BAB 12

Bethran Markes sangat kesal karena ia gagal mendekati Delia lagi. Wanita itu justru ketakutan saat melihatnya, seperti melihat hantu saja. Ia menghubungi Firdaus dan malah mendapat caci maki dari pria itu. Sialan......

Bethran memikirkan cara supaya Delia bisa memandangnya sekali saja. Dan bisa masuk dalam kehidupannya saat rumah tangga mereka dalam masalah. Tujuan utamanya adalah menghancurkan Rafael Widjaja, pria arogan yang tak memiliki belas kasihan. Pria itu harus menderita seperti yang dialami Bethran delapan tahun yang lalu.

Jika ia berhasil menghancurkan Rafael Widjaja. Setelah itu ia akan menghancurkan Firdaus, adik tiri Rafael yang sangat brengsek. Pria itu membayarnya dengan mahal, tapi bukan berarti ia bisa mencaci maki Bethran seenaknya. Pria Brengsek....

Ia akan berusaha lagi mendekati Delia Laros, wanita sangat mudah di dekati saat hatinya sedang terluka.

 *****

Bastian sangat kecewa ketika ibunya kembali ke kamarnya, neneknya memberitahu agar ia masuk ke kamar ibunya. Itu permintaan Delia. Saat Bastian masuk kedalam kamar ibunya. Bastian mendengar isak tangis ibunya. Bastian menutup pintunya pelan pelan lagi dan turun meninggalkan kamar itu.

"Nenek...ada apa dengan mami?" tanya Bastian pada Emili.

Emili terkejut mendengar pertanyaan cucunya. Bastian memang sangat sensitif dan cerdas, ia akan segera tahu jika ada sesuatu yang tidak beres. "Ada apa sayang?"

"Mami menangis di ranjangnya." ujar Bastian sedih. "Apa ada sesuatu yang terjadi?"

Emili menggeleng. "Mungkin mami hanya lelah sayang, makanya ia pulang lebih awal kan?"

Bastian mengangguk mencoba mengerti. "Tian mengerjakan PR saja. Jika mami bangun panggil Tian ya nek."

"Baik sayang..." jawab Emili.

"Cucuku semakin dewasa." ujar Derry.

"Ia sangat tahu jika maminya dalam masalah. Dan ia pengertian." jawab Emili. Derry mengangguk dan kembali menikmati kopinya.

Hari semakin sore, Delia tidak akan membiarkan dirinya mengabaikan putra putrinya. Waktunya kedua anaknya mandi. Saat Delia turun ternyata keduanya sudah sangat rapi.

"Mamiiiii....." teriak Cristina saat melihat ibunya dan menghambur ke pelukan Delia.

"Heeeem...sangat wangi..." Delia mencium wajah Cristina. "Dan bagaimana dengan putra mami. Heeeem...sama sama wangi." Delia mengecup pipi Bastian.

"Mami juga sudah mandi?" tanya Bastian.

"Tentu saja sayang...Apa kalian sudah siap makan malam?" tanya Delia.

"Kami siap." jawab keduanya.

Makan malam dilakukan lebih awal dari biasanya. Delia ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama kedua anaknya. Mereka menikmati makan malamnya, setelah itu mereka bermain di ruang keluarga sampai akhirnya membawa kedua anaknya tidur malam.

 *****

Lima hari telah berlalu sejak kejadian Delia menerima paket tanpa nama. Kali ini ia kembali menerima paket serupa dan membukanya. Sebuah pena rekaman. Delia kali ini lebih penasaran dan masuk kembali ke kamarnya sebelum berangkat. Ia mencoba mendengarkan apa yang ada di rekaman tersebut.

"Hai Raf, aku mau ke Indonesia. Ingin bertemu denganmu di perusahaan. Ada hal penting yang harus kita bicarakan." ujar suara seorang wanita.

"Hal penting apa hingga kau harus mengunjungiku. Aku akan berangkat ke Australia tiga hari lagi Glor." itu suara suaminya dan wanita itu ternyata Gloria.

"Aku tak bisa memberitahumu lewat telpon Raf, kita harus bertemu langsung. Atau begini saja aku langsung terbang ke Australia saja tiga hari lagi. Kita bisa bertemu disana, kau beri alamat proyekmu."

"Baiklah Glor... Kita akan bertemu di Australia saja."

Delia merosot di lantai kamarnya. Itu rekaman percakapan ponsel Rafael dan Gloria. Delia kembali mendengarkan rekaman selanjutnya.

"Raf...apa kau tidak akan memberitahu pertemuan kita pada istrimu?"

"Itu tidak perlu Glor, selama ia tidak tahu. Itu takkan menjadi masalah."

"Apa kau takut ia akan salah paham?"

