...****************...
Teriakan penonton terpecah setelah gol Wilson. Para pemain Wismaraja berbondong-bondong mendekati Chandra.
"Oi pendek. Umpan mu sangat bagus." Ucap Wilson memuji Chandra.
*puk
"Lompatan mu juga ngeri titan hahaha." Chandra membalas ejekan Wilson sambil mebenepuk bahunya. Memang, terkadang mulut Chandra ini benar-benar deh. Bayangkan sekesal apa Wilson sekarang?
"Cih... Untung saja menang. Tapi walaupun menang tantangan mu ke dia ... " Belum selesai berbicara Chandra memotong perkataan Wilson.
"Aku tidak pedulikan tantangannya. Aku hanya ingin mematahkan semangatnya dan juga aku iri jika kalah dengan bocah seperti dia. Lagi pula pertarungan udara itu adalah keunggulan mu Son." Sahut pemuda dengan tinggi 169CM itu.
Benar.
Chandra tidak setinggi itu, dia bahkan memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari Al, tapi meski begitu, dia memiliki bakat yang luar biasa bukan?
Tinggi badan, bukanlah penghalang untuk Chandra, dia sudah berdamai dengan satu kekurangannya itu. Chandra bahkan berhasil menutupinya dengan sempurna, dengan segala bakat yang selama ini dia asah.
Tapi bagaimana soal tantangannya?
Chandra mengesampingkan soal itu lebih dulu, yang paling penting untuknya sekarang adalah mental Al yang terpuruk, Chandra benci kalah dari bocah songong seperti Al. Makanya, apapun yang terjadi Chandra harus menang dari Al.
................
Sementara itu para pemain SMA 70 hanya terdiam. Mereka seperti patah semangat setelah dihancurkan Wismaraja di 10 menit terakhir pertandingan.
Padahal jelas-jelas awal hingga pertengahan mereka unggul dengan sempurna, tapi hanya karna masuknya satu pemain jenius itu, dampaknya benar-benar luar biasa.
Chandra pemain gila yang bisa membalikkan keadaan hanya dalam sepuluh menit terakhir. Tau kan? Setinggi apa Chandra di mata Tim SMA 70?
Mengerikan!
Siapa orang gila yang bisa membalikkan pertandingan sepak bola di sepuluh menit terakhir? Tidak berlebihan jika mengatakan Chandra pemain jenius kan?
Ridwan Eril Ilham dan para pemain kelas 3 lainnya mencoba menenangin adik kelas mereka. Mental mereka yang sudah dewasa, mereka yang bisa menjadi contoh dan panutan untuk para adik kelasnya. Walau meski, bagi mereka juga tidak mudah kan untuk menerima kekalahan itu?
Mereka nyaris menang loh.
Tidak mudah menerima fakta saat nyaris menang, tapi pada akhirnya kalah? Sangat menyakitkan.
Ridwan menghampiri Al yang sedang terkapar di rumput lapangan. Al sendiri sedang bertarung dengan pikirannya, pemikiran aneh dan menyebalkan berkecamuk dikepalanya.
"Hei Al ayo kita pergi." Ajak Ridwan.
Mendengar ada suara Ridwan. Al pun bangun, ia mencoba berdiri dan pergi ke bench pemain SMA 70. Di tengah perjalanan Al bertanya sesuatu kepada Ridwan.
"Kapten. Apakah aku beban di pertandingan kali ini?" Tanya Al dengan nada yang rendah. Dia menunduk, tangannya masih mengepal, suaranya parau. Ah?
Ridwan tersentak halus. Dia tau bahwa adik kelasnya ini terpukul, tapi Ridwan tidak tau bahwa Al sampai memikirkannya sejauh itu, Al yang biasanya cukup percaya diri pada skill dan fokusnya, kini merasa dirinya sendiri beban. Mungkinkah tujuan utama Chandra mematahkan mental Al benar-benar terwujud?
"Tidak, jika tidak ada kau mungkin kita kalah lebih dari ini." Jawab Ridwan dengan tatapan menenangkan, dia menepuk pundak adik kelasnya lagi, memberikan semangat dan percaya diri agar mental Al tidak jatuh sejatuh-jatuhnya.
"Kau sudah bermain sangat bagus, percayalah. Setiap ada kemenangan maka ada kekalahan, mungkin hari ini kita orang tidak beruntung yang kalah itu, tapi bukan berarti kita ini pecundang kan? Kita sudah berusaha loh." Tambah Ridwan lagi, kali ini dia berbicara sebagai kapten bukan hanya untuk menenangkan Al, melainkan menenangkan seluruh anggota timnya.
