Mengejutkannya, hari di mana keputusan Ziran Zhao tentang hukuman hidup atau mati Xue Zhan diumumkan bertabrakan dengan hari seleksi Ujian Pendekar Pemula. Sebenarnya pendaftaran memang sudah dibuka sejak lama dan Xue Zhan baru tahu tentang hal itu dan didaftarkan di hari terakhir. Dia mengetahuinya dari Jiazhen Yan-setelah menitipkan anaknya lelaki itu mengatakan bahwa dia harus pergi mempersiapkan ujian besok.
Debar di hati Xue Zhan makin tidak karuan, dia begitu gugup sampai tidak menyadari Kang Jian memanggilnya untuk menjelaskan semua mekanisme ujian besok.
Pada malam harinya Xue Zhan berniat berlatih dengan membawa Kitab Phoenix Surgawi ke halaman belakang. Dia tidak bisa tidur hanya karena memikirkan ujian besok.
'Bagaimana jika aku kalah? Teman-teman Guru pasti akan semakin meremehkannya, aku hanya membuatnya malu dengan kekalahanku. Tapi aku sendiri tidak ada persiapan walaupun guru sudah menjelaskan semuanya ... Arghhh, bagaimana ini-' batin Xue Zhan sambil memegang kepalanya pusing.
Xue Zhan membuka Kitab Phoenix Surgawi untuk pertama kali, di tengah malam pekat itu cahaya hijau muda keluar dari kitab tersebut begitu indah. Xue Zhan terpana sesaat karena begitu kagumnya, ada sebuah kekuatan yang tersimpan di dalam benda mati itu, seolah dia adalah makhluk hidup.
Dua benang cahaya hijau keluar dari lembaran kertas dan bergerak melekuk melingkari tangan Xue Zhan. Hingga akhirnya lembaran berhenti terbuka, sebuah tulisan muncul di atas kertas yang masih kosong itu.
Tahap 1 - Angin
Gerbang I - Tulang
Tarian Pedang Angin
Sepertinya Kitab tersebut memang memiliki sesuatu di dalamnya. Dia merasa kitab itu barusan mengukur kekuatannya dan mengeluarkan satu jurus yang mampu dia pelajari untuk saat ini. Melihat ada angka di dalamnya, besar kemungkinan kitab itu memiliki tahap tertentu. Semakin besar kekuatannya maka semakin tinggi tahap dan level kekuatannya.
Dan Xue Zhan curiga dengan penamaan elemen angin di tahap tersebut.
"Kalau tahap pertama angin, bisa jadi tahap selanjutnya api, air, dan tanah? Kitab ini sangat misterius, tapi Guru mengatakan ini benda yang dicari-cari. Besar kemungkinan ini sangat berharga, aku harus menjaganya."
Dibanding itu, Xue Zhan memutuskan untuk mempelajari satu jurus yang dapat dia pelajari. Tarian Pedang Angin.
Lalu Xue Zhan terheran-heran membaca isi dari kitab tersebut, mencoba memahaminya berkali-kali dia akhirnya langsung mencoba mempraktekkan. Xue Zhan ambruk di atas tanah. Napasnya berderu tidak beraturan. Sementara besok pagi dia harus mengikuti tes, itu membuatnya sangat frustrasi.
Xue Zhan bahkan tidak dapat menguasai jurus paling dasar dalam Kitab Phoenix Surgawi. Dua jam pertama tidak ada apa pun yang terjadi setelah dia menghunuskan pedang, sementara jurus itu memiliki kemampuan mengubah angin serupa pedang tanpa wujud.
Kang Jian mengatakan bahwa salah satu syarat untuk lulus adalah menguasai satu jurus.
Xue Zhan tidak bisa terus diam. Dia segera bangkit. Berusaha memfokuskan konsentrasinya. Mencoba merasakan aliran kekuatan dalam denyut nadi, otak dan darahnya. Sejak kecil lagi Lin Yu Shan telah mengajarkannya cara menggunakan kekuatannya, tapi saat itu Xue Zhan tidak begitu serius karena berpikir dia lebih baik menjadi pekerja biasa untuk menghidupi Kakeknya yang renta dan Lin Yu Mei.
Sekarang semuanya berbeda. Xue Zhan akan mengikuti pesan terakhir Lin Yu Shan, mencari keberadaan orang tuanya dan jati dirinya yang sebenarnya.
Empat jam berlalu, Xue Zhan berhasil mengumpulkan kekuatan di seluruh tubuhnya. Angin tipis mulai muncul di tanah tempatnya berpijak, menciptakan lingkaran di sekitar tapaknya yang perlahan-lahan semakin cepat.
Xue Zhan membuka mata, ini adalah penentuannya. Dia menebaskan pedang miring ke arah batang pohon besar.