"Tidak, hanya saja aku tidak ingin Delia tahu pertemuan ini. Tidurlah ini sudah malam. Besok kita akan bertemu lagi. Aku tidak ingin kau kelelahan."

"Kau sangat perhatian, apa kita bisa makan bersama lagi di hotel tempatku menginap?"

"Tentu saja aku akan mengunjungimu. Bye."

"Bye...nice a dream."

Air mata Delia kini kembali tumpah, bisa bisanya suaminya tidak ingin Delia tahu pertemuan mereka, dan lagi lagi hotel, makan bersama. Bahkan keduanya saling memberi perhatian. Delia kembali memukul dadanya yang sangat sesak. Dua hari lagi Rafael kembali. Sudah lima hari, Rafael tidak memberinya kabar selama di Inggris. Apa keduanya sedang menikmati kebersamaan mereka lagi sampai sampai ia tak bisa mengabari Delia.

Delia berusaha bangun dari lantai yang dingin itu, kakinya sangat gemetar. Ia harus tetap berangkat magang, ia harus menyelesaikan kuliahnya, agar bisa mendapat pekerjaan jika jalan terburuk untuk rumah tangganya adalah perceraian. Ia tak ingin membuat kedua anaknya nanti susah. Delia keluar dari kamarnya dan menuju bagasi mobilnya. Mobil ini sudah lama sekali tak digunakan Delia. Ia harus belajar mandiri sekarang.

Delia mengendarai mobilnya dan menuju tempatnya magang. Mobil hitam dibelakangnya daritadi mengikuti mobil Delia. Delia berkali kali melihat spionnya. Ia yakin mobil itu memang mengikutinya sejak tadi. Delia mempercepat mobilnya lagi. Untunglah saat sampai di perusahaan firma itu, mobil hitam itu tak kelihatan lagi.

Delia menghela nafasnya. Mungkin ini hanya perasaannya saja. Sejak ia tahu, Bethran Markes keluar dari penjara. Ia sangat ketakutan tiap kali keluar rumah. Delia segera masuk ke dalam perusahaan. Dan terkesiap saat Daniel menepuk pundaknya.

"Ya Tuhan Del...apa aku mengagetkanmu? Kau terlihat sangat pucat, apa kau sakit lagi?" tanya Daniel.

Delia menghembuskan nafasnya dengan keras. "Aku sudah sehat, hanya saja aku benar benar terkejut tadi." jawab Delia.

"Maafkan aku Del." ujar Daniel.

"Tidak apa apa Dan, kau santai saja." Delia tersenyum.

"Nah seperti itulah wanita yang aku kenal, sangat cantik saat tersenyum."

"Kau selalu menggodaku. Harusnya kau lakukan itu pada wanita yang masih lajang." ejek Delia.

Daniel tertawa. "Mereka sudah mengantri Del, tinggal aku saja memilih salah satunya."

"Kau sangat narsis. Itu menyebalkan." jawab Delia.

"Baiklah nyonya Widjaja, kita mulai bekerja lagi." dan Delia mengangguk.

 *****

Rafael sangat kesal. Pekerjaannya sangat berjalan dengan lancar tapi ia tak bisa menghubungi istri dan anaknya, karena pekerjaannya sangat banyak. Saat ada waktu ingin menghubungi Delia. Itu sudah jam dini hari waktu Indonesia. Ia tak mungkin mengganggu istirahat istrinya. Ia sangat tahu betapa lelahnya Delia saat pulang magang.

Firdaus sangat bisa diandalkan dalam menyelesaikan beberapa masalah pembangunan. Rafael sudah tidak meragukan lagi adik tirinya itu. Dan akhir akhir ini Gloria sangat sering menghubunginya. Wanita itu sering sekali memberi perhatian pada Rafael, yang sangat tidak diperlukan. Dua hari lagi ia ingin sekali memeluk istrinya. Ia sangat merindukan Delia dan anak anaknya.

Beberapa jam kemudian, ponsel Rafael berdering. Ia pikir istrinya ternyata tangan kanannya Jodhi. "Ada apa Jod?"

"Gawat pak, proyek yang ada di Malaysia kembali bermasalah. Salah satu pekerja jatuh dari lantai delapan dan itu membuat kepolisian Malaysia menghentikan pembangunan. Jika berlarut larut maka kerugian kita akan mencapai milyaran rupiah." Jodhi memberitahu.

"Apa...??? Ya Tuhan." Rafael menutup ponselnya. "Firdaus..." teriaknya.

Firdaus segera masuk ke ruang kerja Rafael. "Ada apa pak?" tanya Firdaus. Selama bekerja memang Firdaus diwajibkan memanggilnya pak.

