"Aku bukan anak kecil yang perlu perlindungan darimu Lion." Jasmine menghempaskan tangannya dengan kuat. Sakit hati kedua kalinya, membuat Jasmine emosi dan tidak bisa mentoleransi lagi. Begitu tangan Lion terlepas dari hempasan Jasmine. Jasmine langsung berlari menuruni tangga.
Tanpa terasa air matanya mengalir. Jasmine langsung menyeka dengan tangannya. Dia mengarahkan langkahnya ke kamar mandi wanita.Dan menghapus airmatanya, dengan mencuci wajahnya. Bunyi air kran mengalir seiring tetesan air mata yang masih sedikit tak bisa bekerja sama.
Jasmine melihat wajahnya di cermin yang memantulkan bayangannya.Dia merasa begitu bodoh terhadap dirinya sendiri. Seperti mengemis cinta pada seorang cowok yang jelas-jelas tidak menyukainya. Apakah cinta yang ada didalam hati telah membuatnya buta? Entahlah lah. Tapi hal itu masih benar-benar menyakitkan. Tidak hanya sekali, tapi ini kedua kalinya.
Jasmine menundukkan kepala. Dia memegang erat penopang wastafel. Dan perlahan menenangkan dirinya.
" Jasmine?" Suara yang tidak asing baginya.
Jasmine mengangkat wajahnya dan memandang kearah suara itu. Jasmine terkejut melihatnya. Dia wanita yang bertengkar dengan Lion waktu itu.
" Maaf. Anda siapa?" Tanya Jasmine memastikan.
" Tiffani. Sepertinya Kau masih mengingatku. Aku hanya ingin tanya padamu. Apa hubunganmu dengan Lion?"Ekspresi penasaran dan tatapan tajam sama seperti lima bulan yang lalu.
" Kami tidak mempunyai hubungan apa-apa." Jawab Jasmine jujur.
" Lalu apa yang kalian bicarakan tadi di Roof Top kampus? " Tiffani penasaran.
Jasmine terkejut mendengar pertanyaannya. Ternyata Tiffani diam-diam mengawasi Lion.
" Tanya saja pada Lion. Jangan tanya padaku." Jasmine mulai kesal.
" Kau benar-benar mahluk lemah yang berani padaku. Tapi sekarang Aku belum ingin menyakitimu. Aku hanya ingin peringatkan Kau jangan dekati Lion. Karena Dia milikku." Jelas Tiffani yang membuat Jasmine terkejut, namun juga kesal karena Tiffani mengancamnya.
" Tenang saja Tiffani. Dia tidak menyukaiku. Jelas Dia seutuhnya milikmu. Jadi jangan buang-buang waktumu untuk menggangguku atau bahkan menyakitiku." Ucap Jasmine seraya melangkah keluar, meninggalkan Tiffani yang kelihatan bingung dengan ucapannya, tetapi tersenyum puas mendengar pernyataan Jasmine.
Jasmine langsung berjalan menuju kelas berikutnya. Rasanya masih tidak jelas. Kata-kata Lion yang menyakiti hatinya lagi. Tiffani yang muncul dengan tiba-tiba dan mengancamnya. Semua itu sungguh membuat pikiran Jasmine semakin bingung, namun juga penasaran.
Jasmine memasuki ruang kelas. Masih dengan wajah kesal, Jasmine langsung menghempaskan diri ke tempat duduk disebelah Yuli.
Ketiga sahabatnya penasaran dengan ekspresi wajah Jasmine. Mereka saling berpandangan dan menggelengkan kepala.
" Why ?" Tanya Yuli.
Jasmine masih terdiam.
" Tidak ada. Aku hanya sedikit kesal ." Jelas Jasmine.
" Kesal dengan siapa?" Yuli. penasaran.
" Lion." Ucap Jasmine.
" Siapa??? " Ucap Mereka kompak.
Jasmine terkejut mendengar kekompakan suara Mereka bertiga.
" Apa Aku salah bicara?" Tanya Jasmine kepada Mereka.
" Tidak." Lagi-lagi suara Mereka kompak.
" Aiiish sudahlah. Kalian jangan menambahku semakin pusing." Jasmine mengeluarkan buku Bahasa Inggris di tasnya.
Dosen terlihat memasuki kelas. Mereka pun langsung beralih dari rasa penasarannya, dan sibuk mengeluarkan bukunya masing-masing.
" Apa Kau telah berkencan dengan Lion? Apa ternyata Lion
bukan gay ?" Runtutan pertanyaan Yuli disaat perkuliahan baru selesai, Hal itu membuat Jasmine mendengus kesal.
" Tidak. Dia Gay!!!" Teriak Jasmine membuat Yuli menutup telinganya.
Sani dan Saei langsung memandang ke arah Jasmine.
" Aiissh teriakmu buat gendang telingaku mendengung." Ucap Sani polos.
