Lalu tiba-tiba irama berubah, menjadi lembut dan pelan.
" Kau menciptakan sendiri?"
Lion mengangguk.
" Kau yang menginspirasi ini," Kata Lion lembut.
Musiknya berkembang menjadi sesuatu yang lembut dan manis. Jasmine tak sanggup berkata-kata lagi. Seakan ketakutan dan kengerian yang sebelumnya terjadi, sirna dan hilang begitu saja dalam ingatannya.
" Kau tahu, Mereka semua menyukaimu." Kata Lion.
" Terutama Ibuku."
Jasmine melirik ke belakang, tapi ternyata ruangan besar itu kosong sekarang.
" Mereka ke mana?"
" Kurasa Mereka ingin memberi Kita privasi."
Jasmine mendesah, Dia juga baru sadar Mereka kini sedang ditengah-tengah keluarga Lion.
" Apakah Sari mengetahui juga tentangmu sebagai sepupu?"
Lion menggelengkan kepala.
" Hanya keluarga yang mengetahuinya. Kalaupun diceritakan, insting manusia hanya mendengarkan, kepercayaannya belum tentu." Lion tersenyum
" Dan Kau tahu sendiri, Ayah dan Ibuku lebih suka hidup jauh dari kota dan memilih ditengah hutan. Agar lebih privasi juga." Tambah Lion.
" Lalu kenapa Kau tinggal disebelah rumahku?" Jasmine penasaran
" Untuk menjagamu." Jawab Lion tho the point.
" Ayah dan Ibumu mengizinkannya?"
Lagi-lagi Lion menganggukan kepala.
" Mereka senang melihatku bahagia. Sebenarnya Ibuku tidak akan peduli apa yang Kulakukan, selagi itu benar dan membuatku bahagia. Selama ini Dia hanya mengkhawatirkan kekuatan yang Kumiliki, Takut kalau Aku salah menyalah gunakan kekuatanku.Dia sangat senang begitu tahu, Aku telah menemukanmu. Sebagai alasan untuk memilih jalan yang benar."
" Adik kembarmu?"
" Oya, adik kembarku. Mereka juga mempunyai kekuatan, tetapi tidak sekuat diriku. Karena jiwa Mereka sepenuhnya manusia. Lain denganku yang berjiwa alpha draconi. Aku bisa sampai..." Kata-kata Lion terhenti. Membuat Jasmine penasaran.
" Kau tak akan menjelaskannya?
Sesaat keheningan melintas diantara Mereka.Jasmine menyadari bahwa Lion masih menyembunyikan suatu rahasia darinya. Jasmine tahu, Lion takkan mengatakan apa-apa. Tidak untuk saat ini.
" Jadi, Ayahmu memberi kode apa padamu?"
Alis Lion menyatu.
" Aku tahu, Kau pasti memperhatikannya."
" Tentu saja." Jasmine mengangkat bahunya.
Lion memandang Jasmine lekat-lekat sebentar, sebelum menjawabnya.
" Dia ingin, Aku memberitahumu suatu hal, yang apakah Aku sudah siap untuk memberitahumu."
" Apakah Kau akan memberitahuku?"
" Sebenarnya Kau sudah sedikit mengetahuinya. Dan Aku harus memberitahumu kembali. Karena Aku akan sedikit protektif untuk kedepannya. Sampai Mereka kembali ke asalnya."
" Ada apa?"
" Seperti yang Kau alami. Dia sudah datang. Dan sedang berburu untuk eksperimennya."
Jasmine jadi bergidik ngeri.
" Akhirnya Kau ketakutan. Respon yang masuk akal." Gumam Lion.
" Aku mulai berpikir Kau sama sekali tidak menyayangi dirimu dengan mencintaiku." Canda Lion.
Jasmine mengabaikan candaan Lion. Dia memilih memalingkan wajahnya. Matanya menjelajahi ruangan yang luas tersebut. Lion mengikuti arah pandangan Jasmine.
" Tidak seperti yang Kau harapkan. Benar kan?" Tanya Lion suaranya terdengar sok tahu.
" Tidak." Jasmine mengakuinya.
Jasmine membayangkan sebuah rumah bernuansa kayu berwarna coklat ditengah-tengah hutan. Namun faktanya sebuah rumah elegan dengan nuansa serba putih cerah, mirip seperti museum atau gedung penelitian.
" Pasti semua ini sangat mengecewakanmu." Lanjut Lion mengejek.
Jasmine lagi-lagi mengabaikannya.
" Begitu cerah dan terbuka." Jasmine terdengar lebih serius.
" Ini tempat dimana Aku bisa menjadi diriku sendiri." Ucap Lion tersirat.
Lagu yang masih dimainkannya tiba-tiba dikord terakhir berganti menjai melankolis.
" Terima kasih " Gumam Jasmine.
Jasmine menatap Lion dan membuat Lion tersenyum.
" Apakah Kau ingin melihat ruangan lainnya dirumah ini?"