Namun lagi-lagi dia begitu kecewa, angin dari pedang itu hanya membuat goresan kecil di batang pohon, bahkan tidak lebih dari jari kelingkingnya sendiri. Xue Zhan kelelahan, kekuatannya seperti terkuras habis. Mungkin ini hampir ke seratus kalinya dia mencoba jurus yang sama dan tidak ada satu pun yang membuahkan hasil.
Tetesan keringat membanjiri wajahnya. Xue Zhan menunduk, menatap ke bawah.
Di sisi lain, Kang Jian yang melihat dari kejauhan menyandarkan tubuhnya di pohon. Dia berniat membantu Xue Zhan untuk berlatih, memang ini adalah keputusan gegabah untuk langsung mendaftarkan Xue Zhan ikut Ujian Pendekar Pemula. Guru-guru lain mempertanyakan sikapnya, tapi Kang Jian saat itu sangat percaya Xue Zhan mampu.
"Apa keputusanku benar-benar tepat? Aku membuatnya sangat tertekan, sebenarnya apa yang kupikirkan ... Aku harus membantunya, jika dia ingin mengundurkan diri juga tidak apa-apa." Kang Jian melangkah, tapi ternyata bukan hanya dirinya yang melihat Xue Zhan.
Si bangsawan cerewet Jiazhen Yan sudah lebih dulu datang. Xue Zhan yang sedang terpuruk tidak menghiraukannya, dia terlihat seperti ingin menangis. Jiazhen Yan membuka suara.
"Heh, baru berlatih saja sudah cengeng. Minta gendong sana sama ibumu. Manja sekali," gerutu Jiazhen Yan sambil menendang kerikil. Xue Zhan tidak menoleh, wajahnya makin memburuk. Terdengar suaranya menjawab dengan lesu.
"Orang tuaku sudah tidak ada. Tahu wajahnya saja tidak."
Jiazhen Yan tertegun, mengedipkan mata dua kali. Sepertinya dia salah mencari topik pembicaraan dan berakhir membuat teman sebijinya itu terpuruk semakin parah. "Oh, baru tahu aku. Lagipula apa yang seorang pecundang lakukan malam-malam begini? Sudah mau pagi juga. Lihat ayam sudah mau berkokok? Atau kau ingin menggantikan ayam berkokok?"
Xue Zhan tidak menjawab celotehannya lagi. Membuat pemuda itu kesal berapi-api.
"Kau mengabaikan ku? Yang benar saja!"
"Aku sedang malas berdebat."
"Aku ke sini ingin bertanya apa yang kau lakukan malam-malam begini? Itu saja!"
Padahal Jiazhen Yan sudah tahu jawabannya. Dia sudah melihat semuanya.
Xue Zhan membuang napas, masih enggan menatap Jiazhen Yan. Dibandingkannya, pemuda itu jauh lebih hebat dan bisa dengan mudah lulus.
"Aku hanya berlatih, tapi tidak ada perkembangan walaupun aku mencoba beberapa kali ... Aku memang sampah."
Jiazhen Yan berjongkok di samping Xue Zhan, memasang wajah khawatir sembari menepuk pelan pundak Xue Zhan untuk menghiburnya.
"Apa yang kau katakan. Jangan seperti itu, jangan samakan dirimu dengan sampah. Kasihan sampahnya."
Xue Zhan yang tadi murung memasang wajah mendongkol, ingin sekali dia menggaruk wajah Jiazhen Yan yang tidak berdosa itu. Suka sekali menyakiti hatinya.
Kang Jian mengurungkan niatnya, dia tersenyum tipis sembari melihat mereka berdua. Xue Zhan mengejar Jiazhen Yan sambil menyabet-nyabet pedang kayu, marah besar sepertinya.
Namun setelah perkelahian itu, tanpa diduga Jiazhen Yan dan Xue Zhan tiba-tiba berduel. Pertarungan di antara keduanya memang tidak seserius yang terakhir kali.
Kang Jian melihat cara Jiazhen Yan melawan Xue Zhan dan bagaimana reaksi yang dikeluarkan muridnya itu. Semakin banyak serangan yang diterimanya, semakin tajam pula insting dan pergerakannya.
Mungkin itu adalah cara Jiazhen Yan membantu Xue Zhan, meski dia tidak menampakkannya dan cenderung mencari masalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
Ayahnya Putra Fajar
iya kasihan sampahnya wkwkwkwkwkwk
2023-06-24
0
Kak S
ceritanya sangat bagus, semangat Kaka 💪
2023-04-01
0
Willy Yolanda Kutus Tuban
kasian sampahnya😂😂😂
aduh thor ngakak🤣🤣
2023-02-24
1