Satu tahun berlalu begitu cepat, Kang Jian merasakan perkembangan yang sangat jauh dari Xue Zhan. Bukan hanya kekuatan dan pola pikirnya, namun juga tinggi tubuhnya yang dulu hanya sebatas dadanya kini sampai di telinganya. Dan tentu saja, anak itu berkembang pesat bersama temannya.
Mereka berdua menjelma menjadi iblis dan setan yang tidak bisa dihentikan. Dibandingkan itu, Kang Jian masih terus memastikan pergerakan Taring Merah. Setahun terakhir tidak terdengar kabar apa pun tentang mereka. Dan itu adalah sesuatu yang patut dicurigai.
"Sedang mengkhawatirkan sesuatu, kawan?" Bayangan Es, begitu orang-orang menyebutnya, lelaki itu menepuk pundak Kang Jian pelan. Duduk di sampingnya, mereka baru saja melakukan rapat dengan sejumlah tamu. Di antara semua yang hadir hanya Kang Jian yang terlihat amat serius.
"Bukan apa-apa, aku hanya sedikit cemas saja." Dia tersenyum tipis, Bayangan Es menguap lebar. "Mencemaskan muridmu, ya? Sudah seperti mencemaskan anak sendiri."
Lelaki itu membuang pandangan ke luar jendela dan melihat dari bawah seorang pemuda tengah dilatih bersama puluhan orang sebayanya. "Tapi kuakui, pencapaiannya cukup mengejutkan. Dia berhasil melakukan banyak misi berbahaya dan menyelamatkan orang-orang tanpa berpikir dua kali. Terakhir kali misi di Rawa Tongxu dan dia berhasil menyelamatkan dua anak yang terjebak di tengah rimba siluman. Untuk sekelas pendekar pemula itu sudah sangat memuaskan."
Kang Jian tersenyum menerima pujian itu. "Dia harus lebih banyak berlatih. Karena ... Ada musuh besar yang sedang mengintai di balik punggungnya."
Terlihat wajah penuh terancam, Bayangan Es yang semula mengantuk perlahan serius menanggapi obrolan Kang Jian.
"Mereka masih beroperasi? Kukira berhenti untuk sementara waktu."
"Mereka tidak pernah berhenti, hanya saja sedang menarik ulur untuk menghantam lebih kuat suatu saat nanti."
Samar, Bayangan Es berdeham. "Mungkin itu menjadi alasan mengapa aku melihat muridmu begitu keras berlatih, bahkan saat tengah malam pun ketika aku tidak sengaja melewati kediaman mu, aku masih bisa melihatnya berlatih sendirian di tengah badai hujan."
"Anak itu," ucap Kang Jian menatap Xue Zhan, "Dia tahu sedang mencari incaran musuh dan berlatih sekeras mungkin untuk melewati saat di mana mereka mulai menyerang. Xue Zhan juga memiliki keinginan untuk ..."
Kalimatnya terhenti, Kang Jian membuang napas pasrah ketika melihat Bayangan Es malah tertidur dalam posisi duduk. Memang dia sering terlihat terlelap, karena banyaknya misi yang membuatnya kekurangan waktu untuk beristirahat. Tapi dalam posisi tidur pun, saat musuh menyerang dia masih bisa membalas balik di alam bawah sadarnya. Salah satu hal yang membuatnya dijuluki sebagai Pedang Suci Kedua, selain kekuatan esnya yang begitu hebat.
Kang Jian menyuruh beberapa pelayan untuk mengurus lelaki itu, paling tidak membawanya ke tempat yang lebih layak untuk tidur. Dia berjalan ke lorong bangunan, hingga tiba-tiba Kaisar Ziran terlihat di depannya.
Dia menggunakan kode jari tanpa mengatakan apa-apa kepada Kang Jian.
"Misi rahasia." Itulah yang ditangkap Kang Jian, dengan segera dia mengikuti langkah kaki lelaki itu. Di dalam sebuah ruangan tertutup baru Ziran Zhao membuka suara, wajahnya terlihat kalut.
"Pergerakan kembali dimulai. Getarannya terasa sampai ke tanah kita, sampai amis darah yang tercium begitu pekat memasuki hidung. Bagian pedalaman Kekaisaran Feng di utara dibantai habis, sekitar 200 orang tewas menjadi korban. Ini adalah pergerakan terbesar yang pernah kita dapatkan."
Tentu saja Ziran Zhao yang bekerja sama dengan pihak Kekaisaran Feng menyumbangkan bala bantuan untuk mereka menghadapi masalah serius itu. Namun tetap saja, tidak menutup kemungkinan wilayah tempatnya bernaung akan menjadi 'taman hiburan' selanjutnya bagi orang-orang bertopeng silang itu.
"Selain itu aku membutuhkan sekelompok orang untuk mencari tahu tentang 'Sang Perantara' bernama Hong Yen. Dia hanyalah seorang laki-laki biasa, tapi ..." Kaisar Ziran melanjutkan sambil menggelengkan kepala, informasi yang dia dapat tentang Hong Yen memang terbatas.
"Aku hanya bisa memercayakan misi ini kepadamu karena kau bisa memecahkan semua informasi yang hilang tentang orang ini. Jika benar dia adalah Sang Perantara, itu artinya langkah kita semakin dekat dengan Taring Merah. Kau boleh mencari dua orang lagi untuk berjaga-jaga. Tetap pastikan identitasmu aman dan jangan berbuat sesuatu yang gegabah."
