, cuih lemah. Sambutlah sang pahlawan baru Oliver Al Kahn!" Al langsung memotong perkataan Pak Danang dengan tujuan memotivasi Riski dan lainnya.
"Ya benar ini hanya pertandingan uji coba buat apa kita takut?" Lanjut Ridwan yang ikut memotivasi.
"Yang penting kita hanya perlu latihan latihan latihan. Baiklah sampai disini saja pengumuman ini silahkan kembali istirahat. Pulang sekolah nanti kita akan latihan, waktu uji coba akan diadakan 3 hari lagi di sekolah Wismaraja. Saya harap kalian mempersiapkan diri." Pak Danang pun meninggalkan aula setelah memberi tahukan jadwal uji cobanya. Begitu juga para murid lainnya juga ikut meninggalkan aula.
......................
Jam menunjukan pukul 3 sore menandakan seluruh murid SMA 70 untuk pulang. Al dan Riski langsung pergi bersama ke lapangan latihan, di tengah perjalanan mereka bertemu dengan Doni. Al yang masih penasaran dengan Chandra pun menanyakan kepada mereka berdua.
"Chandra itu seperti apa orangnga?" Tanya Al sedikit penasaran.
"Dia adalah pemain yang berbahaya walaupun posisinya di gelandang tengah tapi shooting dan dribblenya sangat berbahaya apalagi umpannya." Sahut Doni menjawab pertanyaan dari Al.
Al kembali menanyakan tentang Chandra kepada mereka.
"Dia kelas 11 atau kelas 12?"
"11 tapi setau ku ada anak kelas 12 yang berasal dari SMP kami. Aku sempat bermain setahun dengannya tapi tidak dengan Riski karna posisi abang itu adalah Striker sama seperti Riski." Jelas Doni.
"Oh jadi kau pernah jadi pemain cadangan, Ki?" Sindir Al, tatapan matanya yang di dukung dengan Ekspresi wajahnya, jelas itu sebuah wajah mengejek yang menyebalkan, kadang Riski ingin memukul kepala teman seperjuangannya ini.
"Berisik! mending kau siap-siap mental sebelum di bobol 10 gol oleh dua orang itu." Sahut Riski dengan kesal.
Al sebenarnya juga ada rasa takut tapi dia sembunyikan dan tidak memperlihatkannya kepada Riski dan Doni. Saat asik-asiknya membahas Chandra mereka akhirnya sampai ke lapangan bola untuk latihan.
Melihat semua sudah berkumpul, Pak Danang memberikan intruksi untuk latihan.
"Baiklah semua sudah berkumpul kan? Silahkan kalian pemanasan terlebih dahulu habis itu langsung latihan umpan shoot dribble dan latihan kerja sama antar tim kalian paham?"
"Siap paham!" Sontak seluruh murid menjawab dengan lantang
"Yang berposisi striker dan kiper silahkan latihan berpasangan." Tambah Pak Danang. Tujuan Pak Danang memasangkan striker dan kiper karena dua posisi ini sering berhadapan saat pertandingan. Dengan latihan ini bisa meningkatkan akurasi shoot dari striker dan juga meningkatkan reflek dari kiper.
Riski yang merupakan striker kelas 10 datang ke tempat Al. Begitu juga dengan Bara dan Adit yang merupakan striker dan kiper dari kelas 11, Eril juga ikut dalam latihan ini walaupun posisinya sebagai penyerang sayap kanan Eril memiliki akurasi shoot yang setara dengan striker dan juga Eril bisa berposisi di striker.
Latihan berlangsung selama 2 jam. Setelah lama latihan waktu menunjukan pukul 5 sore sudah waktunya untuk pulang dari latihan Ekskul. Pak Danang selaku pelatih membubarkan latihan dan menyuruh muridnya untuk pulang dan berisitirahat.
"Baiklah semuanya pulang ya jangan ada yang mampir ke warnet."
"Baik pak." Sontak seluruh murid menjawab dengan serentak
"Akhirnya pulang juga badan ku sakit-sakit dari tadi lompat. Hei Al ayo pulang bareng kita searah, kan?" Ajak Adit kepada Al
"Ayo." Al menerima ajakan Adit buat pulang bareng
Saat di perjalanan Adit berbicara kepada Al bahwa posisi dia sebenarnya saat tahun lalu.
"Menjadi kiper sangat berat ya, ketika kalah kiper di salahkan tapi ketika menang malah di lupakan. Aku lebih suka posisi asli ku saat tahun lalu di gelandang bertahan. Tapi saat melihat Doni yang dari SMP unggulan berada di posisi yang sama dengan ku, aku ragu mendapatkan tempat di tim. Yah walaupun di kiper pasti kau yang akan menjadi kiper utama Al bukan aku."
Mendengar perkataan Adit Al tiba-tiba kepikiran, bagaimana jika dia hanya jadi beban tim di pertandingan.
Yah itulah kiper seribu penyelamatan bisa di lupakan dengan satu kesalahan fatal. Batin Al di dalam hati.
Ketika menemui persimpangan jalan, Al dan Adit yang berjalan beriringan harus berpisah karna dari sini arah rumah mereka sudah berbeda.
"Al rumah ku dari sini belok ke kanan kita akan berpisah, oke sampai jumpa besok." Adit pun pergi dengan melambaikan tangan.
Al melambaikan tangan kepada Adit. Al masih memikirkan resiko dari posisi kiper sampai tidak sengaja menyenggol gadis di jalan.
"Sorry aku gak sengaja."
"Yah gak apa-apa." jawab gadis itu, suaranya rendah.
Al kaget.
Al tau persis suara ini. Suara ini seperti suara Fania, cewek yang di idamkan Al dari SMP.
"Kayak suara Fania?" Begitulah kata Al di dalam hati.
Gadis itu berbalik.
Deg.
Sepersekian detik kemudian Aku terdiam, bagai kaki yang ditahan magnet, bibirnya kelu seolah ujung lidahnya tertahan.
Dugaannya benar.
Gadis yang dia impikan menggandeng tangannya dengan status resmi pacaran, kini berdiri di hadapannya sekarang.
Al pikir mimpi?
Oh? Atau ini benar-benar hanya mimpi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Note_D
lanjut
2023-01-01
0
Buana Lukman
bagus
2022-12-26
1