"Cih!"
Satu malam yang menyebalkan di rumah singgah yang berdebu dan penuh serangga dipenuhi cemoohan dan kekesalan Jiazhen Yan. Sebagai anak seorang bangsawan yang terbiasa hidup bersih dan mewah, dia tidak pernah bisa bersahabat dengan debu dan kotoran di tempat di mana Xue Zhan tinggal. Memasuki malam Kang Jian membawakan makanan yang dibelinya di kedai terdekat untuk dimakan. Mereka hanya bertiga tapi terasa seperti bersepuluh karena kehadiran Jiazhen Yan.
"Arghhh debu ini, kecolok mataku!"
"Kalian tidak takut pintu jelek itu tiba-tiba terlepas dan menghantam kepala kalian?"
"Oi, oi, serius. Kalau kecoa ini tiba-tiba masuk ke lubang hidungmu bagaimana, Xue Zhan bodoh?"
Jiazhen Yan bertambah ngeri ketika Xue Zhan menangkap kecoa itu dengan muka mupeng sekaligus mendongkol. Mengeluarkan serangga itu lewat jendela, telinganya pengang seharian mendengar celotehan Jiazhen Yan.
Kang Jian yang baru kali ini melihat wajah kesal Xue Zhan nyaris tertawa. Dia berusaha menahannya dan bersikap biasa saja.
"Makanlah dulu," ajaknya pada pemuda bangsawan itu. Jiazhen Yan menautkan alis garang, memasang wajah pertentangan. "Senior menyuruhku memakan jamur bau ikan asin ini? Cacing di perutku bisa langsung kocar-kacir melihatnya, tidak mau!"
"Ya sudah kalau tidak mau makan, janji jangan minta-minta."
Jiazhen Yan sangsi. Para pelayannya sudah dia usir tadi dan sekarang tiba-tiba saja suara perutnya berbunyi keras, wajah kesalnya tiba-tiba memerah malu. Apalagi menyadari Kang Jian dan Xue Zhan sama-sama menatapnya, padam muka pemuda itu.
"Hoh, itu bunyi cicak terjepit, bukan apa-apa. Makan saja sana, sebelum ku tampar kau!" Jiazhen mengangkat tangan ingin menampar Xue Zhan, lawan bicaranya itu tertawa cekikikan sambil memegang perut.
"Kalau makan jamur paling sakit perut, daripada kau mati kelaparan. Hahaha."
"Xue Zhan benar. Kami tidak punya banyak, kalau kau lapar makanlah." Kang Jian tersenyum tipis.
"Atau mau balik ke rumah ayah ibumu untuk makan? Tuan Muda Jiazhen ternyata anak yang tidak mandiri, hahaha," tawa Xue Zhan makin menjadi, muka Jiazhen Yan yang memang seputih salju makin merah padam.
"Kau ini benar-benar!" pekik Jiazhen Yan.
"Benar-benar jujur?"
Jiazhen Yan menjepit kepala Xue Zhan di ketiaknya dan tangannya masih yang terkepal memutar-mutar ubun-ubun Xue Zhan dengan geram.
"Aih kalian berdua ini, sudah seperti tikus dan kucing. Ribut sekali." Kang Jian menyumpit sayur-sayuran dari dalam mangkuk yang masih berasap panas, hanya seperti rebusan biasa yang dicampur dengan udang. Tidak heran mengapa Jiazhen Yan tidak selera makan.
Pada akhirnya Jiazhen Yan memakan sayur rebus campur udang itu walaupun dia hampir memuntahkannya.
Kang Jian terpikirkan hal lain.
"Gurumu sudah memberitahukan soal Ujian Pendekar Pemula? Dalam waktu dekat seleksi akan dilakukan, kudengar Wang Tian sudah mendaftarkanmu."
"Heh!"
Jiazhen Yan berseru sambil melipat kedua tangannya angkuh, "Tidak perlu seleksi pun aku sudah pasti lulus."
"Tetap saja kau harus mengikutinya untuk diakui secara formal. Dan ada syarat tersendiri, kau baru bisa ikut seleksi setelah berumur 14 tahun dan itulah adalah peraturan yang harus dipatuhi."
Xue Zhan mendekatkan duduknya, tertarik dengan pembicaraan Jiazhen Yan dan Kang Jian.
"Ujian Pendekar Pemula?"
Jiazhen Yan mendengkus, "Jangan ikut, kau itu bodoh. Tingkat memegang pedang kayu saja sudah gemetar apalagi disuruh pegang pedang sungguhan. Bisa pingsan sambil berdiri kau sepertinya."
Kang Jian menjelaskan dengan singkat. "Ujian Pendekar Pemula hanya dilaksanakan enam bulan sekali dan setelah berumur 14 tahun baru kau bisa mengikutinya. Ada beberapa syarat seperti identitas murid dan yang lainnya. Tapi," potong Kang Jian, dia terlihat yakin. "Aku sudah menyiapkan berkas dan semua persyaratannya, jika kau ingin ikut aku akan mendaftarkanmu."
"Benarkah?" Xue Zhan tidak menyangka Gurunya begitu baik. Bahkan mau repot-repot mengurus semua hal itu untuknya, Kang Jian tersenyum seperti biasanya.
"Kau mau?"
"Tentu saja! Terima kasih, Guru."
"Heh, terharu dia. Gampangan sekali." Jiazhen Yan mendecih. Dia menyuap makanan lagi, untuk kesekian kalinya hampir muntah, dia berusaha menutupi wajah dengan menunduk. Matanya berkaca-kaca karena berair. Xue Zhan mengintip dari bawah sambil menyelutuk.
"Senang sekali dapat makanan gratis, sampai hampir menangis. Makanlah, makan, jangan sungkan-sungkan."
"Aku tidak menangis, Xue Zhan bodoh!!"
**
Halaman sebuah gedung berlantai tiga penuh oleh guru-guru dan murid dari berbagai sekte. Ada lima lelaki duduk di depan meja tempat mengumpulkan berkas.
Kang Jian mengantarkannya ke sana-dan tentu saja Jiazhen Yan masih terus menguntit dengan muka tidak bersalah. Beberapa Guru menyapa Kang Jian, dia memang sangat populer apalagi di kalangan Guru-guru wanita muda. Namun tatapan ramah itu selalu berubah ngeri saat mereka melihat murid yang dibawa Kang Jian, bisik-bisik aneh mulai terdengar, tatapan kebencian mulai menyorot ke arah mereka bertiga.
Xue Zhan sadar diri akan hal itu. Keramaian ini, bukanlah tempatnya bernaung mungkin untuk saat ini. Mereka tidak mau menerima iblis sepertinya.
Kang Jian menepuk pundaknya tanpa berkata-kata, seolah menyiratkan sesuatu. Xue Zhan tidak perlu mempedulikan omongan orang lain.
Namun di perjalanan seorang gadis muda yang begitu cantik rupawan setengah berlari ke arah mereka. Dia memeluk sebuah kotak persegi berukir emas dan dibaluti kain tipis yang begitu halus. Yin Jiao, gadis itu menunduk di depan Xue Zhan yang sama terkejutnya seperti Kang Jian dan Jiazhen Yan.
"Te-terima kasih sudah menyelamatkanku! Mohon terimalah pemberianku-!" Nada bicaranya terdengar bergetar.
Xue Zhan tersenyum. Gadis itu pasti ketakutan sekali sampai dia tidak berani menatap, tangannya saja gemetar hebat.
"Tidak usah, Nona Yin. Aku sangat menghargai itu, tapi aku tidak bisa menerimanya."
Yin Jiao mengangkat wajahnya yang memerah seperti tomat. Sadar Xue Zhan juga menatapnya, dia segera mendorong kotak berbahan emas itu ke dada Xue Zhan dan kabur tanpa menoleh ke belakang lagi.
