Who I Am

Who I Am

Hari pertama

"Bruuk!!!" Jasmine terjatuh dari tempat tidurnya.

Dia terbangun sambil memegang sikunya. Jam alarm menambah kekacauan di pagi ini.

" Oh My God!!!" Jasmine langsung menyambar handuk dan berlari secepat kilat ke kamar mandi. Ingatan hari pertama kuliah membuatnya tidak banyak berpikir lagi. Setelah siap dan sarapan pagi. Dia langsung menuju garasi.

" Aduh, dimana kuncinya?" Lagi-lagi sifat lupanya menyita waktu kembali. Dia berbalik ke kamar mengambil kunci mobilnya.

Setelah merasa benar-benar siap. Jasmine langsung melajukan mobilnya ke arah kota.

Dan benar saja suasana kampus sudah sangat ramai. Dia berjalan buru-buru menuju kelas pertama. Tanpa Dia duga, Jasmine menabrak seseorang. Dan tentunya Dia terjatuh.

" Apa Kau baik-baik saja?" Suara merdu terdengar ditelinganya.

Dia mengulurkan tangannya untuk membantu Jasmine. Jasmine berusaha bangun dan sedikit mendongakkan kepala. Dia mengulurkan tangan, Jasmine menerima uluran tangannya.

Tapi Jasmine terkejut begitu menyentuh tangannya dan melihat ketampanannya. Jasmine tak bisa berkata apa-apa. Ketampanannya seperti dewa Yunani. Dan itu membuat Jasmine gugup.

" Apa Kau demam?" Tanya Jamine spontan begitu sadar suhu tangannya saat Dia pegang.

Sekilas bayangan muncul seperti diri Jasmine muncul. Iya itu diriku?Batin Jasmine.

Dia mundur dan menarik kembali tangannya. Sungguh membuat Jasmine terkejut dan tidak percaya.

" Kuharap Kau baik-baik saja." Ucapnya seraya langsung berlalu dari hadapan Jasmine

Jasmine bingung sendiri dibuatnya.Dia melirik jam tangan. Dan sudah menunjukkan pukul 08.00. Jasmine langsung teringat jam kuliahnya.

Tanpa pikir panjang Jasmine berlari menyelusuri koridor. Beruntung Dia belum terlalu telat.

Jasmine duduk dan berkenalan dengan teman-teman pertamanya dikampus. Ada Sari, Tami dan Yuli. Mereka sangat terlihat cepat akrab dengan Jasmine. Padahal sebenarnya, Jasmine bukanlah tipe orang yang cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Jasmine merasa ini sebuah kemajuan buatnya.

Waktu terasa begitu lama. Entah mata kuliahnya yang membosankan. Atau Jasmine sendiri yang tidak begitu serius menyimak perkuliahan ini.

Tanpa Jasmine sadari, Jasmine kembali mengingat kejadian tadi pagi. Dia merasa penasaran dengan mahasiswa itu. Bayangan wajahnya, suaranya, tatapannya dan terakhir yang membuatnya sedikit berpikir itu berbeda. Suhu tubuhnya. Dia seperti orang demam. Tapi mungkin memang sedang flu, Jasmine tetap berpikir positif.

Tapi, Dia sama sekali tidak ada tanda-tanda kalau Dia sakit. Atau Dia itu? Jasmine menggelengkan kepalanya sebelum berpikir lebih jauh tentang karakter-karakter novel horornya.

" Jasmine, Apa Kau tidak ingin pulang?" Suara Sari membangunkannya dari lamunan yang aneh-aneh.

" Tentu saja. Aku pulang. " Jasmine merapikan buku dan beranjak dari tempat duduk.

Dia berjalan menuju parkiran. Tapi sebuah suara pertengkaran membuatnya terhenti. Jasmine berhenti dibalik mobilnya seraya mengintip dan menguping sebuah perdebatan. Berharap Mereka tidak sadar bahwa ada seseorang yang mendengarkan pertengkaran dan perdebatan Mereka. Tentu saja tujuan Jasmine, agar Mereka tidak malu. Jujur Jasmine tidak mengerti dengan pertengkaran Mereka. Satu yang Jasmine tangkap bahwa sang pria tidak menyukainya.

" Aku tidak yakin. Tapi pandangan itu sangat jelas. Jadi kumohon Kau menyerahlah. Karena sampai kapanpun, Aku tidak akan bisa membalas perasaanmu. "

" Lion. Ingat! Masa depan itu berubah-ubah. Dan soal perasaan. Aku akan selalu menunggumu. Wanita itu jelas harus menjadi korban. Dia seorang manusia yang sesuai kriteria sebagai korban berikutnya." Wanita itu terlihat mencoba meyakinkannya.

Cinta bertepuk sebelah tangan? Itu kesimpulan Jasmine. Jasmine sedikit mendongakkan kepalanya. Bukannya mengobati rasa penasarannya. Tetapi malah menambah keterkejutan Jasmine. Mereka berhenti bertengkar dan langsung menatap tajam ke arah Jasmine. Rasa benci jelas terlihat diraut wajah Mereka.

" Sorry. " Ucap Jasmine. Dia pura-pura polos dan buru-buru masuk mobil. Lalu meninggalkan parkiran tanpa memperdulikan Mereka lagi.

Jasmine melajukan kendaraan dengan kecepatan diatas rata-rata. Dia masih terbayang tatapan tajam Mereka. Apa salahku? Menguping? Iya itu jelas salahku. Gumam Jasmine pada diri sendiri.

Mereka bertengkar bukan hanya masalah perasaan, tapi juga masalah lain.

Pandangan? Manusia? Korban? Apa maksudnya? Dan pria itu, pria yang tadi pagi Aku tabrak. Pikiran Jasmine masih berlanjut. Dia pun syok mengingatnya. Jadi pria tampan itu yang bertengkar tadi. Tapi apa maksud pertengkaran Mereka tadi? Banyak kata ambigu yang tidak kumengerti. Pikir Jasmine masih memikirkannya,

Namun tanpa dipungkiri, Dia begitu tampan.

Dan wanita itu juga cantik. Kenapa Dia menolaknya. Jasmine bertanya-tanya. Dia menatap jalanan dengan mata hampa. Dan melirik spion. Ada mobil berwarna hitam di belakangnya. Jasmine pun terhenti dilampu merah. Lagi-lagi Di melihat spion. Masih sama seperti tadi. Sebuah mobil hitam masih dibelakangnya.'.

Lalu lampu hijau pun menyala. Jasmine kembali melajukan mobilnya.Lalu Dia membelokkan kekiri. Akhirnya Jasmine sampai dirumah. Dia menghentikan kendaraan dan memarkirkan digarasi. Lalu Jasmine membuka pintu utama. Dia melihat ibunya sedang sibuk dengan laptopnya. Beliau menoleh, menyadari kehadiran Jasmine.

" Kau sudah pulang? Bagaimana hari pertamamu dikampus?"

" Baik-baik saja Ma." Jawab Jasmine.

Jasmine meneruskan langkahnya menuju lantai dua. Lalu membuka pintu kamar dan melepas sepatunya. Kemudian menaruh sepatu di rak sepatu dan tas di kursi belajar. Jasmine menghempaskan tubuhnya ke kasur.

Jasmine tiba-tiba seperti berjalan dikegelapan. Dan Dia tidak tahu jalan mana yang harus dilewati. Begitu banyak jalan terlihat, tetapi sunyi. Dia memandang sekitar, semua tampak sepi. Apa Dia sendiri? Rasa takut mulai melanda Jasmine. Dia diam, berdiri, tertunduk, takut dan bingung. Tanpa terasa meneteskan air mata. Dan sebuah tangan menyentuh kulit wajahnya. Dia mendongakkan kepalanya, matanya memandang sang pemilik tangan itu.

" Kau yang menabrakku tadi pagi? " Tanya Jasmine terkejut. Dan Dia mengusap air mata diwajah Jasmine.

"Jangan menangis. Aku akan selalu menjaga dan melindungimu." Tampak kesenduan meliputi wajah tampannya.

Jasmine hanya terpaku menatapnya. Bingung dan tak mengerti kata-katanya, itu yang Jasmine rasakan. Dia terus memandang Jasmine dengan wajah sendunya.

"Maafkan Aku belum bisa menerima takdir ini. Karena jelas dunia kita berbeda." Ucapnya lagi.

Jasmine tidak tahu harus jawab apa. Mulutnya terasa tak bisa berkata. Tapi entah kenapa ketakutan yang Dia rasakan tadi sudah hilang.

"Jadi jangan pernah mencoba tertarik padaku. Aku mohon padamu. Karena Kau kelemahanku." Pintanya.

Jasmine terbangun. Dia melihat jam dinding, menunjukkan angka jam 5 sore.

' Ternyata hanya mimpi.' Batin Jasmine

Mengapa tampak begitu jelas dan nyata. Tapi apa maksud kata-katanya itu. Jelas aku tidak mengenalnya. Pikiran Jasmine bingung.

' Jangan tertarik padanya. Aku kelemahannya.' Satu ucapan itu sepertinya yang paling Jasmine ingat dalam mimpinya tadi. Dia termenung dan terpaku. Masih meresapi apa arti mimpinya. Mimpi yang sangat aneh baginya. Namun Jasmine tidak menemukan jawaban yang logika dari mimpi tersebut.

To be continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!