BAB 4

Sesampainya di rumah...

Rafael dan Delia segera membawa anak anak ke kamar mereka lalu menidurkannya di tempat tidur. Setelah itu, keduanya keluar dari kamar tersebut.

"Lebih baik kita makan malam terlebih dahulu, lalu baru bicara," ucap Rafael.

"Aku kehilangan selera makan, aku rasa sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Aku lelah, aku ingin tidur," jawab Delia seraya melangkahkan kakinya.

Seketika Rafael menahan tangannya, "kau harus makan."

Delia melepaskan tangan suaminya, wanita itu justru melanjutkan langkahnya menuju kamar tanpa memperdulikan Rafael. Sontak saja Rafael mengejar istrinya ke kamar.

"Mengapa kau begitu keras kepala Delia?"

"Aku benar benar lelah, aku sudah tidak ada tenaga lagi untuk berdebat denganmu."

"Ya Tuhan... aku mengatakan ini demi kebaikan rumah tangga kita."

"Kebaikan rumah tangga kita? Jadi kau tetap mempertahankan pendapatmu, jika aku nanti akan berselingkuh dengan Daniel. Jadi kau hanya ingin aku berteman dengan seorang wanita saja. Aku tidak diberi kepercayaan sama sekali olehmu?"

"Bukan seperti itu. Tapi baru satu hari kalian kenal saja, ia sudah berani mengantarmu. Lalu bagaimana jika sudah sebulan, setahun? Seperti apa hubungan kalian?"

"Rafael Widjaja berhentilah berpikiran yang tidak-tidak, aku sama sekali tidak ada niat untuk berselingkuh. Aku melanjutkan kuliahku untuk mencari ilmu bukannya yang kau pikirkan itu. Kau tega sekali menuduhku seperti itu."

"Apa aku sejak tadi menuduhmu? Apa sejak tadi mengatakan kau akan berselingkuh? Delia, walaupun kau ibu dari dua anak, tapi kau tetap polos. Kau mungkin tidak tahu, apakah pria itu tulus berteman denganmu atau ia memiliki maksud lain. Aku sejak tadi mengkhawatirkan pria itu."

"Apa bedanya dengan menuduhku Raf? Jika kau percaya pada istrimu, kau tidak mungkin punya ketakutan seperti itu."

"Ya Tuhan... mengertilah, aku hanya takut..."

"Stop it... aku benar benar lelah."

Delia segera naik ke ranjangnya, wanita itu tanpa membersihkan diri, tanpa makan, tanpa mengganti pakaiannya langsung masuk ke dalam selimutnya. Emosi Rafael pun semakin tidak terbendung lagi. Demi menghindari keributan yang semakin besar, Rafael pun meninggalkan kamarnya.

*****

Keesokan harinya...

Delia terbangun lebih pagi, namun tak menemukan Rafael di sampingnya. Ia bertanya tanya dalam hati kemana suaminya pergi, setelah perdebatan mereka semalam.

"Bukankah ia akan berangkat ke China? Tak mungkin ia pergi tanpa berpamitan denganku?" pikir Delia.

Delia pun akhirnya beranjak dari tempat tidurnya, ia segera keluar dari kamar untuk mencari keberadaan suaminya. Delia bernafas lega karena Rafael sedang duduk di ruang keluarga.

"Kau akhirnya bangun, aku akan berangkat ke China sekarang. Aku tak bisa mengantarmu, lebih baik kau bawa mobil sendiri," ujar Rafael.

Delia menghampiri suaminya, "apa kau masih marah padaku?" tanya Delia.

Rafael menggelengkan kepalanya, pria itu beranjak dari tempat duduknya.

"Aku harus berangkat sekarang. Baik baiklah di rumah, dan jaga anak anak," ucap Rafael.

Delia menganggukkan kepalanya. Rafael pun menarik kopernya untuk keluar dari rumah. Pria itu bahkan tak menoleh lagi, kebiasaannya mencium kening Delia pun hari ini tak dilakukan. Seketika Delia mengejar Rafael keluar rumah.

