Awal kebangkitan

Sesampainya di sekolah. Al dan Wawan masuk ke kelas. Kelas tampak sepi, di dalam hanya ada Ica sendirian disana. Tanpa menghiraukan Ica, mereka berdua duduk di tempat masing-masing.

Ica tampak sedang menulis surat. Setelah selesai menulis surat. Ica memberikan surat itu kepada Al.

"Anu Al."

"Hm." Sahut Al sambil menoleh ke arah Ica.

"Ini ada surat untuk tolong di baca." Ica memberi surat itu kepada Al lalu pergi. Seperti biasa sifatnya yang lugu dan polos membuat Ica tidak berani untuk berbicara lebih lama dengan Al.

"Wah hoki sekali dirimu gak bisa sama Fania sama cewek imut kayak Ica pun jadilah ya." Ledek Wawan.

Al tidak menghiraukan perkataan temannya itu. Ia hanya memandangi surat pemberian Ica yang belum ia buka. Setelah melihat Fania di tembak oleh Chandra. Al tampak ragu untuk membuka surat dari Ica. Jelas dia masih mencintai Fania.

Kira-kira apa isinya ya.

Batin Al. Dia penasaran dengan isi suratnya ingin membukanya tapi rasa ragu menghantuinya. Dia pun mencoba membuka surat itu. Tangannya dengan gemetaran ingin membuka stiker berbentuk hati yang menutup isi surat itu.

Ketika ia hampir membuka surat itu. Pak Danang muncul dari balik pintu kelas. Melihat adanya Pak Danang, Al menunda niatnya untuk membuka surat dari Ica.

"Nah kebetulan kamu ada disini Al. Ayo ikutin saya." Ajak Pak Danang.

Tanpa berpikir panjang Al pergi mengikuti Pak Danang. Dia menyimpan surat pemberian Ica barusan, dia simpan dengan niat akan dia baca nanti.

......................

Mereka sampai ke gedung olahraga. Tampak disana ada Ridwan yang juga sedang menunggu.

"Baiklah terima kasih sudah meluangkan waktu kalian kemari. Turnamen antar sekolah antara SMA Wismaraja, Trisatya dan SMA kita akan dilaksanakan bulan 9 nanti, setelah itu turnamen resmi tingkat Kota akan di laksanakan bulan 11 nanti. Itu artinya dalam waktu 2 bulan kalian akan menghadapi 2 SMA yang berada di peringkat 3 besar kota ini."

"Anu Pak jika Wismaraja peringkat kedua dan Trisatya peringkat ketiga siapakah sekolah yang di peringkat pertama?" Tanya Al, dia sebelumnya tidak tertarik dengan hal ini, tapi karna dia sekarang bagian dari klub, dia jadi ikut penasaran.

"SMA 48. Mereka satu-satunya sekolah negeri yang lolos ke semi final tahun lalu. Di tim nya terdapat striker mematikan lebih sangar dari Wilson." Jawab Pak Danang.

Mendengar hal itu Al hanya terdiam. Lebih mengerikan dari Wilson katanya?

"Yah kita kesampingkan soal itu. Ada yang ingin saya katakan. Buat kalian bertambah kuat kalian bisa datang kemari." Lanjut Pak Danang sambil memberikan alamat Gym kepada Ridwan dan Al.

"Gym?" Tanya Ridwan.

"Yah, itu adalah Gym milik teman saya. Kalian di perbolehkan latihan fisik secara gratis disana. Jangan lupa beri tahu kepada yang lain ya. Sekarang kalian boleh kembali ke kelas masing-masing." Sahut Pak Danang.

"Baiklah Pak." Al dan Ridwan meninggalkan tempat lalu pergi ke kelas masing-masing.

......................

Ketika pulang sekolah. Ridwan mengajak yang lainnya pergi ke tempat Gym yang di tunjuk oleh Pak Danang. Tampak semua murid berantusias untuk meningkatkan fisik mereka.

"Aku seumur hidup belum pernah ke Gym. Kalo kau Riski Doni kalian kan dari SMP elite apakah pernah ke Gym?" Tanya Leo.

"Pernah pas SMP. Ekskul kami menyediakan fasilitas Gym di sekolah." Sahut Riski.

"Wahh seriusan? Jadi iri." Tanya Leo kembali.

"Ya karena itu juga bang Wilson badannya jadi kayak titan."

