BAB 6

Delia melihat Rafael sudah tertidur di atas ranjang, Delia menghampiri ranjang dengan sangat pelan agar suaminya tidak terbangun. Saat Delia merebahkan tubuhnya, ternyata Rafael belum tidur. Pria itu langsung memeluk tubuh Delia dengan sangat erat.

"Aku sangat merindukanmu sayang, apa kau tidak memikirkan perasaanku saat senyum dan tawamu kau berikan pada pria lain?"

Delia terkejut karena Rafael kembali membahas hal itu.

"Haruskah aku menangis di depannya, haruskah aku menunjukkan bahwa kita sedang ada masalah?"

Rafael mendekap tubuh Delia semakin erat, "tapi aku sangat cemburu."

"Kecemburuanmu sangat berlebihan, kau harus minta maaf pada Daniel atas perbuatanmu."

"Apa kau tidak melihatku? Aku juga terluka."

Delia menatap wajah Rafael yang tidak terluka sama sekali.

"Dimana yang terluka, kau bisa menghindari semua pukulan balasan Daniel."

Rafael menarik tangan istrinya menuju dadanya, "disini yang paling terluka, sangat sakit rasanya. Aku cepat cepat menemuimu untuk menjelaskan semuanya, tapi kau..."

"Katanya kau percaya padaku?"

"Aku percaya padamu, tapi aku tak percaya pada pria itu. Aku yakin ia memiliki maksud lain," jawab Rafael keras kepala.

"Apa kau ingin kita mulai pertengkaran lagi?"

Rafael menggelengkan kepalanya, "aku ingin bertengkar dengan hal lain."

Seketika Rafael meremas pay*dar@ Delia. Sontak Delia menarik dirinya.

"Kau tidak menginginkanku?" tanya Rafael.

"Apa saja yang kau lakukan di dalam kamar hotel itu bersamanya?"

"Ya Tuhan... kami hanya membicarakan masalah pekerjaan. Aku hanya menginginkanmu sayang."

Delia menggelengkan kepalanya, mendapatkan penolakan dari Delia, Rafael kembali kesal. Pria itu melepaskan Delia lalu turun dari ranjangnya.

"Kau mau kemana?" tanya Delia.

"Lebih baik aku tidur di sofa, dari pada aku memaksamu untuk melayaniku," celetuk Rafael seraya keluar dari kamarnya.

Delia membelalakkan matanya, ia hanya menggoda suaminya. Tapi Rafael justru kembali marah padanya. Delia sangat lelah berdebat lagi, ia juga sudah tidak punya tenaga untuk merayu suaminya. Delia pun menarik selimutnya dan akhirnya tertidur.

Sedangkan Rafael terus berdiri di depan pintu kamarnya, ia berharap Delia menghentikan dan menyuruhnya kembali. Tapi setelah beberapa menit justru tak ada suara gerakan sama sekali dari dalam kamarnya. Dengan kesal, Rafael benar benar menuju sofa untuk tidur di sana.

 *****

Keesokan harinya...

Delia terbangun dari tidurnya. Ia segera menuju ke kamar mandi. Setelah selesai membersihkan diri, wanita itu segera bersiap-siap sarapan. Ia menuruni anak tangga seraya langsung menuju ruang makan. Di sana sudah ada orang tuanya juga Bastian yang sedang menunggunya.

"Pagi semua," sapa Delia sambil mengecup pipi putranya.

"Pagi mami," jawab Bastian.

"Selamat pagi Delia," sahut Derry dan Emili.

"Dimana Rafael?" tanya Delia.

"Loh kok kau bertanya, memangnya suamimu tidak bilang padamu?" tanya Emili.

Delia menggeleng.

"Suamimu berangkat ke kantor pagi pagi sekali. Ia bilang ada dokumen yang harus diurus sebelum berangkat ke Australia," jawab Emili.

"Australia? Ia ingin pergi lagi?"

"Mengapa kau sangat terkejut nak, seharusnya kau sudah tahu jika Rafael akan berangkat lagi. Perusahaannya kurang baik terutama properti yang ada di luar negeri," kata Derry.

"Aku tahu soal perusahaan yah, tapi aku tak tahu jika ia akan ke Australia setelah pulang dari China."

"Mungkin suamimu tidak sempat mengatakannya karena pertengkaran kalian kemarin," jawab Emili.

Delia menghela nafasnya, selera makannya pun memburuk. Delia menghentikan sarapannya seraya beranjak dari tempat duduknya.

"Delia titip anak anak lagi, hari ini harus mengunjungi tempat magang," ucap Delia.

"Habiskan dulu sarapanmu," pinta Emili.

"Aku sudah kenyang. Tian... mami berangkat ya sayang, jaga adikmu jangan nakal," ucap Delia seraya kembali mengecup pipi Bastian.

Delia pun meninggalkan rumahnya, karena ia malas mengendarai mobilnya sendiri, ia pun segera memanggil taksi. Padahal pak Didi sudah menawarkan untuk mengantarnya, tapi Delia kembali menolaknya.

*****

Daniel menunggu Delia di gerbang kampus. Ia ingin berbicara pada Delia tentang kejadian kemarin. Ia tidak ingin membuat Delia menghindarinya. Pria itu menunggu Delia dengan sabar sampai akhirnya ada sebuah taksi yang berhenti di sana. Delia pun keluar dari taksinya.

"Pagi cantik," sapa Daniel membuat Delia terkejut.

"Ya Tuhan, kau mengejutkanku Dan," ucap Delia seraya menatap wajah pria itu, "lukamu..."

"Aku baik baik saja Del. Ini hanya luka kecil saja," sergah Daniel.

"Maaf Dan... suamiku terlalu..."

"Suamimu sangat mencintaimu, ia melakukan ini karena cemburu," sergah Daniel lagi, "berhentilah minta maaf, ini bukan salahmu. Bagaimana dengan masalah kalian, apakah sudah selesai?" imbuhnya.

Delia menganggukkan kepalanya.

"Melihat sikap suamimu padaku, aku yakin ia tidak akan melakukan perselingkuhan."

"Aku harap memang begitu."

"Apa kau tidak percaya padanya?"

"Tentu saja aku percaya, sudahlah jangan membahasnya lagi. Tapi aku benar benar minta maaf padamu."

"Sudahlah... kita lupakan saja, lebih baik kita masuk. Ada beberapa tugas yang harus kita selesaikan. Setelah itu kita harus ke perusahaan firma ayahku," ujar Daniel.

"Tapi, apakah akan baik baik saja jika aku menerima tempat magang yang disarankan olehmu?"

"Kenapa kau berubah lagi Del, kau hanya perlu mengatakannya pada suamimu nanti. Berhentilah banyak berpikir."

"Hm... baiklah... ayo kita masuk," ucap Delia.

Keduanya pun melangkahkan kakinya menuju ruang kelas. Namun sebelum dosen datang, Delia berusaha menghubungi Rafael. Mereka harus berbicara baik-baik, ia tak ingin membiarkan masalah mereka terus berlarut-larut.

Namun Delia kembali kecewa, karena Rafael tidak mengangkat teleponnya. Lebih dari 15 kali Delia menghubungi suaminya itu.

"Apakah ia sangat marah dan malas mengangkat teleponku," pikir Delia.

Delia menarik nafasnya dalam-dalam seraya memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas. Dosen pun masuk ke kelas, wanita itu langsung fokus kembali pada materi pelajarannya.

*****

Rafael sangat kesal pada Jodhi maupun Melia. Mereka tak bisa menyelesaikan masalah kantor hari ini, berkali kali dokumen yang ia baca, ia lemparkan pada keduanya.

"Apa ini? Apa kalian baru bekerja denganku? Hasil seperti ini... Ya Tuhan..." keluh Rafael.

"Maaf pak, kami sedang berusaha terus memperbaikinya," jawab Jodhi.

Sedangkan Melia hanya bisa menundukkan kepalanya. Jodhi maupun Melia sangat tahu jika kemarahan atasan mereka disebabkan oleh moodnya yang buruk juga.

"Aku tidak mau tahu, revisi semua dokumen itu sebelum aku berangkat ke Australia," perintah Rafael.

"Baik pak," jawab keduanya seraya keluar dari ruangan Rafael.

Rafael menghela nafas panjang, ia sangat terburu-buru ke perusahaan hingga tak sempat berpamitan pada istrinya. Sesampainya di perusahaan, justru semua karyawannya membuatnya sangat kesal.

Rafael menarik laci mejanya untuk mengambil ponselnya, pria itu terbelalak saat melihat panggilan tak terjawab dari Delia hingga belasan kali.

"Ya Tuhan... apa yang terjadi padanya," gumam Rafael seraya menghubungi Delia balik.

Tapi panggilannya juga tidak ada jawaban. Rafael kembali menghela nafasnya, ada banyak pekerjaan yang sangat penting sekarang. Rafael segera melanjutkan pekerjaannya agar cepat selesai dan bisa segera menemui Delia. Baru saja ia membuka laptopnya, layar ponselnya berkedip-kedip karena memang ponselnya sejak tadi dalam mode diam. Panggilan masuk itu bukan dari Delia, melainkan dari Gloria.

Gloria adalah wanita yang ada di surat kabar, wanita yang di isukan sebagai selingkuhannya.

"Mengapa Gloria menghubungiku? Apakah ada masalah lagi di China?" Pikir Rafael seraya menjawab teleponnya.

"Halo Gloria..."

"Halo pak Raf, ada hal penting yang ingin aku bicarakan. Untuk itu aku akan segera ke Indonesia untuk menemui anda di perusahaan," ujar Gloria.

"Ada apalagi? Kau bisa mengatakannya lewat telepon, kau tak perlu repot-repot datang sejauh itu. Aku juga akan pergi ke Australia tiga hari lagi."

"Aku tak bisa memberitahumu lewat telpon pak, kita harus bertemu langsung. Atau begini saja, aku langsung terbang ke Australia saja tiga hari lagi. Kita bisa bertemu di sana."

Rafael berpikir dengan keras, jika mereka bertemu lagi, kabar gila itu kembali terjadi. Tapi mendengar ucapan Gloria, sepertinya benar-benar hal penting.

"Baiklah, kita bertemu di sana saja. Nanti akan aku beritahu alamatnya."

"Baik pak, see you next time," jawab Gloria seraya menutup teleponnya.

Rafael meletakkan ponselnya di atas meja seraya melanjutkan pekerjaannya.

*****

Delia sebenarnya langsung izin ke kamar kecil saat Rafael menghubunginya. Namun panggilan itu berhenti saat Delia sampai di sana. Delia menghubungi Rafael lagi, dan terkejut karena ponsel tersebut dalam keadaan sibuk. Dengan kesal wanita itu langsung kembali ke kelasnya.

*****

Happy Reading All...

Terpopuler

Comments

Tata Sary

Tata Sary

seru

2020-01-31

1

Reisa Adiwidya

Reisa Adiwidya

aduh thor season 1 n 2 sama ya,ada pelakor n pembinor

2019-12-06

5

Leni Potter

Leni Potter

sepertinya bakal ada hello kity inilah🤔

2019-12-04

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!