BAB 9

Pemakaman Elite San Diego Hills terpampang luas di depan mata Bethran Markes. Setelah mendengar cerita dari Frans Dowell dan menerima apartemen secara cuma-cuma dari Katrina, pria itu segera mengunjungi makam wanita itu.

Bethran berurai air mata saat berdiri tepat di makam tersebut. Pria itu tidak bisa menahan kesedihannya atas kematian Katrina yang sangat tragis tersebut.

"Aku datang Kate. Aku minta maaf karena baru mengunjungimu setelah bertahun-tahun. Kau pasti sangat menderita Kate. Aku pikir, akulah orang yang paling menderita karena harus menjalani hukuman juga harus kehilangan keluargaku sendiri. Tapi ternyata aku salah, Rafael Widjaja lebih kejam padamu."

Bethran menghapus air matanya, "kau sangat baik, kau tahu aku pasti kebingungan mencari tempat tinggal. Walaupun aku telah bersalah padamu, kau masih memikirkan aku. Pertemuan singkat kita tidak membuatmu melupakan aku. Terima kasih atas apartemen yang kau berikan padaku Kate."

"Jika kau ingin aku berubah menjadi lebih baik, aku tidak bisa. Aku akan membalas perbuatan Rafael dan Delia kepada kita. Aku akan menghancurkan kebahagiaan mereka. Jika kita menderita, maka mereka juga harus menderita. Hanya itulah yang bisa aku lakukan untuk membalas kebaikanmu Kate," ucap Bethran geram.

Setelah mengatakan banyak hal di depan makam Katrina, Bethran pun meninggalkan pemakaman itu dengan rasa kebencian terhadap keluarga Rafael. Ia menaiki taksi yang masih menunggunya menuju apartemen Katrina yang sekarang menjadi miliknya. Selain apartemen, Frans Dowell juga sangat baik memberinya uang tunai 10 juta sebagai modal ia untuk hidup baru. Tapi Bethran justru akan membalaskan dendam Katrina Dowell, ia tidak akan membiarkan Katrina mati dengan sia sia.

 *****

Seminggu kemudian...

Firdaus kembali ke Indonesia, pria itu berubah menjadi dewasa dan sangat tampan. Hartanto dan Helena yang menjemputnya di bandara. Helena memeluknya dengan sangat erat, selama putranya berada di luar negeri, Helena tidak bisa mengunjungi Firdaus di Amerika. Bukan karena tidak ingin tapi putranya melarangnya dengan alasan yang tidak bisa dijelaskan.

"Bagaimana kabarmu nak?" tanya Hartanto setelah mereka berada di dalam mobil.

"Sangat baik pi, bagaimana papi dan mama?" tanya Firdaus kembali.

"Kami sangat baik nak," jawab Hartanto.

"Kakakmu menunggumu bertahun tahun. Ia selalu menanyakan kapan kau kembali nak," sahut Helena.

"Aku pikir ia sangat membenciku," ujar Firdaus.

"Rafael sudah memaafkanmu, ia bahkan sangat ingin kau segera membantunya untuk mengurus perusahaan," jawab Hartanto.

Helena mengangguk agar putranya percaya dengan ucapan suaminya.

Firdaus memalingkan wajahnya menatap keluar jendela mobil. Ia menggertakkan giginya saat mengingat bagaimana Rafael mempermalukannya di depan orang banyak.

"Memaafkanku? Bukankah ia yang seharusnya minta maaf? Aku tidak akan pernah melupakan kejadian itu. Aku akan membalas semua perbuatannya," pikir Firdaus.

Firdaus kembali melihat ibunya, "aku bersyukur jika ia sudah memaafkanku," jawabnya pura-pura.

"Mama berharap kita bisa menjadi keluarga yang harmonis. Lupakan masa lalu, kita harus melihat ke depan."

Firdaus menyeringai.

Setelah melewati jalan yang penuh sesak, mereka pun sampai di rumah besar Widjaja. Sudah hampir 7 tahun ia tidak menginjakkan kakinya di rumah tersebut.

Ketiganya segera masuk ke dalam rumah, di sanalah Rafael sudah menunggu kedatangannya. Melihat Firdaus masuk, sontak Rafael merentangkan kedua tangan untuk memeluknya. Firdaus menghentikan langkahnya seraya menatap Rafael dengan tajam.