"Masalah baru. Proyek Malaysia." Rafael menjelaskan semuanya.

"Biar aku saja yang menanganinya pak, bapak disini saja kebetulan Gloria sebentar lagi sampai disini." ujar Firdaus.

"Apa? Gloria? untuk apa?" tanya Rafael.

"Ya Tuhan...ia rekan kerja perusahaan. Kebetulan ia berada di Inggris untuk proyek perusahaannya. Apa tidak boleh mengunjungi kita." Firdaus mendengus.

Rafael memejamkan matanya. "Aku sensitif. Kau berangkatlah ke Malaysia. Biar aku menangani sisanya disini."

"Baik aku berangkat sekarang." jawab Firdaus.

"Gunakan jet pribadiku biar cepat." perintah Rafael.

"Tentu saja tuan Widjaja." ejek Firdaus.

Rafael menghempaskan tubuhnya di sofa, ada apa lagi ini. Ia menggeleng dan memejamkan matanya sejenak.

 *****

Firdaus menghubungi Gloria. "Sudah waktunya kau bertindak." perintahnya pada Gloria. Wanita itu ternyata benar benar menyukai Rafael.

Aku tidak menyangka Tuhan akan secepat ini memberiku peluang menghancurkan Rafael Widjaja. Firdaus tersenyum licik.

 *****

Gloria sampai di kantor Rafael di Inggris, dan mengetuk pintu kantor pria itu berkali kali. Tapi tak ada suara. Gloria membuka pintunya dan melihat Rafael tertidur di sofa sambil duduk. Wanita itu sangat mengagumi ketampanan Rafael. Ia mendekati Rafael dan mulai memijit pelipis Rafael dari belakang.

Rafael merasakan ada sentuhan lembut di pelipisnya, ia sangat nyaman dan memegang tangan itu. Rafael membayangkan jika ini adalah nyata bukan mimpi. Tapi sentuhan itu semakin nyata saat tangan itu mengelus dadanya. Membuat hasratnya bangkit. Ia tidak ingin terbangun dari mimpinya sekarang. Sentuhan lembut ini mirip sekali sentuhan Delia saat di ranjang. Ia menarik tangan lembut itu agar berada di depannya. Lalu ia menciumnya. Rafael membuka matanya dan terkejut saat ia tahu ini nyata dan siapa wanita yang diciumnya.

Rafael mendorong wanita itu. "Ya Tuhan... Gloria... Apa yang kau lakukan?" bentak Rafael.

Gloria ikut terkejut, nafasnya masih memburu. "Harusnya aku yang bertanya mengapa kau tiba tiba menciumku?"

Rafael menyesali perbuatannya. "Maafkan aku Glor, aku kira tadi aku bermimpi bersama istriku. Sekali lagi aku minta maaf. Tadi adalah sebuah kesalahan." ujarnya.

"Sebuah kesalahan?" tanya Gloria sedih. "Baiklah lupakan saja Raf, aku takkan membahasnya lagi. Lebih baik aku pulang saja." Gloria menghampiri pintu.

Rafael menahannya. "Apa kau marah? Aku benar benar tidak sengaja." tanya Rafael.

Gloria menggeleng. "Tidak Raf, aku tidak apa apa. Jika kau menyesal, bisakan kita nanti malam bertemu di kelab malam. Temani aku." pinta Gloria.

"Jika itu bisa memaafkanku, tentu saja aku akan menemuimu disana." jawab Rafael.

"Terima kasih Raf, kau memang teman bisnis terbaik." ujar Gloria sambil keluar dari kantor Rafael.

Rafael menghempaskan tubuhnya lagi di sofa. Ia benar benar melakukan kesalahan. Hampir saja ia menyetubuhi wanita Kanada itu. Ya Tuhan...aku merindukanmu Del. Ia ingin menghubungi istrinya, tapi ini masih jam magang Delia. Rafael kembali mengurungkan niatnya.

Sedangkan orang bayaran Firdaus sangat senang mendapatkan foto mesra Rafael dan Gloria. Itu akan menambah bayarannya.

 *****

Happy Reading All...😘😘😘

Dukung, Like n Komen ya...

Terpopuler

Comments

Aurora

Aurora

Apapun alasannya, kalau sudah menikah...harus jaga jarak dengan lawan jenis...krn harus menjaga hati pasangan kita.

2022-03-31

0

Rika Martini

Rika Martini

firdaus jahat sekali

2021-07-27

0

Yen Margaret Purba

Yen Margaret Purba

delia sampe mati2an mau jd jaksa pengacara n bla bla,
dpt kek ginian histeris..
apalah guna ilmu mu ndok,
bagus kau ikuti kemana pun suamimu sambil bawa anak bungsu mu hahaha

2020-10-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!