" Boleh."
Mereka menaiki anak tangga, tangan Jasmine berpegangan pada pagar tangga agar tidak terjatuh. Ruangan dilantai atas memiliki elemen lebih cerah berwarna putih bersih, begitu juga keramiknya.
" Kamar Oliver dan Dean, Lalu kamar Ayah dan Ibuku, Ini ruang kerja Ayahku," Lion berjalan sekaligus menunjukkan satu per satu ruangan yang Mereka lewati.
Sekaligus menuntun Jasmine melewati pintu-pintu dalam rumah tersebut.
Jasmine berhenti mendadak. Dia terperanjat melihat sebuah layar besar diruang tengah. Yang gambarnya bergerak secara bergantian. Seperti gambaran ruang angkasa dan sistem tata Surya. Bahkan benda-benda angkasa tersebut terlihat jelas.
Lion tergelak, menertawakan ekspresi Jasmine.
" Berapa inci ini layar?" Jasmine penasaran membuat Lion tertawa.
" Entahlah." Lion mengangkat bahunya.
" Mengapa Kalian menempatkan disini?"
" Ruang kerja Ayahku sudah penuh dengan peralatan."
Jasmine tak yakin, apakah wajahnya mampu menutupi ekspresi terkejutnya. Keheningan berlanjut, saat Jasmine berusaha menyimpulkan bagaimana cara kerja Ayah Lion sebagai ilmuwan.
" Kau baik-baik saja?" Lion terdengar was-was.
Jasmine menatap layar monitor besar itu dengan perasaan takjub.
Jasmine tetap menjaga ekspresinya kembali, Dia sadar kalau Lion mengamatinya.
" Dulu Ayahku pemburu mahluk asing. Makanya banyak layar monitor untuk pengintaian. Dan mungkin, mahluk asing itu marah. Sehingga Dia mempunyai putra yang berjiwa sepertiku." Suara Lion sangat pelan. Jasmine harus benar-benar berkonsentrasi untuk menangkap kata-katanya.
" Kekuatanku bisa mengubahku disaat Aku tidak bisa mengontrol diri dan emosiku." Lion menatap Jasmine
" Aku bisa berubah." Tambah Lion.
" Bagaimana perasaanmu?"
" Aku baik-baik saja." Jasmine mencoba menenangkan diri atas kejujuran Lion tentang rahasianya.
Jasmine sadar, Lion pasti menyadari rasa penasaran yang membara dimata Jasmine.
Lion tersenyum,
" Tapi Aku takkan menceritakan lebih lanjut."
Lion tersenyum, memamerkan giginya yang sempurna. Lalu mulai menyusuri ruang besar itu, sambil menarik Jasmine bersamanya.
Lion menuntun Jasmine ke ruangan kerja Ayahnya. Mereka berhenti sejenak didepan pintu. Aktivitas Ayahnya Lion terlihat jelas lewat kaca.
" Masuklah." Suara Ayahnya, mempersilahkan Mereka masuk.
Lion membuka pintu, Mereka melangkahkan kaki memasuki ruang kerja Ayahnya. Ruangan yang begitu luas, penuh dengan peralatan canggih, juga sebagian dipenuhi rak buku yang menjulang hingga diatas kepala Jasmine.
Ayahnya Lion sedang duduk dibelakang meja kerjanya.Dia baru saja menyisipkan pembatas buku pada halaman buku tebal yang dipegangnya.Ruangan itu seperti ruangan penelitian, juga seperti ruangan monitoring. Monitor besar banyak disetiap dinding. Sulit untuk memilih salah satunya, mana yang paling utama.
" Apa yang bisa Kulakukan untuk Kalian?" Beliau bertanya dengan suara yang menyenangkan seraya bangkit dari duduk.
" Aku hanya ingin menunjukkan ruangan kerjamu pada Jasmine.Dia sepertinya begitu tertarik dengan gambaran ruang angkasa."
" Baiklah."
Ayahnya Lion pun menjelaskan pada Jasmine, tentang ruang angkasa. Dari matahari, planet, satelit, asteroid, komet, dan meteroid. Juga hal-hal yang masih tidak begitu dianggap oleh manusia, yaitu tentang konspirasi mahluk asing untuk menguasai planet bumi. Jasmine terlihat fokus mendengarkannya, walaupun sebagian cerita, Jasmine sudah pernah mendengarkan dari Lion.
Setelah selesai menceritakan semuanya tentang dunia luar angkasa.Ayahnya Lion memberikan sebuah buku kepada Jasmine. Buku tentang ruang angkasa. Selain itu juga memberikan sebuah cincin berukir, mempunyai mata berwarna biru, dan terlihat kuno.
" Pakailah ini, untuk perlindungan tambahan." Pesan Ayah Lion.
Jasmine tidak mengerti, namun Lion hanya memberinya kode untuk menerimanya.
Jasmine pun berterima kasih dan Mereka lalu keluar dari ruangan tersebut.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments