BAB 11

Sejak kejadian malam itu, Rafael memberi penjelasan kepada kedua anaknya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Akhirnya Bastian maupun Cristina tidak lagi menanyakan keberadaan ibunya.

Rafael berangkat ke Inggris, kali ini ia bersama Firdaus. Ia ingin Firdaus bisa menangani proyek di Inggris. Seperti biasa mereka menggunakan jet pribadi milik Rafael. Mereka akan sibuk selama seminggu di Inggris. Firdaus sudah merencanakan kejahatannya sebelum berangkat ke Inggris. Ia sudah menghubungi Bethran Markes agar bersiap siap masuk dalam hidup Delia, saat Delia menerima foto perselingkuhan Rafael. Firdaus sudah mengirimkan foto foto itu lewat pos.

Delia sangat sibuk, namun ia kini tidak lagi mengambil lembur karena kedua anaknya membutuhkan Delia saat Rafael seminggu berada di Inggris, dan untunglah pengacara tempatnya magang mengizinkannya pulang lebih awal.

Dua hari kemudian, Delia menerima surat amplop coklat, tapi pengirimnya tidak diketahui. Tapi karena ia akan terlambat magang, maka ia memasukkan amplop tersebut kedalam tasnya.

"Untunglah aku tidak terlambat." ujar Delia.

"Apa kau bangun kesiangan?" tanya Daniel.

"Tidak...aku harus mengurus Bastian dulu, entah kenapa pagi ini ia manja sekali." jawab Delia.

"Matamu terlihat lelah, lihat lingkaran matamu. Apa semalam kurang tidur?" tanya Daniel lagi.

"Semalam aku menjaga anak anak sampai aku lupa berkas yang belum selesai. Jadi aku menyelesaikan sampai subuh." ujar Delia.

"Kau gila, jika suamimu tahu, kau bisa dibunuhnya." ejek Daniel.

Delia menghela nafasnya. "Magang saat kuliah sangat melelahkan apalagi sudah berkeluarga Dan. Jika aku tahu akan seperti ini, aku lebih baik berhenti selamanya."

"Don't give up keep your spirit up Del." ujar Daniel.

"Thanks Dan, your are my best friend." jawab Delia.

Mereka mulai sibuk dengan tugas yang diberikan para pengacaranya. Hingga akhirnya waktu istirahat tiba.

"Kita makan dulu Del." ajak Daniel.

Delia menggeleng. "Aku selesaikan ini dulu, aku ingin segera pulang bertemu anak anak." jawab Delia.

"Kau akan sakit jika terus terusan seperti ini nyonya Widjaja. Dan aku tak mau bertanggungjawab atas perusahaanku yang memberimu banyak beban." kata Daniel.

Delia tersenyum. "Kau berlebihan, sudah sana. Aku akan makan lebih banyak di rumah."

"Baiklah, terserah kau saja." jawab Daniel sambil meninggalkan Delia di ruangannya.

Delia mengingat surat tadi, ia membuka tasnya dan mengambil surat kiriman itu. "Siapa ini yang mengirimkan, dan apa isinya." gumam Delia dan mulai membuka surat itu. Delia mengeluarkan isi surat dan ia membelalakkan matanya, ia tidak mempercayai apa yang ia lihat sekarang. Suaminya yang ia percayai selama ini, ternyata bertemu dengan Gloria diam diam di Australia.

Bahkan Delia melihat keduanya sedang makan di restoran sebuah hotel, artinya mereka kembali menginap di hotel yang sama. Tak terasa airmatanya tumpah karena tak mampu menahan sesak di dadanya. Delia mengambil tasnya dan segera keluar dari firma itu. Ia kembali menuju rumahnya, kali ini ia tak perduli lagi dengan magangnya. Apakah sekarang Rafael di Inggris bersama wanita itu lagi. Pikirnya sedih.

Sepanjang perjalanan ia tak mampu menahan airmatanya, ia terisak dan diperhatikan oleh supir taksi. "Apa nona baik baik saja?" tanya supir taksi itu.

"Tidak pak." jawab Delia datar.

Ponselnya berbunyi. Daniel calling...

"Kau kemana Del, tadi kau bilang tidak ingin keluar makan." tanya Daniel saat telponnya diangkat.

Delia menahan isaknya agar Daniel tak tahu jika ia menangis. "Aku tiba tiba sakit perut, jadi aku langsung pulang tanpa izin terlebih dahulu, tolong izinkan aku Dan."

"Kau yakin tidak apa apa? Apakah sakitnya parah? Dimana kau sekarang biar aku yang antar pulang?" tanya Daniel.

"Tidak...terima kasih Dan, aku sudah di dalam taksi. Sebentar lagi aku sampai rumah. Aku baik baik saja Dan, mungkin hanya masuk angin." jawab Delia.