" Sorri." Ucap Jasmine seraya merapikan buku-bukunya dan memasukkan ke dalam tas.
" Jadi tadi Kau menemui Lion? Kenapa Dia tidak meneleponku dulu. Apa Lion sudah mengetahui no.hpmu?" Sari bingung dan juga penasaran.
" Tidak. Lion kerumahku kemarin, dengan alasan yang tidak jelas." Jelas Jasmine membuat ketiga sahabatnya terbelalak.
" Kerumah ??? " Lagi-lagi Mereka kompak.
" Kenapa kalian bertiga daritadi seperti paduan suara. Apa kalian semua sedang berlatih paduan suara?" Tanya Jasminemendengus kesal.
" Tidak. Aku hanya heran sepertinya Lion sudah normal." Ucap Sari seenaknya seraya tersenyum bahagia.
" Sepertinya ini sebuah kemajuan. Jelas Lion mulai tertarik padamu." Ucap Yuli mengeluarkan pendapatnya.
" Benar. Apalagi Dia bela-belain kerumah. Itu benar-benar tanda bahwa Dia mempunyai perasaan kepadamu." Ucap Sani seraya memandang Jasmine dengan keyakinannya.
" Kalian semua jangan berpendapat seenaknya. Lion kerumahku bukan untuk bilang suka atau mengajakku berkencan tapi melarangku dekat dengan Alex." Jelas Jasmine seraya beranjak dari tempat duduknya, sebelum mendengar paduan suara Mereka kembali.
" Apa ??? " Lagi-lagi Mereka kompak dan sudah Jasmine duga.
Jasmine langsung keluar kelas menuju area parkiran. Diarea parkiran, lagi-lagi Jasmine mendengar sebuah pertengkaran. Tidak, Itu perdebatan. Telinga Jasmine memastikan. Suara yang sama seperti lima bulan yang lalu. Kali ini lagi-lagi Jasmine menyembunyikan diri. Jasmine berusaha tidak memikirkan apapun. Dia hanya fokus mendengarkan perdebatan Mereka.
" Apa yang Kau lakukan padanya. Kenapa Kau menakutinya? "
" Aku tidak menakutinya."
" Jangan berbohong. Aku jelas melihat kamu menghampirinya dan mengancamnya."
" Aku hanya memperingatkan Dia untuk tidak mendekatimu. Apa itu salah? Bukankah yang kulakukan itu membantumu? "
" Aku tidak perlu bantuanmu. Dan Aku sudah bilang padamu untuk jangan ikut campur dalam masalah kehidupanku."
" Aku hanya ingin membalas bantuanmu dulu. Kenapa Kau marah seperti ini? Apa pandanganmu tentangnya, membuat Kau benar-benar mencintainya?"
" Kau tidak berhak tahu isi hatiku Tiffani."
" Aku berhak tahu. Aku juga mencintaimu. "
" Harus Aku bilang berapa kali lagi bahwa Aku tidak mencintaimu. Apa kata-kata itu belum cukup jelas buatmu?"
" Lalu apa Kau mencintai manusia lemah itu hanya karena pandanganmu itu? Kau bodoh Lion. Dia seharusnya menjadi korbanmu. Bukan malah mencintainya." Ucap Tiffani yang sepertinya sudah terlalu emosi.
" Kau jelas tidak tahu apa-apa tentangnya." Sahut Lion
" Iya benar. Aku tidak tahu apa-apa.
Yang Aku tahu sekarang hanya ingin memilikimu."
Sunyi senyap.Terdengar suara pintu mobil yang tertutup keras.Suara Mereka tidak terdengar lagi. Dan hanya deruan mobil yang terdengar. Entah itu mobil Lion, Tiffani atau lainnya. Jasmine tidak tahu.
Jasmine dengan tenang berdiri dari persembunyian dan melangkahkan kakinya kembali. Setidaknya tidak terlalu kelihatan, kalau Dia habis mendengarkan perdebatan Mereka yang ceroboh.
'Mengapa mereka selalu berdebat di area parkir. Seperti tidak ada tempat lain saja.' Gerutu Jasmine.
' Manusia lemah? Jadi Tiffani menganggapku manusia lemah? Akan Aku tunjukkan kalau Aku bukan manusia lemah. Aku manusia kuat. Bahkan lebih kuat dari Mereka manusia-manusia sok kuat itu.' Lagi-lagi Jasmine menggerutu. Tidak menerima kata-kata wanita aneh itu.
' Pandangan? '
' Korbannya? '
'Apa maksudnya?'
Jasmine berjalan sambil memikirkan kata-kata yang tidak logika dalam perdebatan Mereka.
" Apa Kau mendengarkan perdebatan kami tadi?" Suara Lion disela-sela banyaknya mobil terparkir.Jasmine terkejut dan menoleh kesamping. Matanya terbelalak karena terkejut melihat Lion.
To be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments