Saat di ruang ganti setelah mendengar motivasi dari Pak Danang. Semua pemain SMA 70 tampak mulai melupakan kekalahan mereka atas Wismaraja. Tidak lama kemudian, Pak Erwin pelatih Wismaraja mendatangi mereka.
"Halo semua. Gimana masih pegal? Terima kasih atas permainan yang cukup menghibur tadi, kalian benar-benar luar biasa. Sebagai janji saya kepada Pak Danang. Saya akan mengundang kalian ikut dalam pertandingan antar sekolah. Ini hanya turnamen kecil yang hanya di ikuti Wismaraja dan Trisatya. Agar semakin menarik kalian kami undang untuk ikut ke dalam turnamen tersebut." Ucap pria berusia 48 tahun itu, Farid wajahnya sudah tampak, mungkin karna dia olahragawan, tubuhnya masih tegap gagah.
Mendengar perkataan Pak Erwin, sontak seluruh pemain SMA 70 mulai ribut membicarakan hal itu. Ini sebuah pencapaian kan?
"Wah keren kita akan menghadapi 2 sekolah yang berada di 3 besar tahun lalu." Ucap Leo. Pemuda satu ini tampak antusias untuk menghadapi tim kuat.
"Liat aja kau David akan ku balas kau." Ucap Eril. Tampaknya Eril masih kesal dengan David yang merebut bola mereka sebelum gol kedua Chandra tercipta. Persaingan jelas terlihat dimatanya.
*prok prok prok
Pak Danang menepuk tanganya mengisyaratkan kepada anak asuhnya untuk diam, tenang dan kembali mendengarkan perkataan Pak Erwin dengan seksama.
"Diam dulu kita dengarkan dulu perkataan dari Coach Erwin." Peringat Pak Danang.
"Terima kasih Pak. Saya lanjut ya, turnamen akan di selenggarakan bulan september nanti. Kalian masih ada waktu setidaknya 2 bulan untuk bersiap. Untuk format turnamen, akan saya infokan kepada Coach Danang nanti. Segitu saja dari saya. Silahkan istirahat, jika ingin menikmati fasilitas sekolah kami saya persilahkan. Kalo begitu saya pergi dulu. Pastikan kalian merasa menyenangkan selama ada disini." Ucap Pak Erwin sembari meninggalkan ruang ganti SMA 70. Dia tersenyum, layaknya orang dewasa yang pandai mengatur ekspresi.
"Oke ... Dalam waktu 2 bulan kita akan bertambah kuat. Tidak lebih kuat dari Wilson dan Chandra tidak masalah. Yang penting harus lebih kuat dari sekarang. Kalian paham semuanya?" Tegas Pak Danang, beliau mencoba memotivasi para muridnya yang tadi nyaris kehilangan semangat karna kalah dalam pertandingan.
"Siap paham." Sontak seluruh pemain menjawab. Mereka cukup bersemangat, mengingat mereka akan bermain dalam sebuah turnamen, walau bukan turnamen besar tidak masalah.
"Baiklah kalian istirahat 15 menit setelah itu kita pulang." Perintah Pak Danang.
Semua murid mulai merapikan barang, atau makan bahkan ada yang masih melompat-lompat seperti Riski, memang stamina anak ini harus diakui.
Ada sebagian lagi yang keluar untuk mencari angin segar, contohnya Al, dia pergi keluar setelah mendapatkan izin dari sang coach.
......................
Saat mencari udara segar di sekolah Wismaraja. Al tidak sengaja melihat Fania yang sedang berjalan. Melihat gadis yang dia sukai dari SMP ia mencoba mengikuti diam-diam kemanapun Fania pergi.
Al terus melangkah, secara perlahan, tanpa ketahuan, mencoba mengikuti langkah kemana sang gadis impian pergi.
Pada akhirnya Fania berhenti di suatu tempat. Betapa kagetnya Al melihat ada Chandra disana. Al tampak kesal karena tujuannya mencari angin segar malah melihat gadis yang dia sukai berduaan dengan rival barunya. Kekesalan Al bertambah ketika melihat Fania memberikan minum kepada Chandra.
Sialan harusnya aku yang kau beri minum.
Batin Al. Dadanya panas, kekesalan memenuhi hatinya, matanya tak mau berpaling walau dia tau pemandangan ini sangat menyakitkan untuknya.
Al berjalan mendekat, tanpa ketahuan, mencari posisi dimana dia bisa berdiri agar telinganya sampai mendengar obrolan dua orang itu.
Mereka terlihat tertawa bersama. Senyuman merekah di wajah cantik Fania, rambutnya tergerai sempurna terhempas angin, ia sangat cantik.
Tidak berlebihan jika mengatakan sembilan dari sepuluh orang mungkin akan jatuh cinta pada gadis ini saat melihatnya pertama kali.