"Suamiku, kau hati hati," ucap Delia.

Rafael menolehkan kepalanya, senyum pun tak ada sama sekali. Pria itu justru langsung masuk ke dalam mobilnya. Ia meninggalkan Delia begitu saja. Delia menghela nafasnya, dengan perasaan sedih wanita itu kembali masuk ke dalam.

*****

 

Seminggu telah berlalu, Rafael masih juga belum kembali. Pria itu hanya menghubungi Delia sesekali namun hanya menanyakan kabar anak anaknya. Pria itu sama sekali tak pernah bertanya tentangnya.

Kemarahan dan sikap Rafael itu membuat Delia semakin kesal. Ia sangat merindukan suaminya, namun ia juga sama keras kepala. Ia tak ingin lebih dulu mengatakan perasaannya.

Untuk melupakan pikirannya pada Rafael. Delia menyibukkan diri dengan tugas tugas kampus. Ia juga sibuk mempersiapkan tempat magangnya. Karena kesibukannya itu, ia pun terpaksa terus menitipkan anak anaknya pada Hartanto dan Helena.

Keesokan harinya...

Delia terkejut saat melihat surat kabar, di sana terdapat foto Rafael Widjaja bersama seorang wanita memasuki kamar hotel di China. Tertulis di sana dengan jelas "seorang pengusaha sukses akhirnya berselingkuh di negara lain."

Seketika Delia membelalakkan matanya, hatinya sangat sakit. Di saat ia begitu merindukan suaminya, ia justru melihat gosip seperti itu. Air matanya tak bisa lagi tertahan, tangannya gemetaran sambil kembali membaca surat kabar tersebut.

Ponsel Delia berdering, Rafael lah yang menghubunginya. Seketika Delia menjawabnya.

"Delia..."

"Apa maksud semua ini Raf? Apa kau balas dendam karena aku berteman dengan seorang pria? Tapi aku bahkan..." ucap Delia sambil terisak.

"Hentikan sayang, aku tidak seperti itu. Jangan percaya surat kabar itu, itu sama sekali tidak benar. Wanita itu rekan bisnisku, aku membawanya ke hotel karena memang kami meeting disana. Percayalah padaku, aku tidak melakukan apapun sayang," ujar Rafael.

Delia terus menangis, rasa sakit hatinya begitu luar biasa.

"Delia... dengarkan aku. Lusa aku akan kembali. Sementara ini Jodhi sedang menangani media dan mencari tahu tentang surat kabar tersebut. Selama dua hari ini, kau tetaplah berada di rumah. Sayang, kau dengarkan?"

Karena hatinya semakin sakit, Delia justru menutup teleponnya. Ia pun menangis semakin keras. Untung saja tidak ada anak anak di rumah.

Telepon rumah terus berbunyi, ponselnya pun terus berdering. Rafael kembali menghubunginya namun Delia tak ingin berbicara. Dan mungkin mertuanya yang menelepon rumah karena mengkhawatirkannya.

Ponsel Delia terus berdering, kali ini wanita itu terkejut karena Emili lah yang menghubunginya. Seketika Delia mengangkatnya lalu menangis semakin keras.

"Ibu sudah tahu kabarnya, ini tidak benar kan Del? Kami sangat mengkhawatirkanmu," ucap Emili.

"Delia tidak tahu bu, Rafael masih di China. Delia takut semua ini benar," jawab Delia di sela isakannya.

"Dengarkan ayah Delia, ayah yakin Rafael tidak seperti itu. Lebih baik kau tunggu kepulangan suamimu. Kalian harus membicarakannya dengan baik," ucap Derry.

"Delia tidak tahu yah, Delia..."

Delia tak kuasa menahan tangisannya, ia bahkan tak mampu berbicara.

