Mimpi aneh

Jasmine terdiam bingung, Dia seperti ada disebuah ruangan asing. Disekitarnya banyak peralatan dan benda-benda elektronik. Jasmine sendiri tidak tahu apa alat-alat itu dan fungsinya untuk apa. Kelihatannya seperti peralatan canggih. Hal yang sering dilihat dalam movie film-film barat yang mengacu ke cerita fiksi ilmiah. Namun tiba-tiba terdengar suara diruangan sebelahnya.

" Kalian bodoh sekali, kenapa Kalian menculik jiwanya saja?" Suara itu terdengar marah.

Jasmine pun langsung menoleh, Dia penasaran. Dan kebetulan, terlihat ada sebuah pintu.Tanpa sadar Jasmine mengintip dibalik lubang kecil sebuah pintu tersebut.

" Maaf boss. Ada yang menjaganya." Sahut mahluk tersebut, yang mempunyai tinggi setengah manusia, kulit berwarna abu-abu, serta yang paling jadi ciri khas yaitu kepala dan matanya yang besar. Sedangkan jari-jari tangan dan kaki Mereka tidak sebanyak manusia. Mereka juga tidak memiliki telinga dan berhidung rata.

" Kembalikan Dia!" Ucap yang bertubuh jangkung.

" Baik boss."

Dan tiba-tiba Jasmine terbangun dari mimpi anehnya tersebut. Tanpa sadar Jasmine seperti melihat Lion berada di balkon kamarnya. Jasmine pun buru-buru beranjak dari tempat tidurnya. Dia setengah berlari dan menuju balkon. Namun tidak ada siapa-siapa disitu.

Keringat membasahi pipi Jasmine. Dia rasanya ngos-ngosan, seperti habis olahraga, karena setengah sadar Jasmine menghadapi mimpi tersebut. Jasmine masih mengedarkan pandangannya ke seluruh arah. Dan meyakinkan diri, bahwa Lion benar-benar tidak ada di balkon kamarnya. Suasana sunyi dan hening semakin terasa bagi Jasmine. Hanya suara jangkrik dan hewan malam yang bersahutan terdengar dalam kesunyian malam. Jasmine pun memutuskan kembali ke kamarnya. Dia tertidur kembali.

Paginya, Jasmine buru-buru bersiap-siap dan sarapan. Seperti sebelumnya, Lion datang menjemputnya. Dalam perjalanan, Mereka masih terdiam. Seperti ada dipikiran masing-masing. Hanya sebuah alunan musik yang mengiringi perjalanan Mereka. Lion melirik ke arah Jasmine yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu.

" Apa Kau baik-baik saja?" Tanya Lion memecahkan keheningan diantara Mereka.

" Iya." Sahut Jasmine terlihat ragu ingin menceritakan mimpi anehnya tadi malam.

" Baiklah kalau begitu." Lion membelokkan arah. Bukan menuju kampus. Namun menuju ke arah lain.

" Kita mau kemana?" Jasmine langsung tersadar.

" Jalan-jalan." Sahut Lion.

" Kau menyuruhku membolos kuliah?" Jasmine asal menuduh.

" Apa Kau tidak sadar. Ini hari Minggu." Lion menggeleng-gelengkan kepalanya.

" Oh My God! Sepertinya mimpi itu membuatku gila." Ucap Jasmine keceplosan seraya menepuk jidatnya sendiri.

Lion lagi-lagi melirik ke arah Jasmine. Lirikan yang tidak bisa diartikan.Lalu Lion menghela nafas panjang. Seakan semua itu juga mengganggunya.

" Kau mimpi apa?" Tanya Lion memancing pembicaraan.

" Mimpi aneh." Sahut Jasmine singkat.

" Itu bukan mimpi." Jelas Lion.

Jasmine terkejut dan menoleh ke arah Lion yang sedang fokus mengemudi.

" Jadi itu kenyataan." Jasmine mengerjap-ngerjapkan matanya. Seakan tidak percaya dengan ucapan Lion.

Sedangkan Lion menganggukan kepalanya.

" Aku sudah mencoba menghapus ingatan itu. Namun kemampuanmu melihat masa lalu menghalangiku." Jelas Lion frustasi.

" Jadi tadi malam Aku dimana?"

" Jiwamu dibawa salah satu spesies ras the grey. Tapi seperti yang kubilang sebelumnya. Mereka butuh raga untuk eksperimennya dalam pengembangan hybrid. Jadi mau tidak mau mengembalikanmu kembali. Aku berniat menyerangnya. Sepertinya Aku tahu dimana Mereka bermukim disini. Namun tidak untuk saat ini. Aku akan mengawasinya dahulu." Jelas Lion panjang lebar.

" Bagaimana Mereka tahu keberadaanku?" Jasmine penasaran.