Dan mungkin saja salah satu pria itu adalah dia--Chandra, pemain jenius dari SMA Wismaraja. Tatapan Chandra serius, lekuk senyuman Fania seperti magnet di matanya, yang membuat Chandra sulit mengalihkan pandangannya.
Mereka mengobrol biasa. Sampai pada akhirnya Al mendengar sesuatu dari mulutnya Chandra. Kalimat yang membuat Al ingin melemparkan barang apa saja yang ada di depannya.
"Fan, aku mau ngomong sesuatu jujur. Sebenarnya dari awal kita ketemu, aku tuh udah suka sama kamu."
Chandra menatap Fania, tangannya menggenggam erat tangan putih gadis itu, matanya menjelaskan segalanya.
Chandra serius.
Telinga Al panas mendengar hal itu. Seolah jutaan jarum menusuk hatinya secara bersamaan. Kekecewaan karena kekalahan belum pulih total, kini Al harus mendengar pahitnya realita gadis yang dia cintai akan resmi jadian dengan orang lain? Dan itupun dengan Chandra sang rival baru yang tadi sudah dengan puas membantai Al di pertandingan dalam lapangan.
Muak.
Al pergi dari sana, dia tidak tertarik mendengar jawaban Fania lagi, sudah jelas kan? Fania akan menerimanya, mengingat selama Al tau, Fania dan Chandra itu sangat dekat. Lihat kan? Bahkan Fania sampai membawakan minum khusus untuk Chandra.
Cukup sampai disini saja. Al tidak akan bisa jika harus mendengar Fania mengatakan iya sambil mengangguk tersenyum.
Al pergi, dengan suasana hati yang cukup buruk.
"..." Hening.
Fania masih diam, dia belum menjawab apa-apa lagi, tapi matanya masih menatap Chandra, dia juga tak ingin mengalihkan pandangannya.
"Fan? Aku nunggu loh, kalau kamu butuh waktu aku bisa kasih waktu. Kamu gak perlu jawab sekarang." Lanjut Chandra lagi, dengan senyuman tipisnya.
"Maaf.... aku nggak mau kita pacaran, dan jangan pernah bahas ini lagi." Tegas Fania, matanya tidak bergetar, dia yakin pada jawabannya, tanpa ragu Fania menolak cinta Chandra tanpa perlu waktu untuk berpikir lagi.
"Aku duluan ya."
Fania bangkit berdiri, dia pergi meninggalkan Chandra yang termenung sendiri. Chandra masih mematung, dia tidak percaya bahwa Fania akan menolaknya. Padahal dia sangat yakin Fania akan mengatakan iya, tapi dengan tegas Fania mengatakan tidak?
......................
Keesokan harinya.
Seperti biasa Al pergi ke halte bus dia menunggu bus dengan wajah murung. Tampaknya pemuda satu ini belum move on tentang Fania dan Chandra. Dia dikalahkan Chandra dua kali berturut turut. Kalah dalam sepak bola dan juga kalah dalam cinta.
Sekian lama menunggu. Bus yang di tunggu Al sudah datang. Ia pun menaiki bus tersebut. Setelah menaiki bus, Al melihat Wawan yang kebetulan berada di dalam bus.
Al menghampiri temannya--Wawan yang duduk dengan headset yang terpasang sempurna di telinganya, dengan menatap ponsel yang menampilkan layar anime khas Jepang.
"Oi geser dikit." Al menarik satu kabel headset itu, meminta temannya untuk memberikan dia tempat duduk.
"Gimana hasil pertandingan kalian kemarin?" Tanya Wawan sembari bergeser tempat duduk. Dia mematikan ponselnya.
"Kalah ... kami kalah, mereka jago." Sahut Al.
"Wismaraja itu sekolahnya Fania kan? Cewek yang kau idamkan itu." Tanya Wan kembali. Dari seluruh orang yang ada hanya Wawan yang mengetahui bahwa Al menyukai Fania.
"Ya. Tapi itu dulu. Sebelum dia berpacaran dengan yang lain."
"Eh serius dia pacaran dengan yang lain?"
"Ya aku melihatnya sendiri dengan mata kepalaku."
"Wah ada yang galau nih. Ya udah, karna aku baik, nanti aku traktir makan di kantin oke? Mau apa?" Ucap Wawan mencoba menyemangati temannya yang sedang terpuruk. Patah hati memang menyebalkan.
"Wah serius? 10 gorengan ya." Al menjawab dengan senang. Ya iyalah siapa juga yang gak senang ditraktir. Makanan gratis memang yang terbaik.
"Woi ngotak dong. Jadi nyesel nawarin gitu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Zul Khaidir
up up
2023-01-05
0