Football : Gold Generation!

Football : Gold Generation!

Masuk sekolah

"Pritt ... prittt ... pritt!!"

Peluit akhir pertandingan di bunyikan, skor akhir menunjukan timnas Indonesia unggul 2-1 atas timnas Kuwait.

Seruan penonton di stadion GBK sangat bergema hingga terdengar sampai keluar, begitupun dengan seluruh pecinta sepak bola di Indonesia yg berteriak karna Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026 di Amerika.

Kebahagiaan pun juga mewarnai wajah para pemain, senyuman merekah, bersama dengan air mata haru yang tumpah. Tangis haru memecah ditengah lapangan berwarna hijau.

Pelukan hangat kekeluargaan, saling merangkul mengangkat lelah yang akhirnya berbuah juga, kemenangan yang dinanti nyatanya dapat dinikmati.

"Yeah, akhirnya kita lolos piala dunia!" Teriak Al, kiper muda asal Indonesia, berusia 21 tahun.

"Akhirnya kita lolos ke piala dunia ya." ucap Menteri pemuda dan olahraga saat itu. Wajahnya bangga, bahkan matanya sulit menahan bulir haru yang nyaris jatuh. Mata yang menyimpan kenangan perjalanan panjang menuju dititik ini.

"Alhamdulillah pak karna tahun ini sepak bola kita berada di generasi emas, anak berbakat dipenjuru negri terkumpul di satu kesatuan Timnas kebanggaan kita, Generasi emas timnas Indonesia." ucap ketua umum PSSI, tak kalah haru, wajahnya juga sama bangganya.

Kedua pria tua itu menatap kembali para pemain yang ada di lapangan, pandangan mereka arahkan satu persatu ke para pemain.

Fokusnya jatuh pada Al, kiper asal timnas Indonesia yang kini membawa bendera merah putih berjalan ditengah lapangan dengan bangga. Bendera merah putih yang berkibar dengan lantang, seolah mengatakan pada dunia, mereka akan datang.

"Generasi emas, harapan ada pada kalian. Enam tahun yang tidak mudah untuk kita semua."

6 Tahun lalu ...

...****...

"Dring! dring!"

Mendengar suara alarm tersebut Al terbangun dari tidurnya. Matanya dia pejamkan beberapa kali lagi, untuk memperjelas pandangannya.

"Ahh sudah pagi." Al bangun, tangannya refleks langsung mematikan Alarm di ponselnya yang cukup berisik.

Libur lulus SMP selama sebulan tidak terasa, padahal Al ingin libur lebih lama lagi. Langkah kaki ia ambil untuk memulai aktifitas hari ini, hari dimana sudah masuk sekolah.

Hari ini adalah hari pertama Al masuk sekolah di SMA Negri 70 Batam.

Namanya Alfein, Pemuda usia 15 tahun, tahun ini masuk kelas 10, memiliki tinggi 177 cm, hobi bermain musik, keahlian drum. Satu kata untuk kesimpulan dari wajahnya, tampan.

Waktu sudah menunjukan pukul 6 pagi, Al dengan pakaian putih abu abu pergi meninggalkan rumah ke halte bus untuk pergi ke sekolah.

..........

Al sampai di sekolah, gerbang sekolah masih terbuka, artinya pemuda itu tidak terlambat.

Agak jauh darinya, tampak seorang pria yang tinggi, Al seperti mengenalnya, pria itu tampak familiar.

Agak dekat Al berjalan dia jadi sadar, itu adalah Wawan, teman Al sejak dia SMP. Mereka memang sepakat untuk masuk di SMA yang sama, SMA Negri 70 Batam ini.

Sepertinya hari pertama Al tidak terlalu buruk karna saat masuk gerbang, dia sudah bisa melihat Wawan berdiri disana.

Bukh!

"Woi, sendirian aja?" Al menepuk pundak Wan, merangkul pria itu layaknya sahabat karib.

"Asem buat kaget aja lu." Wan mengusap dadanya, jantungnya mau marah dikagetkan begitu saja.

"Masih pagi udah nonton anime aja." Al melihat ponsel Wan yang sedang menampilkan layar animasi bergerak dengan suara khas anime Jepang.