" Entahlah, intinya ada yang diam-diam mengawasi dan memberikan informasi. Dengan pertukaran kekuatan atau teknologi canggih. " Jelas Lion. Dan Jasmine sama sekali belum paham. Apa untungnya Mereka saling bertukar seperti itu. Juga mengembangkan hybrid yang tidak jelas. Jasmine termenung, membayangkan mimpi tadi malam.

Mereka kini melewati hutan-hutan kecil. Jasmine melihat sekitar hanya tumbuh-tumbuhan semak belukar yang terlihat.

" Sebenarnya Kita mau kemana?"

" Rumah orang tuaku. " Jelas Lion.

" Oya, Kalau Aku memintamu melakukan sesuatu, apakah kau

akan memercayaiku?" Tanya Lion.

Ada sebuah kegelisahan dalam Suaranya yang lembutnya.

" Tergantung." Sahut Jasmine hati-hati menjawab pertanyaan Lion.

"Aku takut Kau akan menjawab begitu."

Sedetik lalu Lion msih bersikap rileks, tapi sekarang mendadak kedua tangannya mencengkeram kemudi erat-erat, jari jemarinya berusaha keras menahan agar tangannya tidak menghancurkan kemudi itu hingga berkeping-keping. Jasmine menatap ekspresinya yang gelisah, matanya menerawang jauh, seperti mendengarkan suara-suara di kejauhan. Detak jantung Jasmine langsung berpacu, merespon tekanan yang Lion rasakan.

" Kau ingin Aku melakukan apa, Lion?"

" Aku ingin Kau tetap dimobil. Apapun yang terjadi." Pinta Lion seraya memarkirkan mobilnya dipinggir jalan. Dan mematikan mesin mobilnya.

" Aku ingin Kau menunggu disini, sampai Aku datang."

" Tapi..., Kenapa?" Jasmine penasaran. Saat itulah baru Jasmine melihatnya. Alex bersandar disepeda motor sport hitamnya, yang diparkir sembarangan.

" Oh." Jasmine baru mengerti.

Ekspresi Alex menunjukkan emosi.

Alex tak pernah bisa memancarkan ketenangan diri, seperti yang selalu terpancar dari diri Lion.

" Sepertinya Aku keliru mengajakmu hari ini kerumah Ayahku. Dia mengikuti Kita."

" Aku tidak mau menunggu dimobil." Tolak Jasmine yang kini menjadi penasaran dan langsung beranjak keluar dari mobil. Membuat Lion terkejut.

Wajah Alex mengeras saat Lion dan Jasmine menghampirinya.

Dengan perasaan takjub, Jasmine sadar bahwa Alex memang berbahaya.Lion berhenti beberapa meter dari Alex. Dan Jasmine tahu, agar Dia tidak terlalu dekat. Lion pun menarik tangan Jasmine agak kebelakang, separuh mengahalangi Jasmine agar terlindungi.

" Sebenarnya Kau bisa meneleponku tanpa mendadak seperti ini." Ujar Lion.

" Maaf," Sahut Alex, wajahnya terpilin membentuk seringaian sinis.

" Di speed dial teleponku tidak tersimpan nomor telepon sang pengkhianat."Cibirnya.

" Atau Kau bisa menemuiku saat Aku sendiri."

Dagu Alex mengeras, alisnya tertaut. Dia tidak menyahut.

" Ini bukan waktu yang tepat, Alex. Bisakah Kita mendiskusikannya lain waktu?"

Alex mendengus.

" Kalau sekarang kenapa memangnya?"

Lion memandang ke arah Jasmine. Dia melihat ekspresi Jasmine, yang malah terlihat fokus dengan pembicaraan Mereka.

"Aku sudah tahu maksud kedatanganmu kesini." Lion mengingatkan Alex dengan suara sangat pelan, hingga bahkan Jasmine pun nyaris tidak mendengarnya.

" Pesan sudah diterima. Anggap saja Kami sudah diperingatkan." Lion melirik Jasmine sekilas dengan sorot mata yang was-was.

" Diperingatkan?" Tanya Jasmine bingung.

" Jadi Kau tidak memberi tahunya?" Tanya Alex, matanya membelalak tak percaya.

" Kenapa? Kau takut Dia akan meninggalkanmu?"

" Kumohon, hentikan, Alex!" Pinta Lion dengan suara datar.

" Kenapa?" Tantang Alex.

Jasmine mengerutkan kening bingung.

" Apa yang tidak kuketahui? Lion?"Jasmine menatap Lion, matanya penuh tanda tanya.

Lion hanya menatap Alex garang, seolah-olah tidak mendengar pertanyaan Jasmine.

Alex tersenyum sinis.

" Jadi Dia tidak bercerita padamu bahwa..." Ucapan Alex terhenti.

" Sudah cukup Alex! Ayo Jasmine!" Ajak Lion menarik tangan Jasmine untuk kembali ke mobil.

Namun Alex tetap menghadang Mereka.

" Aku belum selesai, Lion." Ujar Alex.

To be Continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!