"Kami akan segera ke Jakarta, kami juga mengkhawatirkan cucu cucu kami. Delia, ibu harap kau bisa tenang dan bisa menghadapi masalah ini dengan kepala dingin. Jangan percaya orang lain, percayalah pada suamimu."

Delia menganggukkan kepalanya walaupun orang tuanya tidak bisa melihatnya. Panggilan itu pun diputuskan.

*****

Karena urusan di kampus sangat mendesak, Delia tetap memaksakan diri untuk kuliah. Daniel yang tahu siapa suami Delia, menunggu kedatangan Delia di pintu masuk kampus. Saat Delia terlihat di sana, seketika Daniel menghampiri wanita itu sambil menutupi kepala Delia dengan jaketnya.

"Apa yang kau lakukan Dan?"

"Aku sudah melihat kabar itu, kau tidak mau orang lain tahu jika istri Rafael Widjaja kuliah di sini kan?"

"Mungkin mereka sudah banyak yang tahu, foto kami sering ada di majalah."

"Tapi mungkin saja mereka belum menyadarinya Del. Untuk apa kau datang ke kampus setelah ada masalah seperti itu?"

"Urusan tempat magangku belum selesai. Aku juga tak tahu harus berbuat apa di rumah."

"Apa suamimu sudah menjelaskannya?"

"Itu urusanku Dan."

"Aku hanya ingin membantumu."

"Hentikan, kau membuatku semakin pusing. Biarkan urusan rumah tanggaku menjadi urusan kami. Aku percaya pada suamiku."

"Tapi wajahmu mengatakan sebaliknya Del."

"Daniel..."

"Oh baiklah, aku akan berhenti."

"Singkirkan jaketmu," pinta Delia.

Daniel pun mengikuti permintaan Delia, mereka segera menuju ke ruangan kelas.

"Kita bahas soal magang, apa kau sudah menemukan tempat magangnya?" tanya Daniel.

Delia menggelengkan kepalanya.

"Bagaimana jika kau magang di firma hukum ayahku saja?" tanya Daniel.

"Ayahmu punya firma hukum? Ia seorang pengacara?"

"Ia bukan lagi pengacara, kini ia hanya mengelola sebuah perusahaan di bidang hukum saja."

"Apa aku bisa magang di sana?"

"Tentu saja. Perusahaan hukum manapun akan menerima mahasiswi cerdas sepertimu Del. Aku justru berharap kau bisa menerima penawaranku."

"Akan aku pikirkan."

"Mengapa masih berpikir?"

"Aku takut Rafael salah paham lagi tentangmu. Walaupun saat ini aku begitu kesal padanya karena masalah gosip perselingkuhannya, tapi aku tidak ingin menambah masalah yang lebih rumit lagi," pikir Delia.

"Delia..."

"Tolong beri aku waktu untuk memutuskannya Dan. Aku juga harus minta izin pada suamiku."

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu."

"Terima kasih pengertiannya. Aku akan segera memberimu jawaban. Aku sangat berterima kasih karena kau memberiku solusi tentang ini. Tapi..."

"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, aku akan berusaha mengerti. Delia, jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa mengatakannya padaku. Jika masalah rumah tanggamu juga sulit, aku bersedia menjadi teman curhatmu. Katakan saja tanpa ragu padaku, aku akan berusaha membantumu," ujar Daniel.

"Terima kasih Dan, kau memang orang baik."

"Berhentilah berterima kasih, bukankah aku sudah bilang kita berteman."

Delia menganggukkan kepalanya.

*****

Happy Reading All...

Terpopuler

Comments

Rika Martini

Rika Martini

merasa sama2 paling benar 🤦‍♀️

2021-07-27

0

Eno Mcf

Eno Mcf

cuma salah paham kan Thor jgn ada pelakor atw pebinor

2020-03-15

4

Murwa Malefy

Murwa Malefy

Iya thor bikin delia sadar Klo dia jg salah.. Jgn pisahkan Mereka thor

2020-03-03

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!