"Saya mengerti, Yang Mulia," sambut Kang Jian. "Terkait dua orang yang akan ikut bersamaku, aku mengajukan dua nama. Xue Zhan dan Jiazhen Yan."
Sontak Ziran Zhao terkejut, dia menautkan kesepuluh jari sembari mempertanyakan keputusan Kang Jian.
"Mereka sangat ceroboh dan berisik. Apa kau yakin dua orang bocah itu cocok untuk misi ini? Ada lebih banyak pendekar terlatih yang lebih layak mengikuti misi ini bersamamu."
"Ini adalah pilihan terbaik menurut saya. Yang Mulia tahu, dia adalah sasaran terakhir Taring Merah. Aku akan membawanya melihat mereka dalam jarak aman. Dan Jiazhen Yan sendiri ikut karena aku tahu dia akan mengamuk kalau tidak diajak. Meski begitu dia adalah jenius termuda nomor satu untuk saat ini, jadi kemampuannya pasti akan terpakai."
Setelah lama mempertimbangkan Ziran Zhao akhirnya mengangguk dengan berat. "Rahasiakan misi ini dari siapa pun, kita tidak tahu siapa pengkhianat di antara kita. Jika sampai informasi ini bocor, tak menutup kemungkinan Xue Zhan akan diserang ditengah menjalankan misinya."
Kang Jian mengangguk. Hingga Ziran Zhao beranjak dari tempat tersebut baru dia pergi.
Malam hari turun, kali ini Jiazhen Yan tidak ikut karena harus menghadiri acara penting keluarga bangsawan. Kang Jian dan Xue Zhan duduk di atas atap sambil melihat langit malam.
"Besok kita akan berangkat untuk misi rahasia, Jiazhen Yan ikut bersama kita."
Xue Zhan mengernyit. "Misi bersama Guru dan Jiazhen?"
Sebelumnya Xue Zhan terbiasa menjalani misi bersama pendekar lain. Karena orang-orang yang ditunjuk dalam misi diambil berdasarkan kemampuan mereka untuk menghadapi permasalahan di misi tersebut menjadi sebuah kelompok yang saling bekerjasama. Dia tidak pernah disandingkan dengan pendekar kelas atas seperti Kang Jian dan itu membuatnya mulai menebak-nebak bagaimana misi rahasia yang dimaksud gurunya.
"Misi ini mungkin saja berbahaya, mungkin saja tidak. Tergantung situasi. Tapi sebaiknya kau harus waspada, " dia menoleh ke arah Xue Zhan. "Karena ini berkaitan dengan Taring Merah."
Tangan Xue Zhan terkepal erat, bola mata merahnya menyala terang melebihi terangnya bulan purnama di atas kepala mereka. Kang Jian menangkap ekspresi yang diam-diam disembunyikan oleh Xue Zhan.
Tatapan seorang pembunuh.
"Sudah lama tidak mendengar nama itu."
Kang Jian membaca sebuah keganjilan. Selama setahun terakhir dia tahu muridnya itu berlatih untuk menjadi lebih kuat dan diakui, di samping itu juga agar bisa melawan Taring Merah yang kelak datang untuk menyerangnya. Kata-kata terakhir yang dikeluarkan Cahaya Keenam dalam penyerangan di istana setahun lalu masih terngiang jelas di otaknya.
Wanita itu akan kembali. Dan sampai wanita itu tiba, Xue Zhan ingin membunuh wanita itu hingga ke tulang-tulangnya.
Mata itu pertama kali dilihat Kang Jian, dia sempat tertegun. Untuk beberapa saat kemudian menepuk pelan pundak Xue Zhan. "Apa yang terjadi?"
Seminggu sebelum itu, Xue Zhan bertemu dengan seorang laki-laki yang selamat dalam penyerangan di Desa Guxia. Salah seorang petani biasa yang datang ke ibu kota untuk menjual dagangannya. Tanpa sengaja bertemu Xue Zhan dan bertanya soal adiknya.
Lelaki itu mengaku melihat Lin Yu Mei terakhir kali bersama seorang wanita bertopeng silang putih berambut panjang dengan kipas raksasa. Siapa lagi kalau bukan wanita dari Taring Merah, Xue Zhan mengepalkan tangannya erat.
Lelaki itu memberikan pedang yang ditinggalkan Lin Yu Mei kepada Xue Zhan sebelum pergi. Pedang yang berlumuran darah, bukan hanya milik kakeknya melainkan juga Lin Yu Mei.
Taring Merah telah merenggut nyawa adiknya, Xue Zhan akan membalas setimpal. Nyawa dibayar nyawa. Kalimat itu terus mengiang di kepalanya hingga membuat matanya gelap.
"Tidak akan kumaafkan ..."
"Zhan'er, aku tahu kau marah. Jangan libatkan emosi dalam misi kali ini. Jika kau berbuat satu kesalahan kecil saja, kita akan gagal dan malah diserang balik. Tenangkan dirimu, jika tidak bisa maka aku akan mencari pengganti."
"Aku harus ikut, Guru. Aku tidak akan berbuat ceroboh. Aku ingin melihat orang-orang itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
Willy Yolanda Kutus Tuban
kyknya adiknya gk dibunuh deh
malah di cuci otak
2023-02-24
2
Imam Iswanto
aaaaaa
2023-02-24
0
y@y@
👍🏼👍🏻👍👍🏻👍🏼
2023-01-17
2