Ridwan itu sang kapten, kan?
Tidak lama kemudian mereka sampai ke bench pemain yang sudah di tunggu Pak Danang dan pemain lainnya.
*prok prok prok
Pak Danang dan para pemain cadangan bertepuk tangan kepada 11 pemain yang bertanding di lapangan. Walau kalah, mereka di apresiasi layaknya seorang pahlawan yang baru pulang dari Medan Perang.
"Selamat. Walaupun kalian kalah, saya suka dengan permainan kalian. Ini hanya pertandingan persahabatan saja. Jadi cukup menangisnya, simpan air mata kalian untuk turnamen resmi nantinya." Ucap Pak Danang guna membangun semangat dari para pemainnya.
"Tapi, kalah tetaplah kalah Pak. Pecundang tetaplah pecundang." Riski menjawab, tapi dia tidak melihat ke arah pak Danang, dia hanya menunduk merutuki hatinya yang dongkol sendiri. Kemenangan ada di depan mata, dia nyaris memenangkan pertandingan itu. Riski nyaris menang dari Wilson, tapi pemuda narsis penuh semangat itu harus menelan kembali kekalahan pahit atas kakak kelasnya saat SMP dulu.
"Lantas kenapa? Kalau memang kau tidak suka kalah, maka menanglah di pertandingan kedepannya. Menyebalkan bukan kalau kalah? Benar, yang berhak tertawa adalah sang pemenang, kalau mau tertawa ... menanglah."
Semua murid terdiam, termasuk Ridwan yang biasanya bijak.
Riski menatap Pak Danang, tatapan aneh yang sulit dijelaskan dengan kata-kata, tapi kata-kata itu memiliki makna sendiri untuk Al.
"..."
Hening.
"Baiklah sekarang kalian perengangan terlebih dahulu setelah itu ke ruang ganti klub dan kita bersiap-siap untuk pulang." Tambah Pak Danang, dia menarik sudut bibirnya. Sepertinya pelatih kita yang satu ini tidak membenci kekalahan barusan, mungkin ada sesuatu yang dia rencanakan?
"Siap Pak." Sontak seluruh pemain.
Pak Danang pergi dari lapangan.
"Ahh kaki ku sakit." Ucap Eril.
"Gila striker Wismaraja yang gede itu. Saat Bang Ridwan menjaga Chandra aku kesulitan menjaga dia sendirian." Ucap Leo.
"Dia hanya menang besar badan." Sahut Ridwan menjawab perkataan Leo.
"Chandra lebih mengerikan, jika Wilson kita bisa menghentikannya dengan kekuatan fisik. Tetapi Chandra kita harus mempelajari tekniknya untuk menghentikannya." Lanjut Ridwan. Seakan memuji permainan Chandra.
"Ya kamu benar Ridwan." Ucap Pak Danang yang ternyata tidak pergi ke ruang ganti pemain. Dia cukup khawatir dengan mental pemainnya maka dari itu dia memantau anak asuhnya melakukan peregangan secara diam-diam.
"Kalian bisa membatasi pergerakan Wilson dalam 80 menit pertandingan sebelum Chandra masuk. Tetapi setelah Chandra masuk hanya 10 menit kalian di comeback dengan memalukan. Tapi kalian membatasi pergerakan Wilson dengan menggunakan 2 pemain. Jika ingin menghentikan Wilson hanya dengan 1 pemain kalian harus melatih kekuatan fisik kalian. Berbeda dengan Chandra, dia seperti Iniesta saat masih muda. Control bola, drible itu adalah senjatanya. Jika ingin mengalahkan teknik kalian harus menggunakan teknik untuk menghentikannya." Lanjut Pak Danang.
Pemain SMA 70 tampaknya mulai mengerti kata Pak Danang dan Ridwan barusan. Di tengah diskusi tersebut. Al mengangkat tangannya dan mulai menanyakan sesuatu kepada Pak Danang.
"Apakah itu artinya kita harus menjadi lebih kuat?"
"Ya, untuk mengalahkan yang kuat maka jadilah lebih kuat. Kekalahan kali ini jadikanlah pemicu agar kalian menjadi lebih kuat!" Tegas Pak Danang.
Setelah mendengar perkataan Pak Danang, tampak para pemain SMA 70 mulai semangat. Mereka ingin bertambah kuat agar bisa mengalahkan si pemain jenius Chandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Zul Khaidir
up
2023-01-03
0
Note_D
next thor
2023-01-03
0
Buana Lukman
bagus
2023-01-03
1