"Oh...baiklah...jika ada apa apa, hubungi aku segera." pinta Daniel.

Delia menutup telponnya, dan kembali terisak. Mengapa rasanya sangat sakit seperti ini. Delia memukul mukul dadanya. Sesampainya ia di rumahnya. Ia melihat Cristina sedang bermain bersama Emili. Delia langsung menghambur kepelukan Cristina.

"Mami....mami....sudah pulang, kenapa mami menangis?" tanya Cristina.

Emili memperhatikan putrinya. "Ada apa Del? Kau sakitkah?"

Delia menggeleng. "Tidak bu, Delia cuma kangen Cristin."

"Cristin juga kangen mami." Cristina memeluk Delia dengan erat.

Tapi Emili tahu, bukan seperti itu yang sebenarnya. "Jika kau sudah tenang, bicaralah sama ibu Del."

Delia hanya mengangguk pada ibunya. "Apa Cristin sudah makan?" tanya Delia mengalihkan pembicaraan.

"Sudah...apa mami sudah makan?" tanya Cristina balik.

"Mami tidak lapar sayang, apa Cristin mau beli es krim dan coklat?"

"Yeeee...Cristin mau..." jawab Cristina sangat senang.

"Bu...Delia bawa Cristin jalan jalan keluar sebentar." ujar Delia pada Emili.

Emili mengangguk dan memperhatikan punggung putrinya yang terlihat lesu. Pasti ada yang tidak beres. pikir Emili.

 *****

Bethran Markes sudah menunggu Delia keluar rumahnya sejak tadi. Beberapa menit kemudian ia melihat Delia bersama putrinya yang cantik keluar rumah. Bethran sudah mengikuti Delia sejak keluar dari tempat magangnya. Bethran tahu Delia sepertinya sudah melihat foto foto perselingkuhan Rafael. Kali ini Bethran mengikuti mereka dan ternyata Delia mengajak putrinya masuk ke sebuah mini market.

Bethran ikut masuk dan akan berpura pura tak sengaja bertemu Delia. Walaupun Bethran sangat membenci Delia. Tapi ketika ia melihat sosok wanita itu, perasaan cintanya kembali muncul. Sangat tidak mudah melupakan cinta pertamanya. Delia berdiri depan kasir, dan saat itulah Bethran pura pura menabrak Delia.

"Maaf...aku tak sengaja...Delia?" Bethran pura pura terkejut.

Delia membelalakkan matanya karena terkejut. Delia mundur dan memegang putrinya dengan erat. "Be...bethran..." suaranya bergetar karena takut.

"Hai...apa kabar?" tanya Bethran. "Kau jangan takut Del, aku bukan pria jahat seperti dulu lagi. Aku sudah tobat setelah aku menerima ganjaran di penjara. Kebetulan sekali aku bertemu denganmu disini. Aku belum sempat mengucapkan kata maaf padamu. Maafkan aku Del." ujar Bethran.

Delia masih ketakutan. Mengapa ia bertemu dengan Bethran Markes lagi, orang yang sama sekali tidak ingin ia temui seumur hidupnya.

"Apakah ini putrimu? sangat cantik sepertimu Del. Hai siapa nama putri cantik ini?" tanya Bethran sambil menyentuh pipi Cristina.

"Jangan sentuh putriku Bethran." bentak Delia.

"Ya Tuhan Del...apa kau masih takut padaku?" tanya Bethran.

Delia cepat cepat membayar ke kasir dan meninggalkan Bethran.

"Tunggu Del." Bethran mengejarnya.

"Jangan Bethran, kau akan membuat putriku ketakutan." pinta Delia agar Bethran berhenti.

Bethran menghela nafasnya. "Baiklah...aku tak akan mengikutimu lagi, tapi bisakah kau memaafkanku Del. Hanya itu yang aku inginkan." ujar Bethran.

Delia mengangguk. "Aku sudah melupakan kejadian itu, dan aku memaafkanmu." Delia segera meninggalkan Bethran. Ia memutar jalan agar Bethran tak mengetahui tempat tinggalnya. Delia tidak tahu jika Bethran sudah mengikutinya sejak ia keluar dari tempat magang tadi.

Delia segera mengunci pintu rumahnya, ia benar benar ketakutan. Wajahnya berubah sangat pucat. Emili menghampiri Delia yang sedang menggendong Cristina yang sudah tertidur dengan wajah dipenuhi es krim dan coklat.

"Ya Tuhan...kau kenapa Delia." Emili mengambil Cristina dari gendongan Delia. "Kau sangat pucat, apa kau sakit Del?" tanya Emili penasaran.

Delia menggeleng dan menghempaskan tubuhnya di sofa. Emili mengambil tissue basah dan mulai membersihkan wajah Cristina. "Aku akan menidurkan Cristin diranjangnya, tunggulah disini." pinta Emili, Delia hanya mengangguk lemah.