"Aku bosan makanya nonton anime, eh btw kau mau masuk ekskul apa disekolah ini? kan gak ada ekskul Drum band yang kau ikutin pas SMP?" Tanya Wan sedikit penasaran, pasalnya teman seperjuangannya ini dulu hanya mengikuti kegiatan drumband, kalau tidak ada ekskul drumband, dia mau apa? Gak ikut ekskul nilainya bisa kurang.

"Ntahlah aku juga gak tau, kalo kau Wan mau masuk ekskul apa?" Al menghela napasnya, ini juga salah satu masalah yang sejak kemarin Al pikirkan.

"Hmm  Ekskul bahasa Jepang." Jawabnya, sambil memasang muka sombong, memang sih ekskul itu agak sulit.

"Dasar wibu akut. Mau heran tapi itu Wan." sudah Al duga sih kalau Wan akan memilih ekskul ini. Soalnya terlihat jelas bahwa Wan memang lebih minat dalam belajar bahasa Jepang.

Tiba-tiba bel sekolah  berbunyi dan kepala sekolah meminta muridnya ke Aula untuk perkenalan lingkungan sekolah.

Semuanya diminta berbaris rapi, termasuk Al dan Wan yang juga berbaris.

Pria tua, dengan seragam khas guru maju ke atas podium, tangannya memegang sebuah mic, untuk mengeraskan suara agar sampai di telinga para murid baru ini bahkan sampai yang paling ujung.

"Selamat datang di SMA Negeri 70 Batam, perkenalkan nama bapak Lukman Fathir bapak adalah kepala sekolah disini selama 3 tahun kedepan!"

Saat kepala sekolah sedang berpidato, fokus Al teralih pada hal lain.

Ia melirik satu persatu para gadis yang berbaris agak jauh darinya, matanya ia fokuskan untuk mencari keberadaan gadis itu. Seseorang yang cukup berharga untuknya.

'Ah tidak ada dia disini ternyata aku di kibulin."

ucap Al dalam hati. Sedikit kecewa, Al kembali memfokuskan diri pada pidato sang kepala sekolah.

Setelah Pidato yang panjang dari sang kepala sekolah, sekarang giliran pendaftaran Ekskul.

Selebaran daftar ekstrakurikuler yang ada dibagikan oleh para kakak kelas. Al berjalan sembari membaca setiap ekstrakurikuler yang ada, tidak ada yang menarik perhatiannya, ia langsung membuang kertas itu ke lantai.

Al pergi meninggalkan Aula sambil mencari udara segar.

Di waktu yang sama Pak Danang guru olahraga sekaligus pelatih ekskul sepak bola berbicara menggunakan Mic.

"Untuk para murid baru, siapa yang berminat ikut ekskul sepak bola silahkan datang ke lapangan sekarang."

Al tidak peduli tentang pengumuman itu karna dia tidak memiliki skill dalam sepak bola. Menurutnya ikut ekskul itu tanpa bakat dan intuisi sama dengan buang-buang waktu.

"Ahh andai aja aku jago main bola aku pasti akan masuk ke ekskul sepak bola."

Al sebenarnya suka menonton sepak bola, hanya saja dia tidak pandai dalam bidang itu, sulit untuknya.

...........

Di lapangan sekolah yang dipenuhi rumput hijau, anak-anak yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola sedang berkumpul untuk berlatih bersama.

Pak Danang berdiri di depan barisan anak-anak. Beliau sebagai guru pembimbing ekstrakurikuler sepak bola memberi arahan untuk para muridnya.

"Baiklah buat anak kelas 1 silahkan perkenalkan diri kalian" Perintah Pak Danang, dia menatap barisan anak kelas satu disana.

"Baiklah aku duluan." Seorang pemuda yang agak tinggi mengangkat tangannya. "Perkenalkan nama ku Rizki Syaiful, posisi ku adalah striker hobi ku adalah mencetak Hatrick aku adalah alumni SMP Tunas Pelita salam kenal semuanya."

Sangat percaya diri, adalah kesimpulan dari wajah cerah pemuda ini.

"Aku Doni posisi gelandang bertahan, aku berasal dari SMP yang sama dengan Rizki, SMP Tunas Pelita." Timpal satu pemuda lagi, pemuda yang masih memakai topi sekolah itu.