"Hahaha disini kau berani meledeknya tapi di depannya kau ketakutan." Ledek Eril dengan tertawa. Sepertinya Riski bertemu dengan abang kelas yang sifatnya sama dengannya.

"Ha? Gak ada aku takut tuh sama Wilson."

"Afah iyah? Saat mau bertanding saja tanganmu tremor seperti bayi yang ketakutan loh."

Ketika Eril dan Riski sedang asik-asiknya bergelud. Tiba-tiba langkah kaki Ridwan terhenti karena melihat sosok dua pemuda yang akan berjalan ke arah mereka. Ridwan yang saat itu berjalan di barisan terdepan mendadak berhenti dan membuat semua pasukannya juga ikut berhenti.

"Oi Wan kenapa kau berhenti?" Tanya Eril dengan rasa sedikit penasaran.

Ridwan hanya terdiam. Melihat dua pemuda itu yang semakin dekat dengan mereka.

Tanpa jawaban dari Ridwan, Eril pun tau alasan kenapa Ridwan terhenti dan terdiam secara tiba-tiba.

Dua pemuda itu hanya berjalan melewati rombongan ekskul sepak bola SMA 70. Walaupun tidak bertutur sapa, sontak pemain SMA 70 melirik kedua pria itu.

Al yang baru terjun ke dunia ekskul sepak bola tidak tau siapa itu dan mulai menanyakannya kepada Adit yang berada di sampingnya.

"Dit siapa itu kenapa kapten dan yang lainnya memandang mereka terus?" Tanya Al dengan rasa penasaran. Terlukis di wajah Al dia sangat penasaran siapa dua pemuda itu.

"Dia adalah Ferza striker yang mengalahkan Chandra dari Wismaraja di final tahun lalu."

Mendengar hal itu Al teringat akan perkataan Pak Danang. Ya itu adalah striker dari SMA 48 top skor Kota tahun lalu.

Jadi itu orangnya.

Batin Al.

Wah, pemain yang lebih hebat dari Chandra? Serius? Chandra saja sudah seperti orang gila, lantas bagaimana dengan Ferza?

Menyadari bahwa mereka di perhatiin oleh sekelompok anak SMA. Dua pemuda itu mencoba membicarakannya.

"Mereka pasti memperhatikanmu Bang Fer."

"Diamlah Nando."

"Wah aku pengen sepopuler dirimu."

Ferza sosok pria dengan tinggi 180 CM. Walaupun sedikit lebih pendek dan lebih kecil dari Wilson. Ferza adalah striker mematikan di kota ini.

Setelah Ferza dan Nando sudah jauh. Ridwan mengajak rekan-rekannya untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan mereka yaitu Gym temannya Pak Danang.

"Oi sudah-sudah memerhatikannya ayo kita ke Gym untuk mengalahkan dia. Tujuan kita melatih fisik buat itu kan?"

"Ki ... Jangan bilang kau takut melihat Ferza barusan kan?" Eril kembali meledek Riski. Benar-benar deh senior tengil satu ini.

"Matamu. Seorang Riski gak pernah ada rasa takut." Sahut Riski.

"Bacot lu."

"Sudah-sudah ayo kita pergi." Ajak Ridwan sambil menarik baju Eril yang mulai menunjukan sikap tengilnya ke para juniornya.

"Koyak nanti woi jangan narek-narek."

"Makanya ayo." Sahut Ridwan dengan ekspresi seram.

Eril hanya diam dan jalan tanpa bersuara. Walaupun tengil ke juniornya tetapi Eril ini sangat patuh kepada kaptennya ya.

...----------------...

Mereka sampai ke Gym yang di tuju.

Telihat pria tua yang berotot sedang menunggu mereka, pria tua tersebut ternyata temannya Pak Danang pemilik Gym ini. Pria tua itu antusias menyambut mereka.

"Rame juga ya. Ada berapa orang?" Tanya pria itu.

"20 Pak." Sahut Ridwan mewakili rekan-rekannya.

"Yasudah ayo masuk gunakan saja alatnya sesuka kalian."

Mereka masuk ke dalam Gym itu. Tampak banyak sekali alat-alat olahraga di dalam.

"Wah banyak sekali." Ucap Leo sedikit terpukau.

"Ok sekarang ayo kita latih fisik kita buat ngalahin musuh kita nanti. Disinilah awal kebangkitan kita." Seru Ridwan memotivasi rekannya agar menjadi lebih kuat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!