Beberapa menit kemudian, Emili menghampiri putrinya. "Ada apa Del, cerita sama ibu."

Delia memeluk ibunya dan menangis. "Hari ini adalah hari yang tidak menyenangkan buat Delia bu. Bagaimana Delia harus menghadapinya?" Delia terisak.

Emili mengusap lembut punggung putrinya. "Ceritakan pelan pelan sayang, ibu akan mendengarkan."

Delia mengambil foto foto perselingkuhan Rafael dari tas nya. Emili melihat dan menutup mulutnya dengan tangan. "Kau harus bertanya terlebih dahulu dengan suamimu Del."

Delia menggeleng. "Itu sudah jelas bu, jika memang ia tak memiliki hubungan dengan Gloria, mengapa ia tak menceritakannya sama sekali."

"Mungkin karena Rafael tidak ingin kau salah paham sayang, percayalah suamimu sangat mencintaimu. Ibu bisa melihat itu." ujar Emili.

"Tidak bu, mungkin ia berubah setelah aku melahirkan dua orang anak. Aku tak seperti dulu lagi." Delia semakin sedih.

"Omong kosong, kau tidak berubah sama sekali. Kau tetap putriku yang sangat cantik Del. Tubuhmu tak ada perubahan sama sekali walaupun kau sudah melahirkan." Emili meyakinkan.

"Dan satu hal lagi yang membuat Delia ketakutan. Delia bertemu Bethran Markes di mini market." ujar Delia.

"Apa...??? Bethran Markes? Ia sudah keluar dari penjarakah? Ya Tuhan...ini akan buruk sayang, kau harus memberitahu Rafael." kata Emili.

Delia menggeleng lagi. "Aku tak ingin bicara dengan Rafael, aku ingin kita kembali saja ke Lampung dan membawa anak anak bu."

"Kau sudah gila, kau tahu siapa suamimu Delia. Kau tidak bisa pergi dan membawa anak anak begitu saja. Rafael adalah pria yang keras. Itu sangat tidak mungkin." ujar Emili lagi.

Delia kembali terisak, ia menundukkan kepalanya. "Apa yang harus Delia lakukan sekarang. Bethran kembali bu, walau ia bilang tadi ia bertobat tapi Delia tetap takut."

"Ada ibu dan ayah sayang, kau tenanglah. Biar ibu saja yang bilang pada Rafael. Urusan foto itu, tanyakanlah sendiri Del."

Kemudian Derry dan Bastian kembali, Derry mengetuk pintu, karena pintu di kunci. "Emili...kenapa pintu di kunci." teriak Derry.

"Sebentar..." jawab Emili. "Apa kau yang mengunci pintu Del?" tanya Emili pada Delia. Delia mengangguk. "Ya Tuhan...kau sangat ketakutan. Kau tenanglah, putramu lebih sensitif daripada Cristin." Emili menghampiri pintu dan membukanya.

"Tumben sekali kau mengunci pintu." tanya Derry.

"Nenek..." teriak Bastian dan memeluknya.

"Masuklah...ada mami di ruang santai." Emili memberitahu. Derry mengerutkan keningnya sedangkan Bastian sudah menghambur kedalam memeluk Delia.

"Aku akan menceritakannya nanti suamiku." ujar Emili pada Derry.

"Mamiiii...." teriak Bastian dan memeluk Delia.

"Putra kesayangan mami. Bagaimana sekolahmu hari ini?" Delia menyambut pelukan putranya.

"Tian mendapat nilai 100." Bastian mengeluarkan bukunya dari dalam tas dengan antusias.

Delia melihatnya. "Wow...putra terbaik. Selamat sayang." Delia mengecup kening Bastian. "Sekarang waktunya ganti baju."

"Oke...siap..." Bastian berlari ke kamarnya.

"Apa benar kau bertemu Bethran Markes?" tanya Derry Laros.

Delia mengangguk. "Delia lelah sekali, bolehkan Delia masuk kamar."

"Tentu saja sayang..." jawab Emili dan Derry mengangguk.

"Jika Tian mencariku, ia boleh masuk ke kamar bu." ujar Delia lagi.

Dan mendapat anggukan dari Emili.

***** 

Happy Reading All...😘😘😘

Karena kemarin Author tidak up...

Maka hari ini akan Author up 4 eps sekaligus...

Ditunggu...

Terpopuler

Comments

Manda P Wulandani

Manda P Wulandani

koreksi y 🙏
you are my best friend

2022-07-13

0

Rika Martini

Rika Martini

smangat delia.kamu harus kuat

2021-07-27

0

Cumi-cumi Kecil 🐸

Cumi-cumi Kecil 🐸

tidak semudah itu ferguso untuk memisahkan mereka,, cemungutt kakak Author 🌸

2020-03-16

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!