"Ciiiih... kau hanya berpura-pura baik saja. Kau pikir aku akan menerimamu sebagai kakakku, itu tidak akan pernah terjadi," pikir Firdaus.

Hartanto menepuk pundak Firdaus, "ia sangat menantikan hari ini Firdaus."

Firdaus membuyarkan lamunannya, ia kembali melanjutkan langkahnya mendekati Rafael. Sontak keduanya pun saling berpelukan.

"Kau terlihat semakin hebat, Firdaus," ucap Rafael.

"Dan kau terlihat semakin tua kak," ejek Firdaus.

Rafael sontak melepaskan tawanya.

"Untuk itulah aku membutuhkanmu, aku ingin kau membantu kakak yang semakin tua ini untuk menangani perusahaan," ucap Rafael.

"Tenang saja, kali ini aku tidak akan melakukan kesalahan seperti dulu lagi."

"Aku percaya padamu."

"Berhentilah membahas perusahaan, Firdaus mungkin lelah, biarkan ia beristirahat terlebih dahulu," ucap Hartanto.

"Baiklah, aku tidak akan menahanmu lebih lama lagi. Aku bahkan harus kembali bekerja sekarang, aku benar benar menyempatkan diri kesini untuk menyambut kedatanganmu," jawab Rafael.

"Lebih baik kau makan siang dulu Raf," ujar Helena.

"Terima kasih ma, tapi aku benar benar harus kembali sekarang. Firdaus, aku tunggu kedatanganmu segera ke perusahaan."

"Aku bahkan siap datang besok," jawab Firdaus.

"Bagus... Pi, ma... aku pergi dulu," ujar Rafael seraya berpamitan pada mereka.

"Aku bahkan akan mengambil alih perusahaan dan menendangmu dari sana. Menjijikan sekali saat aku harus memanggilmu kakak," pikir Firdaus sambil menatap punggung Rafael.

*****

Cristina kembali melemparkan mainan yang ada di depannya. Ia sangat marah hari ini. Selama satu minggu ia ingin bersama maminya, tapi Delia benar benar sangat sibuk.

"Ya Tuhan Cristin, nenek bingung kamu mau apa lagi," gerutu Emili, "mainanmu semua rusak kan?" imbuhnya.

"Itin au mami," rengek Cristina.

"Mami sibuk sayang, kan ada nenek di sini."

"No... no... no... Itin angen mami," teriak Cristina sambil histeris.

Emili tak tahu lagi harus bagaimana menenangkan cucunya, memang akhir-akhir ini Delia sangat sibuk mempersiapkan magangnya.

Derry kembali bersama Bastian, mendengar teriakan Cristina sontak mereka menghampirinya.

"Ssstttt... Cristin... kakak bawakan mainan baru untukmu, lihatlah," ujar Bastian sambil duduk di depan adiknya.

Seketika Cristina menghentikan tangisannya.

"Kalian sudah pulang?" tanya Emili.

Derry menganggukkan kepalanya, "kenapa dengan Cristin bu?"

"Ia merindukan Delia."

"Ya Tuhan, kasihan sekali."

"Nenek dan kakek tenang saja, Tian bisa menenangkannya," ucap Bastian.

"Anak pintar, tapi lebih baik kau ganti pakaian dulu sayang. Biar nenek bantu."

Bastian menggelengkan kepalanya, "nanti saja nek."

Emili dan Derry hanya bisa tersenyum melihat kedewasaan cucunya. Cristina benar benar bisa diam, balita tersebut langsung bermain dengan kakaknya yang baru saja pulang dari sekolah.

*****

Delia sangat kesal dengan teman kelompoknya, tugas yang seharusnya sudah selesai malah harus diulang karena kecerobohan salah satunya membasahi buku tugas itu dengan kopi.

"Kau menyebalkan sekali Kai," gerutu Delia.

"Jangan marah Del, tenangkan dirimu," pinta Daniel.

"Bagaimana aku bisa tenang, harusnya ini sudah selesai. Kita harus mengulangnya lagi. Dan lebih bodohnya lagi flashdisknya tertinggal di rumah," ujar Delia kesal.

"Aku minta maaf Del, aku tidak sengaja. Aku akan kembali mengambil flashdisknya," jawab Kairo menyesal.

"Kau gila, waktu tinggal satu jam lagi. Kau mengambil flashdisk ke rumahmu saja hampir dua jam, kau kembali kemari dua jam, total empat jam. Kau ingin kita menyerahkan tugas ini jam 7 malam. Kau kira dosen kita ayahmu sendiri."