"Nona Yin yang pemalu," ujar Jiazhen Yan sedikit tidak peduli. "Tapi dia adalah salah satu murid jenius, saat dia serius dia bisa mematahkan seluruh tulang rusukmu."
"Benar, Nona Yin sangat terampil dalam menggunakan pedang. Terimalah pemberiannya, aku yakin dia mempersiapkan itu dengan susah payah. Setahuku Nona Yin bukanlah tipe orang yang akan memberikan sesuatu langsung kepada seseorang, dia biasanya menyuruh orang lain untuk mewakilkan karena dia adalah gadis yang pemalu."
Xue Zhan menatap kotak persegi, luarnya saja sudah terlihat sangat mahal. Tangannya sampai dingin memegangnya. Bagaimana kalau tiba-tiba pencuri datang dan merampas kotak emas itu.
"Baiklah, aku akan menjaganya."
Kang Jian tiba-tiba harus pergi, dia harus menemui seseorang di gedung lain. Lelaki itu menitipkan Xue Zhan pada Jiazhen Yan, setelah gurunya pergi mereka berdua kedatangan orang lain yang memanggil Jiazhen Yan dengan sangat akrab.
"Di sini rupanya, aku mencarimu ke mana-mana."
Wang Tian, Guru Jiazhen Yan. Kekuatan lelaki itu mungkin setara dengan Kang Jian, perawakannya tinggi kurus dan alis tebalnya menukik tajam. Menghadirkan kesan menakutkan saat pertama kali menatapnya.
"Oh, kau si murid iblis yang diangkat Kang Jian karena kasihan itu bukan?"
Kalimat pertama yang keluar dari mulutnya sangat menyakitkan. Xue Zhan mengepalkan tangan, gemetar.
"Apa maksudnya kasihan?" Xue Zhan bertanya dengan menekan suaranya agar tidak terdengar sedang marah.
"Kau tidak tahu, gosip-gosip tentangmu sedang menyebar luas di kalangan para Guru. Kau akan dihukum mati dalam tiga hari, Kang Jian mungkin menjadikanmu murid karena kasihan dan berharap dengan dia adalah gurumu hukumannya akan diringankan."
Bibir Xue Zhan kelu.
"Kau tidak membunuh orang sebelum sampai ke sini, kan? Tandukmu kelihatan mengerikan, dan matamu itu ... " Dia bergidik, "Tuan Muda Jiazhen tidak sebaiknya bergaul dengan orang sepertinya, salah-salah Anda bisa dibunuh oleh iblis ini."
Seperti sengaja mengatakannya, laki-laki itu masih sempat lagi berpura-pura menutup mulut.
"Ah, aku kelepasan. Mohon dilupakan."
Senyum di wajah Wang Tian begitu mengejek. Apalagi melihat Xue Zhan tidak mampu berkata-kata. Dia semakin senang menyudutkannya.
"Iblis katamu?"
Kepalan tangannya kian erat, giginya bergemerutuk hebat. Marah di dadanya membuncah hebat.
"Mulutmu lebih bau daripada sampah, laki-laki berengsek! Mati saja di tumpukan sampah sana!"
Wang Tian terlempar oleh tinju mematikan itu, puluhan guru dan murid menyingkir menyaksikan keributan itu. Seorang murid baru saja memukul Guru tanpa ampun.
Bukan Xue Zhan yang mengamuk, tapi dia adalah Jiazhen Yan.
"Berani kau mengejeknya lagi, kupatahkan lehermu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
Alan Bumi
3 orang tapi rasanya seperti 10 orang, hebat sekali Yan Jiazhen ini
2023-11-17
0
Alan Bumi
kecolok mataku?
2023-11-17
0
Willy Yolanda Kutus Tuban
mantapppp wkwkwk
2023-02-24
1