Di ikuti perkenalan para anak kelas 1 lainnya secara satu persatu, memperkenalkan nama, asal sekolah, dan posisi mereka ketika ada di SMP. Dari wajah mereka yang penuh senyuman, jelas mereka mencintai bola.

*puk!

Satu tepuk tangan mengalihkan setiap pandangan anak kelas satu yang semuanya sudah selesai memperkenalkan diri. Mereka menatap pemuda yang tinggi, dengan wajah berwibawa, kharisma bak pemimpin sudah terasa hanya dari ekspresinya saja.

"Baiklah nama saya Ridwan, posisi bek, saya adalah kapten di ekskul sepak bola ini." Pemuda itu memperkenalkan dirinya, dia adalah Kapten Ridwan.

"Seperti yang kalian tau sekolah ini minim prestasi dalam sepak bola bahkan lolos ke tingkat provinsi saja kita susah. Prestasi terbaik yang pernah sekolah ini capai hanyalah babak 8 besar kota. Oleh karena itu mohon kerja samanya agar kita mencetak rekor baru untuk mengharumkan nama sekolah ini." Lanjutnya lagi, sedikit menjelaskan soal latar belakang ekstrakurikuler sepak bola di sekolah ini.

"Tenang saja kapten selagi ada Rizki Ronaldo kita pasti akan juara di tingkat kota!" Ujar Rizki dengan sombongnya, barangkali memang begitu sifat anaknya.

..........

"Permisi Pak?"

Ridwan, sang ketua ekskul sepak bola menemui Pak Danang. Bukan inisiatif Ridwan untuk datang, tapi Pak Danang sendiri yang memanggilnya tadi.

"Ya Ridwan silahkan duduk."

Ridwan duduk, dia menatap Pak Danang yang juga tampak serius. "Ada apa Pak?"

" Kita kekurangan kiper, kiper utama kita tahun lalu adalah anak kelas 3 dan sudah lulus dari sekolah ini, para anak kelas 1 juga tidak ada yg berposisi menjadi kiper. Apakah ada anak kelas 2 atau kelas 3 yang bisa menjadi kiper menurut kamu?"

"Ada pak, anak kelas 2 si Adit tapi untuk turnamen kita perlu minimal 2 kiper buat cadangan."

"Saya kasih kamu tugas, cari anak kelas 1 yang tinggi biar saya yang latih dia menjadi kiper."

"Baiklah pak."

.........

Kondisi di lapangan masih ramai, anak-anak yang mengikuti sesi latihan sedang berlatih, dengan pengawasan Ridwan sang kapten, juga Pak Danang sang guru pembimbing.

Fokus Ridwan dan Pak Danang ada pada dua bocah disana yang sedang asik sendiri melakukan latihan shooting. Dia adalah Rizki dan Doni, dua bocah dari SMP yang sama, tengah berlatih bersama. Pak Danang menaruh sebagian perhatian pada Rizki, kepercayaan diri yang besar dari Rizki sejak perkenalan tadi juga berdasarkan kemampuan yang lumayan, harusnya begitu kan?

"Don!  jaga ya ini biar ku shot!" ucap Rizki sambil melakukan shooting keras, tendangan yang menghasilkan kecepatan bola yang cukup kuat.

Tapi sayang, diluar prediksi bola itu melenceng dan malah mengarah ke seorang gadis yang sedang berjalan tak jauh dari lapangan.

"Awas!"

Melihat hal itu Al yang berada tepat satu meter di belakangnya lari ke arah bola dan menangkisnya.

"Kyaaa!!" teriak gadis itu sambil melindungi kepala dengan tangannya , menutup mata karena ketakutan.

Betapa kagetnya gadis itu saat bola kuat yang di tendang Rizki tidak mengenainya, dia  mencoba membuka matanya pelan-pelan, ternyata bola tersebut sudah di tangkap oleh Al.

"Ah?" Pak Danang tersentak halus, tampaknya dia menemukan sesuatu yang menarik sekarang.

Terpopuler

Comments

Buana Lukman

Buana Lukman

up bagus ceritanya

2022-12-26

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!