Kairo menghela nafasnya karena menyesal. Benar kata Delia, mereka tak punya waktu lagi.

"Lalu bagaimana Del?" tanya Daniel.

"Aku akan mengetiknya ulang. Bantu aku membacanya Dan," pinta Delia, "dan kau menjauhlah dariku Kai, sebelum aku memakanmu," ancamnya.

Seketika Kairo menjauhi mereka, Delia mulai fokus pada laptopnya. Untung saja Delia memang sangat cepat saat mengetik. Melihat wajah cantik Delia yang sedang serius, membuat Daniel berkali-kali tidak fokus. Delia kembali kesal dibuatnya. Namun setelah setengah jam, akhirnya Delia mampu menyelesaikannya.

Delia menyimpannya dalam flashdisk lalu menyerahkannya pada Kairo lagi.

"Cepatlah kau print ini Kai, kita punya waktu 10 menit lagi," perintah Delia.

"Baik, aku akan segera kembali dalam 10 menit," jawab Kairo seraya meninggalkan Delia dan Daniel.

"Apa kau lapar?" tanya Daniel setelah Kairo pergi.

"Tidak ada waktu untuk makan Dan."

"Kita masih punya waktu. Atau begini saja, aku akan membelikanmu sesuatu sambil menunggu Kairo kembali."

"Baiklah, terima kasih Dan."

Daniel hanya mengangguk seraya pergi untuk membelikan makanan untuk Delia.

*****

Presentasi kelompok Delia akhirnya membuahkan hasil. Perjuangan Delia untuk mengulang mengerjakan tugas itu tidak sia-sia, mereka akhirnya mendapatkan nilai A+ dari dosen yang terkenal sangat pelit nilai.

Setelah kuliahnya selesai, Delia melihat ponselnya. Tidak ada panggilan dari Rafael, tapi justru ada panggilan tak terjawab dari ibunya. Seketika Delia menghubungi ibunya balik. Emili hanya memberitahu jika Cristina hari ini begitu rewel karena merindukannya. Delia sangat menyesal karena akhir akhir ini kurang memperhatikan anak anaknya.

"Kau kenapa?" tanya Daniel.

"Putriku hari ini rewel. Aku harus segera pulang."

"Biar aku antar.'

"Terima kasih Dan, tapi sepertinya itu tidak perlu, suamiku sudah menjemputku."

Daniel mengikuti tatapan Delia seraya menghela nafas panjang. Tidak ada kesempatan sama sekali untuknya. Delia berpamitan pada Daniel seraya menghampiri suaminya.

Delia memeluk Rafael, "aku sangat merindukanmu sayang."

"Apalagi denganku, sangat sangat merindukanmu sayang,' jawab Rafael.

"Bagaimana kau bisa menjemputku? Bukankah kau sangat sibuk," tanya Delia.

Rafael mengangguk, "aku dari rumah papi, Firdaus sudah sampai di rumah. Aku memang sangat sibuk sayang, tapi aku tak bisa menahan rinduku. Dan kita tidak pulang dulu, aku akan mengajakmu ke kantor. Aku masih ada pekerjaan tapi aku ingin kau menemaniku disana."

"Syukurlah jika Firdaus sudah pulang. Lalu bagaimana anak anak sayang?"

"Kita pulang juga mereka sudah tidur kan?" kata Rafael.

"Kau benar. Tapi Cristin hari ini sangat rewel."

"Kita akan segera pulang setelah pekerjaanku selesai. Jarak ke perusahaan lebih dekat dari pada pulang ke rumah. Temani aku sebentar saja," pinta Rafael.

Delia pun akhirnya menganggukkan kepalanya, ia masuk ke dalam mobil Rafael. Keduanya segera meninggalkan kampus menuju perusahaan.

*****

Happy Reading All...

Terpopuler

Comments

Rika Martini

Rika Martini

visualnya cocok thor 😁👍

2021-07-27

0

Yen Margaret Purba

Yen Margaret Purba

si firdaus ini g tau aja dia g ada darah widjaja dlm tubuh nya itu..
ckckckxkxkxkkkk
kucing kurep,
di amrik cm belajar bisnis instant yah hancur lah bisnis nya. ,

2020-10-28

2

Meidy Mangalengkang

Meidy Mangalengkang

sangat coxok

2020-07-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!